Rokok: Tuhan 9 Centi

Belum lama ini Majlis Tarjih PP Muhammadiyah mengeluarkan fatwa haramnya rokok. Dulunya sih hanya setingkat makruh, lalu sedikit meningkat 'haram merokok bagi anak-anak'. Tapi sekarang fatwanya meningkat menjadi haram merokok. Meskipun jelas-jelas rokok memberi madhorot, masih banyak orang yang menentang fatwa haram ini. Beberapa pengurus cabang Muhammadiyah juga menyatakan fatwa haramnya merokok masih belum mengikat.

Berikut puisi Taufiq Ismail tentang rokok yg disebutnya tuhan 9 centi. Lebih tepatnya berhala 9 centi.

Tuhan Sembilan Senti

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-
perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

[+/-] Selengkapnya...

Hasil UN 2010

Pengumuman kelulusan ujian nasional (UN) tingkat SMA/ MA/ SMALB dan SMK di Jawa-Tengah dilaksanakan secara serentak, Senin (26/4). UN di Jateng berjalan secara kondusif, tertib, lancar dan dilaksanakan penuh kejujuran dan jiwa korsa. Secara keseluruhan jumlah siswa yang mengikuti UN tahun ini mencapai 307.918. Dari jumlah tersebut sebanyak 25.115 siswa atau 8,16 persen harus menjalani remidi atau ujian ulang.

Kepala Dinas Pendidikan Jateng, Drs Kunto Nugroho HP Msi, mengatakan untuk SMA se Jateng jumlah siswa yang mengikuti UN mencapai 125.483. Dari jumlah itu 9.810 siswa atau 7,82 persen harus mengikuti ujian ulang. Sedangkan jumlah siswa MA yang mengikuti UN mencapai 36.607, siswa yang masih harus menempuh ujian ulang sebanyak 4.104 atau 11,21 persen. Untuk SMK semua jurusan jumlah peserta UN mencapai 145.785, siswa yang harus ujian ulang sebanyak 11.201 atau 7,68 persen.

Menurut Kunto, ujian ulang akan dilaksanakan 10 – 14 Mei 2010 mendatang. Peserta UN yang tidak lulus UN Utama termasuk susulan pada tahun pelajaran 2009/2010 dapat mengikuti UN seluruh atau sebagian mata pelajaran. Bagi sekolah atau madrasah yang memiliki siswa calon peserta ulangan/ remidi diharap segera melaporkan jumlah siswa beserta jurusan kepada panitia UN tingkat kota/ kabupaten untuk direkap. Selanjutnya panitia UN segera mengirimkan hasil rekapitulasi itu ke panitia propinsi. Panitia UN kota/kabupaten nantinya yang segera menyiapkan lokasi pelaksanaan UN ulangan, ujar Kunto.

Untuk tingkat SMP/MTs sederajat hasil UN rencananya akan diumumkan serentak pada 7 Mei 2010 mendatang. Sedangkan pelaksanaan UASBN tingkat SD/ MI sedarajat akan dilaksanakan 4 – 6 Mei 2010 mendatang.

Siswa SMA Assalaam tahun 2010 ini ada 6 orang yang tidak lulus UN. MA nya 2 orang. Ini jelas penurunan jika dibanding tahun lalu. Tapi lihat betapa angka ketidak lulusan di mana-mana terjun bebas. Berikut datanya:

167 sekolah lulus nol persen, alias seluruh siswanya tak lulus UN yg jumlahnya 7.648 siswa.

154.051 siswa tak lulus UN dan harus mengulang.

Di Solo angka ketidak lulusan UN menjadi 23% (tahun lalu cuma sekitar 10%).

Tak ada sekolah di Solo dan Sukoharjo yang lulus UN 100%

Total ada 509 siswa SMS/MS/SMK di Sukoharjo yg tak lulus ujian UN terdiri dari siswa SMA 330 siswa, siswa MA 83 siswa dan siswa SMK sebanyak 96 siswa.

SMA Batik Solo konon 90 lebih siswanya tidak lulus UN padahal rSBI.

