Sarapan di kebun sayur lereng merapi merbabu

[+/-] Selengkapnya...

Pantas Mereka Takut

Parentingnabawiyah.com

Anak-anak muda yg membahayakan. Para teroris hadir. Sel-sel baru bermunculan. Pengajian-pengajian sumbernya. Masjid pusatnya. Terutama masjid sekolah-sekolah dan kampus. Kumpulan mereka perlu diwaspadai dan diawasi. Lihatlah pola yg menggiring secara bertahap tapi pasti. Hasilnya sangat terlihat.

Para orangtua banyak yg khawatir begitu melihat anaknya berubah menjadi baik. Seorang ibu ketakutan saat melihat anaknya liburan dari pesantren kilatnya, karena melihat pakaian putrinya itu sangat rapi menutup aurat sesuai syariat Islam. “Apa anak saya sudah kerasukan pemikiran radikal?” Inikah yg sedang gencar diberitakan di koran-koran. Ditayangkan di gosip2 TV dan tersebar diberita utama website internet. Stigma buruk dan jahat ini merasuki otak dan hati para orangtua tanpa disadari. Dan anehnya, para orangtua lebih nyaman melihat anaknya bergaul tanpa batas. Itulah yg dianggap wajar. Seperti contoh sinetron yg gaul. Mereka senang melihat anaknya menghabiskan waktu untuk mejeng atau melamun, karena dianggapnya sedang puber. Aneh...Dan akhirnya para orangtua tanpa disadari memberi ‘wejangan’, “Hati-hati kalau ngaji di masjid.” Anak-anak muda yg rumit memilah jenis pengajian, akhirnya memutuskan untuk duduk-duduk di kafe, nongkrong di jalanan, bahkan tempat-tempat dosa. Dan mereka pun jauh dari masjid.

Luar biasa bukan...rencana jahat menjauhkan generasi muda dari masjid. Karena mereka sadar, tapi kita tidak sadar. Mereka tahu, tapi kita tidak tahu. Mereka membaca sejarahnya, kita tidak. Bahwa kebangkitan Islam itu berawal dari kebangkitan anak-anak mudanya.

Dengarkan penjelasan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya saat menjelaskan tentang kata: Fityah (pemuda), dalam Surat Al Kahfi,“...Untuk itulah kebanyakan yang menyambut (seruan) Allah dan Rasul Nya shallallahu alaihi wasallam adalah pemuda. Adapun orang-orang tua dari Quraisy, kebanyakan mereka tetap bertahan dalam agama mereka dan tidak masuk Islam kecuali sedikit saja.”

Untuk lebih menjelaskan kalimat tersebut, mari kita baca tulisan DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh, Dosen Universitas Al Azhar Mesir. Beliau menuliskan data usia mereka yang masuk Islam di masa dakwah rahasia Nabi (sepanjang 3 tahun), dalam buku beliau Khawatir wa taammulat fis sirotin nabawiyyah, h. 125-129. Beliau mengambilnya dari dari Majalah Al Wa’yu Al Islamy, Edisi 77. Perlu diingat di awal, jika ada perbedaan tentang usia dalam buku-buku siroh adalah merupakan hal yang wajar. Di sini dinukilkan apa adanya dari buku tersebut:
1. Ali bin Abi Thalib 8 tahun
2. Zubair bin Awwam 8 tahun
3. Thalhah bin Ubaidillah 12 tahun
4. Arqam bin Abil Arqam 12 tahun
5. Abdullah bin Mas’ud Menjelang 15 tahun
6. Said bin Zaid Belum 20 tahun
7. Saad bin Abi Waqqash 17 tahun
8. Mas’ud bin Rabi’ah 17 tahun
9. Ja’far bin Abi Thalib 18 tahun
10. Shuhaib Ar Rumi belum 20 tahun
11. Zaid binHaritsah menjelang 20 tahun
12. Utsman bin Affan sekitar 20 tahun
13. Thulaib bin Umair sekitar 20 tahun
14. Khabbab bin Art sekitar 20 tahun
15. Amir bin Fuhairoh 23 tahun
16. Mush’ab bin Umair 24 tahun
17. Miqdad bin Aswad 24 tahun
18. Abdullah bin Jahsy 25 tahun
19. Umar bin Khattab 26 tahun
20. Abu Ubaidah bin Jarrah 27 tahun
21. Utbah bin Ghazwan 27 tahun
22. Abu Hudzaifah bin Utbah sekitar 30 tahun
23. Bilal bin Rabah sekitar 30 tahun
24. Khalid bin Said sekitar 30 tahun
25. Amr bin Said sekitar 30 tahun
26. Ayyasy bin Abi Rabi’ah sekitar 30 tahun
27. Amir bin Rabi’ah sekitar 30 tahun
28. Nu’aim bin Abdillah sekitar 30 tahun
29. Utsman bin Madz’un sekitar 30 tahun
30. Abdullah bin Madz’un 17 tahun
31. Qudama bin Madz’un 19 tahun
32. Saib bin Madz’un sekitar 10 tahun
33. Abu Salamah bin Abdul Asad sekitar 30 tahun
34. Abdurahman bin Auf sekitar 30 tahun
35. Ammar bin Yasir antara 30-40 tahun
36. Abu Bakar 37 tahun
37. Hamzah bin Abdul Muthalib 42 tahun
38. Ubaidah bin Harits 50 tahun
39. Amir bin Abi Waqqash masuk Islam setelah urutan orang ke-10
40. As Sail bin Utsman syahid di perang Yamamah (11 H) umurnya masih 30 tahun