SMAN 2 tetangga Assalaam tak lulus 32 siswa.

SM Al Firdaus dua siswa tak lulus.

PP Almukmin Ngruki 14 siswa tak lulus UN.

Di luar Jawa angka-angka ketidak lulusan lebih ancuur..
Di Kaltim dan Sulawesi Utara sekolah meluluskan 20% siswa aja udah bagus.

Gambar di TV ngeri...
Ada siswi yg coba bunuh diri dengan minum cairan pembersih lantai (untung dpt digagalkan).
Ada siswi-siswi yang stres, histeris lalu pingsan rame-rame.
Ada siswa-siswa ngamuk yg merusak dan menghancurkan kaca-kaca sekolah karena matoritas siswa tak lulus UN.

[+/-] Selengkapnya...

Keluarga Penulis

Adalah Isa Alamsyah beristerikan Asma Nadia dan dua anaknya Putri Salsa dan Adam Putra Firdaus adalah keluarga penulis. Lewat AsmaNadia Publishing mereka sukses menerbitkan beberapa buku yg laris manis.

Terakhir Isa Alamsyah menerbitkan buku No Excuse yg memberikan motivasi yang sangat menginspirasi. Sementara Asma Nadia punya Maryam mah Kapok (Plesetan judul dari Maryamah Karpov nya tetralogi Laskar Pelangi).

Buku Putri Salsa: Cool Skool dan best friends forever menjadi salah satu
seri pengarang anak-anak terlaris saat ini.

Sementara Adam Putra Firdaus melakukan soft launching karena buku pertamanya baru terbit pekan-pekan depan.

Silakan bagi teman-teman di pesantren, kampus atau lembaga lain jika ingin
menghadirkan keluarga penulis ini. Hubungi Isa Alamsyah di 08128664864 atau
021-77820859

[+/-] Selengkapnya...

Download RealPlayer 11.1.3 Build 6.0.14.955 - RealPlayer (renamed from RealOne) allows your - soft82.com

Download RealPlayer 11.1.3 Build 6.0.14.955 - RealPlayer (renamed from RealOne) allows your - soft82.com

Real Player 11 Gold can edit movie n transform file from flv to mp4 to mp3. Is that real?

[+/-] Selengkapnya...

This is My Hijab



I am the symbol of purity
I walk in the light of piety
Behind the best prophet
I have a proud soul
That rejects lowliness

[+/-] Selengkapnya...

Sejarah handphone 3G

Saat ini Semua orang mengenal teknologi 3G tetapi tahukah anda sejarah teknologi 3G, Ada pun perkembangan teknologi nirkabel dapat dirangkum sebagai berikut:

  1. Generasi pertama: analog, kecepatan rendah (low-speed), cukup untuk suara. Contoh: NMT (Nordic Mobile Telephone) dan AMPS (Analog Mobile Phone System)
  2. Generasi kedua: digital, kecepatan rendah - menengah. Contoh: GSM dan CDMA2000 1xRTT
  3. Generasi ketiga: digital, kecepatan tinggi (high-speed), untuk pita lebar (broadband). Contoh: W-CDMA (atau dikenal juga dengan UMTS) dan CDMA2000 1xEV-DO.

Antara generasi kedua dan generasi ke-3, sering disisipkan Generasi 2,5, yaitu digital, kecepatan menengah (hingga 150 Kbps). Teknologi yang masuk kategori 2,5G adalah layanan berbasis data seperti GPRS (General Packet Radio Service) & EDGE (Enhance Data rate for GSM Evolution) pada domain GSM dan PDN (Packet Data Network) pada domain CDMA.

Definisi

Secara umum, ITU-T, sebagaimana dikutip oleh FCC mendefinisikan 3G sebagai sebuah solusi nirkabel yang bisa memberikan kecepatan akses:

  • Sebesar 144 Kbps untuk kondisi bergerak cepat (mobile).
  • Sebesar 384 Kbps untuk kondisi berjalan (pedestrian).
  • Sebesar 2 Mbps untuk kondisi statik di suatu tempat.

Teknologi 3G

Pada saat ini ada dua cabang dari pengembangan 3G, yaitu dari sisi GSM (Global System for Mobile Communication)yang dipelopori oleh 3G Partnership Project dan CDMA (Code Division Multiple Access) yang dipelopori oleh 3G Partnership Project 2 (3GPP2). Kedua teknologi tidak kompatibel dan sesungguhnya saling berkompetisi.

Salah satu alasan mengapa layanan 3G dapat memberikan throughput yang lebih besar adalah karena penggunaan teknologi spektrum tersebar yang memungkinkan data masukan yang hendak ditransimisikan disebar di seluruh spektrum frekuensi. Selain mendapatkan pita lebar yang lebih besar, layanan berbasis spektrum tersebar jauh lebih aman daripada timeslot dan/atau frequency slot.

Jaringan 3G tidak merupakan upgrade dari 2G; operator 2G yang berafiliasi dengan 3GPP perlu untuk mengganti banyak komponen untuk bisa memberikan layanan 3G. Sedangkan operator 2G yang berafiliasi dengan teknologi 3GPP2 lebih mudah dalam upgrade ke 3G karena berbagai network element nya sudah didesain untuk ke arah layanan nirkabel pita lebar (broadband wireless). Layanan 3G juga telah digembar-gemborkan namun pada kenyataannya, banyak ditemui kegagalan. Negara Jepang dan Korea Selatan adalah contoh dimana layanan 3G berhasil. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh faktor:

  1. Dukungan pemerintah. Pemerintah Jepang tidak mengenakan biaya di muka (upfront fee) atas penggunaan lisensi spektrum 3G atas operator-operator di Jepang (ada tiga operator: NTT Docomo, KDDI dan Vodafone). Sedangkan pemerintah Korea Selatan, walau pun mengenakan biaya di muka, memberikan insentif dan bantuan dalam pengembangan nirkabel pita lebar (Korea Selatan adalah negara yang menggunakan Cisco Gigabit Switch Router terbanyak di dunia) sebagai bagian dalam strategi pengembangan infrastruktur.
  2. Kultur masyarakatnya. Layanan video call, yang diramal menjadi killer application tidak terlalu banyak digunakan di kedua negara tersebut. Namun, layanan seperti download music dan akses Internet sangat digemari. Operator seperti NTT Docomo (Jepang) memberikan layanan Chaku Uta untuk download music. Sedangkan di Korea, layanan web presence seperti Cyworld yang diberikan oleh SK Tel, sangat digemari. Dengan layanan ini, pelanggan bisa mengambil foto dari handset dan langsung memuatnya ke web portal miliknya di Cyworld. Layanan ini kemudian ditiru oleh Flickr dengan handset N73.
  3. Keragaman layanan konten. Docomo dan SKTel tidak menggunakan WAP standar sebagai layanan konten nya. Docomo mengembangkan aplikasi browser yang disebut iMode, sedangkan SKTel mempunyai June dan Nate.

Evolusi Menuju 3G

Jaringan Telepon Telekomunikasi selular telah meningkat menuju penggunaan layanan 3G dari 1999 hingga 2010. Jepang adalah negara pertama yang memperkenalkan 3G secara nasional dan transisi menuju 3G di Jepang sudah dicapai pada tahun 2006. Setelah itu Korea menjadi pengadopsi jaringan 3G pertama dan transisi telah dicapai pada awal tahun 2004, memimpin dunia dalam bidang telekomunikasi.


Operator dan jaringan UMTS Pada tahun 2005, evolusi jaringan 3G sedang dijalankan untuk beberapa tahun dikarenakan kapasitas yang terbatas dari jaringan 2G yang ada. Jaringan 2G diciptakan dengan tujuan utama adalah data suara dan transmisi yang lambat. Dikarenakan cepatnya arus perubahan pada permintaan pengguna, kebutuhan akan nirkabel mereka tidak terpenuhi.