Dan ini kalimat DR. Mahmud Muhammad ‘Imaroh, Walau Quraisy terus menerus melakukan teror dan intimidasi terhadap orang-orang lemah..tetapi anak-anak muda itu justru mengumumkan keislaman mereka, dengan konsekuensi yang sedang menanti mereka berupa kesulitan hidup...dan terkadang harus mati!

Deretan angka-angka di atas menunjukkan kebenaran kalimat Ibnu Katsir bahwa kebesaran Islam ini lebih banyak ditopang oleh anak-anak muda. Sebenarnya, skenario menjauhkan cara pandang yang benar terhadap generasi muda bukan hanya dilakukan sekarang dengan pola seperti ini. Berbagai cara dan pola telah lama mereka laksanakan. Mereka menyusupkan dengan perlahan tapi pasti berbagai teori racun. Targetnya jelas: menjauhkan anak-anak muda dari kebaikan mereka dan masjid mereka.

Seperti berbagai penelitian yang menyampaikan bahwa remaja adalah usia kerusakan, kegundahan, keguncangan, krisis, kenakalan. Pelajaran ini benar-benar tertanam pada orangtua. Sehingga, lagi-lagi mereka meyakini bahwa remaja harus melalui semua masalah itu. Jika ada anaknya yang baik-baik saja dan tidak melalui kekacauan itu, orangtua akan berkata, “Apa anak saya tidak normal ya?”

Lihatlah sebuah skenario besar dalam rentang puluhan bahkan ratusan tahun. Dan mereka berhasil meracuni pemikiran para pendidik dan orangtua muslim. Padahal pemuda begitu positif dalam bahasa ayat, hadits dan ulama. Sehingga perlu sebuah upaya besar untuk membalik cara pandang tersebut sekaligus memberi obat dari masalah yang dihadapi oleh para pemuda kita. (nantikan modul dan pelatihannya dari parentingnabawiyah)
Pemuda adalah kekuatan, inspirasi, kreatifitas, ledakan ruhiyah, ketegaran, kesegaran, enerjik, karya besar dan penopang peradaban Islam.

Pantas saja mereka takut...

[+/-] Selengkapnya...

Makan malam Kepo

[+/-] Selengkapnya...

Berjamaah Menghadapi MEA

Saudaraku.....

Tentu kita sudah tahu kan apa itu MEA? Masyarakat Ekonomi Asean. Akhir tahun 2015 adalah tanda dimulainya MEA. Hal ini membuat kita harus bersiap utk menghadapinya. Suka atau tidak, siap atau tidak, mau atau tidak.... MEA tetap datang!

MEA berarti perdagangan bebas antara negara2 Asean. Contoh konkritnya: Ekspor produk China lewat singapore bakal melimpah seperti banjir tanpa bisa dibatasi. Dari handphone, plastik, mainan anak, makanan ringan sampai ATK dan perkakas listrik sampai dapur. Pengusaha China buka pabrik mebel di Wonogiri. Pengusaha Singapore buka rumah sakit di Boyolali. Sekolah SMA swasta berkurikulum Singapore dengan bahasa Inggris sebagai pengantar akan buka cabang di Jakarta. Buah2an dari Thailand dan China tersedia di pasar2 buah di pelosok2 tanah air.