"2.5G" (Dan juga 2,75G) adalah teknologi seperti pelayanan data i-mode, telepon berkamera, pertukaran rangkaian data berkecepatan tinggi (atau disebut juga High-Speed Circuit-Switched Data atau disingkat HSCSD) dan Pelayanan paket radio umum (atau dikenal dengan General Packet Radio Service atau GPRS)diciptakan untuk menyediakan beberapa funsi utama seperti jaringan 3G, tapi tanpa transisi penuh ke jaringan 3G. Pelayanan-Pelayanan ini diciptakan untuk memperkenalkan kemungkinan dari penerapan teknologi nirkabel untuk pengguna dan penigkatan permintaan untuk pelayanan 3G.(sumber wikipedia)

[+/-] Selengkapnya...

Pengakuan dari guru sekolah negeri

http://genenetto.blogspot.com/2008/07/pengakuan-guru-3-kualitas-sekolah.html

Saya tidak terlalu terkejut mendengar kisah-kisah buruk anak yang bersekolah di sekolah negeri. Dari hasil observasi lapangan dengan mendampingi guru di sekolah negeri, saya sependapat dengan Anda. Di sekolah negeri satu kelas 30 -45 anak berjejalan. Dengan jumlah anak sebegitu banyak, sukar bagi guru untuk mengharapkan anak-anak (apalagi SD) duduk diam dan mendengrakan guru berbicara. Di mata para guru, proses belajar adalah menjadi copy cat gurunya, berbicara dan berfikir sperti mereka.


Sekolah yang saya dampingi termasuk (konon menurut diknas) adalah sekolah-sekolah unggulan. Tetapi dari 1 hari jam belajar kurang dari 60%nya dihadiri oleh guru pengajar dikelas. Selebihnya anak-anak dibiarkan 'belajar sendiri' dengan berbagai alasan, mulai dari guru yang harus rapat, ada tamu, pelatihan, mengunjungi teman sejawat sakit (mengapa dilakukan di jam kerja ya?) serta ber-MLM di ruang guru. Ketika guru hadir di kelas pun, pembelajaran sangat tidak efektif. Misalnya dalam pembelajaran Bahasa Inggris, murid-murid diminta presentasi tentang pet berkelompok 5 orang. Ketika presentasi hanya satu anak (dan biasanya yang paling pintar)saja yang berbicara dan 4 lainnya seperti boneka pajangan berdiri di depan kelas. Tidak ada feeback yang diberikan guru meskipun saya melihat ada beberapa kesalahan bahasa yang umum dilakukan murid dan cukup mengganggu pemahaman yang sangat bermanfaat jika dibahas.


Saya sungguh tidak heran kalau setelah 3+3+3= 9 tahun belajar Bahasa Inggris dari kelas 4 SD -3 SMA kemampuan berbahasa Inggris mereka tidak lebih dari yes/no/I don't know and I love you. Kalaupun ada anak yang kemampuannya lebih dari itu mungkin mereka les di luar atau mendapatkan cukup exposure berbahsa Inggris dari TV, lagu,bacaan, maupun internet.


Guru-guru di sekolah negeri umumnya memiliki kemampuan akademis dan metode pengajaran yang tidak memadai untuk layak disebut guru. Saya mengerti mengapa seseorang lulusan SPGA bisa menjadi guru bahasa Inggris dimana bahasa Inggrisnya sukar dipahami dan bagaimana seseorang lulusan IKIP jurusan Bahasa Inggris dan telah mengajar di SMA 20 tahun tidak bisa membedakan dan membandingkan fungsi simple present and present perfect tense. Beliau hanya tahu formulasi tense nya saja tanpa memahami dengan benar penggunaanya dari sisi makna. Bahkan ketika berbicara, bahasa Inggrisnya sangat kaku. Alasannya:


1. Guru sekolah negeri tidak direkrut dengan melewati ujian kemampuan bidanganya. Dahulu, ketika melamar jadi PNS tesnya adalah psikotes, pengetahuan umum dan pengetahuan Pancasila. Saya tidak tahu bagaimana dengan seleksi calon guru negeri sekarang.

2. Guru bahasa Inggris di sekolah negeri tidak dijaga mutu akademisnya. Ketika saya mengajar di satu kursus Bhs Inggris yang paling populer di Indonesia, setiap tahun para pengajar wajib mengikuti proficiency test. Berdasarkan hasil prof test ini ditentukan tingkat kenaikan hourly rate-nya. Guru yang kemampuan proficiency-nya jalan di tempat penghasilannya juga jalan di tempat dan jumlah jam mengajarnya lebih sedikit dibandingkan yang profieciency-nya meningkat.

3. Di tingkat wilayah, ada banyak supervisor mata pelajaran yang mestinya berkeliling memantau dan menjadi tempat konsultasi para pengajar. Akan tetapi yang saya lihat di lapangan, ketika berkunjung ke sekolah mereka tidak masuk ke kelas-kelas dan mengamati guru mengajar. Mereka biasanya akan menghabiskan lebih banyak waktu ngobrol dengan kepsek dan pulang setelah mendapatkan salam tempel dari beliau. Sesi konsultasi lebih ditekankan pada ada atau tidak adanya lesson plan buatan guru yang akan dijadikan bukti laporan kunjungan kepada atasanyya dikantor.

4. Ada MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) lintas sekolah yang sedikitnya melakukan pertemuan 1 bulan sekali. Tetapi di lapangan fasilitas ini nyaris tidak berfungsi. Presentasi yang dilakukan dalam pertemuan MGMP lebih banyak dihabiskan dengan perdebatan seputar kapan tunjangan ini itu bisa mereka terima, bagaimana mengisi berkas-berkas administrasi sekolah, dan sejenisnya. Kalaupun ada presentasi dari sesama guru, seringkali presentasinya tidak menjawab kebutuhan guru yang paling mendesak, misalnya bagaimana meningkatkan motivasi siswa belajar di kelas, bagaimana meng-handle kelas besar untuk kegiatan speaking. Seringkali juga presentasi dilakukan dalam Bahasa Indonesia (padahal semua yang hadir adalah guru Bhs. Inggris) dengan alasan agar pesan tersampaikan secara utuh dan menghindari kesalahpahaman. Atau yang mempresentasikan sama bloonnya dengan yang mendengarkan. Guru-guru swasta sering menganggap menghadiri MGMP sebagai sebuah beban. Mereka benar, nyaris tidak ada pembelajaran dari MGMP ini. Tambahan lagi acara sering molor dan agenda pertemuan tidak jelas. Sekolah-sekolah swasta yang cukup bermodal memilih untuk memanggil pelatih dari universitas atau mengirimkan para guru pada sesi-sesi pelatihan di Sampoerna Teacher Training atau di UI. Guru-guru sekolah negeri umumnya harus berjuang sendiri untuk memintarkan dirinya.

5. Guru sekolah negeri tidak dapat dipecat meskipun profesional mengajarnya sangat rendah. Hanya menteri pendidikan yang dapat memecat mereka. Ada juga sekolah negeri dengan komite sekolah yang sangat berdaya sehingga dapat mendesak kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas guru dengan berusaha mencari guru pendamping yang lebih berkwalitas. Guru pendamping ini diseleksi oleh komite sekolah dan dibayar dengan dana komite sekolah.

6. Kepala sekolah banyak yang tidak punya cukup waktu untuk menggiring para guru untuk lebih profesional. Kepala sekolah sibuk ’mengemis’ ke pemerintah tentang betapa butuhnya bangunan fisik sekolah sehingga murid-murid harus belajar dengan atap yang bocor di sana-sini. Kemudian pemerintah merenovasi sekolah mereka menjadi mentereng. Rengekan mereka tidak berhenti, selanjutnya mereka mendesak pemerintah dan komite sekolah untuk membelikan peralatan belajar canggih seperti laptop, in-focus, CCTV, class (home) theater dengan TV seukuran gajah. Bahkan yang lagi trend sekarang adalah meminta dirinya dan kroninya di sekolah dibiayai studi banding ke Australia dan Inggris seperti bapak-bapak di DPR itu dengan alasan mempersiapkan SBI (Sekolah Berstandard Internasional).