Bbrp kali di media, pres RI Jokowi mengatakan "Jangan takut dg MEA, gak usah takut bersaing dg pasar luar negeri, krn mereka yg takut dg kita".

Saya pribadi, terenyuh dg pernyataan ini. Ini pernyataan apa? Motivasi? Takabur? Atau malah gelap mata krn ketidak tahuan? Terutama terkait kata2 "mereka yg takut dg kita".

Saya sempat mendapat data dan cerita dari teman2 coach, bahwa sejak 2 tahun lalu, pemerintah Thailand sudah mensosialisaikan dan mempersiapkan pemudanya melalui pendidikan formal dan non formal utk bersiap menghadapi MEA.

Begitu juga dg filipina, pemerintah membuat CD utk sosialisasi UMKM dan pengusaha kecil ttg MEA dan program pemerintah utk support mereka, dg target 100% pengusaha dan UMKM dapat CD itu.

Pertanyaan saya, brp banyak dari kita, yg justru mungkin baru hari ini dengar kata MEA? Kalopun sudah dengar, brp banyak yg tahu apa itu MEA? Kalopun tahu maksud dan dampaknya, brp banyak yg sudah bersiap? Dan kalo sudah  bersiap, berapa banyak yg benar2 siap?

Coba bayangkan saudaraku, produk2 dari luar akan mudah masuk membanjiri pasar kita, salah satu yg jadi perhatian dari obrolan coach kemarin adalah.... produk2 kita sangat rapuh dan rentan dari serangan produk luar...

Pernahkan antum terbayang, produk, brand, image yg antum bangun bertahun2 hancur dalam hitungan minggu, bahkan hanya dalam hitungan hari krn adanya serangan produk luar?

Pertanyaannya... dalam posisi spt ini, dimana pemerintah sendiri dg super yakin "merasa" bisa bersaing shg tidak melakukan edukasi yg terprogram kepada masyarakat ttg MEA, tdk punya program unggulan utk support, kita sendiri juga kondisinya tdk jauh berbeda..... APA YG AKAN JADI KEKUATAN KITA?

Utk mengejar peningkatan kualitas dari produk kita agar bisa bersaing, membutuhkan biaya yg besar.
Utk meningkatkan kualitas SDM dg skil dan knowledge yg memadai, membutuhkan waktu yg lama.
Utk meningkatkan program marketing, membutuhkan effort yg tdk sedikit...

Jadi sekali lagi apa yg jadi penyelamat kita dalam kondisi begini? Padahal MEA akan menerjang kita dalam hitungan hari lagi....

Sampai titik ini, para coach hampir memiliki pemikiran yg sama walau dalam bentuk fisik yg berbeda. Apa itu solusinya?

Solusinya adalah....
KOMUNITAS.... BERJAMAAH..

Dengan berjamaah, kita bisa sedikit memblok serbuan produk asing, berjamaah itu ibarat membangun benteng yg kokoh dalam menahan gempuran musuh. Seberapa kuat benteng itu, tergantung para individu pembangunnya....

Inilah saatnya kita segera bangkit dan bersiap, bukan hanya utk memperkuat bisnis masing2 saja, tapi utk memperkuat dan berkiprah di benteng kita bersama. Saling dukung dengan memprioritaskan menggunakan produk dan layanan yg dihasilkan anggota jamaah sendiri.

Wallahu 'alam

[+/-] Selengkapnya...

Kecanduan HP

💠 Jarak yang terjauh di dunia ini adalah kalau saya berada di samping kamu dan kamu sedang bermain HP !
Ini membuat orang tidak senang.

💠  Ada sebuah cafe yg memasang sebuah pemberitahuan:
Kami tidak ada WIFI, bicaralah dengan orang yg di sampingmu !

💠  Sekarang selagi kita ramai ramai pergi makan bersama akan tetapi ternyata di resto masing masing sibuk pula dengan Wechat, WA, BBM, Line, update status, main games, twitter, selfie dll.

💠  Sedih menyelimuti di hati melihat teman teman sibuk main HP sendiri, sehingga terpaksa kita juga ikut main HP untuk menghindari kecanggungan.

💠  Setelah pulang, di rumah juga begitu, tidak ada komunikasi antara suami istri dan anak anak karena masing masing lagi sibuk dengan HP nya. (tradisi buruk... apa masih mau dilanjutkan?)