Kesimpulan saya, murid-murid di sekolah negeri nyaris tidak mendapatkan apa-apa dari sekolah. Kalau anak ibu pintar di sekolah, mungkin karena sudah in-born. Kalau dia disekolahkan ditempat yang baik, saya percaya kualitas anak ibu bakal lebih melesat. Hanya anak-anak yang cerdas dan independent learner saja yang bisa survive belajar di sekolah negeri. Jika anak ibu termasuk yang biasa-biasa saja, sukar untuk menjadi yang terbaik bagi dirinya. Apalagi anak-anak yang kemampuannya di bawah rata-rata, mereka akan tergerus oleh keliaran suasana sekolah negeri.


Hasil keberadaan mereka di sekolah-sekolah negeri seperti di atas adalah anak-anak yang tumbuh menjadi orang-orang dewasa yang berkepala dan berhati kosong. Mereka yang bekerja tanpa melibatkan otak dan hatinya, persis seperti sekawanan zombie. Merekalah yang kita lihat sehari-hari; para guru yang mengajarkan anak kita di sekolah, para pegawai negeri lainnya, para pejabat, para anggota DPR, dll. Mungkin dulu mereka pernah melewati masa-masa pembentukan di sekolah-sekolh negeri semacam ini sehingga mereka menjadi orang yang tegaan, tega menipu rakyat dan mencuri dana BOS anak-anak miskin. Sungguh, saya menjadi sangat emosional ketika harus menceritakan kebobrokan di sekolah negeri.


Sebagai orang tua dan guru, setiap kali saya melihat proses pembodohan anak-anak di kelas-kelas, hati saya rasanya teriris-iris dan marah sekali. Saya sangat beruntung punya pilihan untuk tidak mengirim anak-anak saya ke sekolah sampah semacam ini. Beberapa teman saya berusaha untuk memasukkan anaknya ke sekolah ungulan di tempat saya bekerja dengan cara menyogok jutaan rupiah, meskipun saya sudah menceritakan kondisi sekolah sejujurnya, tentang kualitas guru dan system pembelajaran di kelas. Anehnya, mereka tetap lebih percaya pada nama besar sekolah ini. Dengan alasan, jika anaknya bersekolah di sekolah negeri, mereka mempunyai kesempatan lebih besar untuk masuk UI dan ITB. Benarkah?


Orang tua yang sebenarnya mengetahui dan memiliki kebebasan finansial untuk memilihkan sekolah bagi anak-anaknya, tetapi memilih untuk menutup mata demi gengsi anaknya diterima di sekolah negeri unggulan, wajib merasa bersalah kalau kelak anak-anak ibu juga berkualitas sampah. Saya sangat setuju dengan ibu yang memilih untuk kelaparan daripada membiarkan anaknya diproses menjadi zombie di sekolah-sekolah negeri berkualitas sampah.


Semua yang saya ceritakan ini bukanlah lagu baru. Kalau pendidikan di sekolah memang bermutu dan dapat diandalkan, kursus-kursus bahasa Inggris, bimbel, dan les-les pelajaran di rumah-rumah tidak akan tumbuh menjadi bisnis yang subur. Mengapa anak-anak kita tidak bisa pe-de hanya dengan mengandalkan pengajaran di sekolah untuk menghadapi UAN dan test masuk sekolah? Mengapa mereka baru merasa pede setelah mengikuti bimbel luar sekolah dengan membayar jutaan rupiah untuk mendapatkan kesempatan digeber 1-2 bulan penuh dari pagi hingga sore mengunyah soal-soal test masuk universitas?


Selama 3 tahun belajar di sekolah, apa yang dilakukan/ dipelajari anak-anak kita? Kalau punya waktu silahkan hitung berapa banyak uang dan waktu yang telah dihabiskan untuk mengirimkan anak-anak kita ke sekolah, lantas hitung bagaimana output yang didapatkan mereka. Mahal dan murah tidak bisa dihitung dari berapa yang Anda bayarkan tetapi diperbandingkan dengan apa yang kita dapatkan dari pembayaran tsb. Mengirimkan anak ke sekolah negeri, meskipun yang katanya unggulan sekalipun, bisa lebih mahal daripada di sekolah swasta yang bermutu. Sudah waktunya kita berhenti menilai kualitas sekolah dari segi kemasan sekolah unggulan, sekolah negeri berstandard internasional, sekolah negeri kategori mandiri, bla..bla..bla....


JANGAN MAU DITIPU LABEL SEKOLAH YANG DIBERIKAN DIKNAS. JANGAN PERCAYA DENGAN HASIL EVALUASI SEKOLAH YANG DILAKUKAN DIKNAS. JANGAN PERCAYA DENGAN HASIL UJIAN NASIONAL. JANGAN PERCAYA DENGAN PIALA SELEMARI YANG DIPAJANG DI LOBY SEKOLAH. INI BUKAN INDIKATOR SEKOLAH BERKUALITAS


Sekolah-sekolah negeri menjadi unggul bukan karena sistem dan guru-gurunya berkualitas unggulan (jauh panggang dari api), tapi karena mereka berkesempatan memilih input yang berkualitas dibandingkan sekolah lain. Jadi sekolah itu unggul karena memang anak bapak dan ibu sudah unggul ketika memasuki sekolah tersebut, bukan karena dijadikan unggul oleh sistem sekolah. Jangan tergiur dengan jumlah siswa yang memenangkan segala macam lomba dari lomba makan kerupuk tingkat sekolah hingga olimpiade fisika tingkat dunia. Sekolah nyaris tidak melakukan apa-apa terhadap anak-anak yang memang dari rumah sudah unggul. Tidak selayaknya sekolah menjual prestasi mereka untuk menipu orang tua murid seolah-olah merekalah yang telah bekerja keras mengantarkan anak-anak kita menjadi unggulan. Kalau anak Anda bodoh, jangan berharap untuk jadi pintar, meskipun kemungkinan ini ada (dengan cara sekolah berkolaborasi untuk memanipulasi nilai raport dan ujian nasional sehingga anak ibu berkesan ’pintar’ di atas kertas). Tulisan saya ini pasti akan sangat menyakitkan bagi teman-teman saya sesama guru. Tetapi begitulah yang saya lihat di sekolah negeri di mana saya bekerja sampai detik ini.


Kalau Anda termasuk orang tua yang tidak punya pilihan selain menyekolahkan anak di sekolah negeri, masih ada harapan untuk menghindari anak-anak Anda terperangkap dalam zombinisasi. Ayolah, bapak dan ibu...jadilah orang tua yang kritis. Kritiklah kami para guru dan kepala sekolah sepedas-pedasnya. Jangan hanya manggut-manggut di rapat komite. Kalau teman-teman saya memble dan kepala sekolah cuex terhadap kualitas pengajaran sekolah, mungkin karena Anda juga memble, tidak mau peduli pada pendidikan anak-anak sendiri dan percaya seratus persen pada pembodohan yang dilakukan sekolah yang konon berlabel ’unggulan’. Anda menuntut guru bekerja keras, bagaiman kalau dimulai dengan Anda menunjukkan kepedulian pada kualitas dengan mengeritik kami di rapat komite. Dengan adanya undang-undang sisdiknas, bapak dan ibu punya power dan berhak untuk ikut campur merubah sekolah ke arah yang lebih bermutu. Kami para guru perlu disentil dan dibangunkan dari ketidakpedulian kami. Oh ya, kalau mengkritik jangan cuma berani di milis. Bicaralah di rapat komite, galang dukungan dari sesama ortu. Atau kalau sekolah tetap tidak peduli, tulis saja di koran ternama. Karena bagi sekolah, nama baik lebih penting dari realitas. Biasanya mempan. Jadilah ortu yang kritis, kalau memang Anda mencintai putra-putri Anda dan ingin melihat mereka tumbuh menjadi yang terbaik dari diri mereka masing-masing.


Ayo lah...jangan memble dan cuex. Jangan beraninya ngedumel di belakang. Ayo ngomong di rapat komite, tulis di koran, atau lapor DPRD komisi pendidikan dan KPK!

[+/-] Selengkapnya...

 

© 2007 Arsip Cyber: April 2010 | Design by Rohman abdul manap | Template by : Template Unik