💠  Mungkin kita tiada waktu untuk keluarga maupun berbakti pada orangtua, tetapi bisa sisihkan banyak waktu untuk merenung dan tertawa di depan HP.

💠  Karena itu, saya sangat setuju dengan sindiran berikut:
Bila pada abad abad yg lalu, orang berbaring menghisap candu, maka sekarang orang juga berbaring dan sibuk bermain HP dengan POSISI yg sangat mirip antara satu dengan yg lainnya!

💠  Tanpa kita sadari telah membentuk sebuah kebiasaan buruk:
Bangun tidur, kerjaan pertama adalah cari HP, dan sebelum tidur, kerjaan yg terakhir cek /charge HP juga! ( ingat ini KEBIASAAN BURUK! ).

💠  Tanpa HP kita merasakan kesepian seperti berada di dunia lain! ( cepatlah berobat....!!! )

💠  Sebenarnya SmartPhone sekarang ibarat seperti CANDU yg bisa merusak GAIRAH dan JIWA bila kita tidak menyadarinya. So be aware!!

Atau anda telah menjadikan HP sebagai indra ke enammu. Tanpanya kamu jadi buta tdk bisa melihat 'dunia'.

[+/-] Selengkapnya...

Kenapa Hanya Paris yg Membuat Dunia Menangis

Atas nama kemanusiaan, kita terhentak ketika lebih dari 150 orang roboh meregang nyawa di Paris, Prancis Jumat malam (13/11). Tujuh titik di kota mode itu dikoyak oleh serangan mematikan. Tak terkecuali titik di mana Presiden Prancis, Francois Hollande sedang menikmati pertandingan bola, stadion Stade de France.

Atas nama kemanusiaan pula, Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan tegas menyatakan Rusia sangat mengecam pembunuhan tak berperikemanusiaan ini dan siap memberikan semua bantuan untuk menginvestigasinya. Ucapan “bijak” seperti itu dengan mudah keluar dari mulut Putin, semudah ribuan roket meluncur dan menyasar penduduk sipil di Suriah.

Peragaan sok bijak juga dilakukan oleh NATO dan Amerika Serikat. Untuk insiden Paris, sejuta karangan bunga mereka kirimkan, berlapis janji dan kecaman. Sementara, di Suriah mesin perang mereka terus menyalak, mencabut nyawa-nyawa sipil atas nama perang melawan terorisme. Padahal, justru rakyat Suriah itu adalah korban terorisme hasil persekongkolan Basar Asad dengan negara-negara pendukungnya.

Seolah tak ingin dianggap lambat tanggap seperti dalam musibah asap beberapa hari lalu, Presiden Jokowi pun dengan sigap dan cekatan turut menyatakan duka. Jokowi juga menjamin tak ada sejengkal tanah pun di Indonesia bagi tindak terorisme seperti yang terjadi di Paris. Singkat kata, seluruh dunia kompak menangis untuk Paris.

Rasa kemanusiaan memang tercabik seketika demi mendengar ratusan nyawa meregang nyawa dengan cara horor. Sayangnya, dalih kemanusiaan telah menjadi topeng untuk menutupi sikap buas dan haus darah di tempat lain, bahkan diperankan oleh mereka yang mengaku berduka.

Kemanusiaan itu juga dijadikan tabir yang menutupi sikap masa bodoh, acuh tak acuh, dan tak peduli kepada kejadian horor serupa—bahkan lebih dahsyat—yang terjadi tidak hanya seketika itu saja. Tengoklah Palestina dan Suriah. Angka 150 itu menjadi langganan pekanan untuk menghitung jumlah korban nyawa atas tindakan brutal dan haus darah yang terjadi di Palestina.

Berduka itu boleh, tapi mari tetap pakai akal sehat. Apa yang dikatakan para pemimpin dunia terhormat itu ketika tentara Israel dengan mudah mengobral rentetan peluru kepada beberapa Muslimah Palestina? Adakah secuil komentar duka ketika jet-jet tempur Rusia, tentara Bashar Asad dan milisi Syiah Iran dan Hizbullah dengan sadis mencabut nyawa penduduk sipil Suriah?

Akal sehat itu mestinya membuat para pemimpin dunia itu mudah mengutuk tragedi kemanusiaan di Suriah dan Palestina, semudah mereka mengecam serangan Paris. Tinggal membubuhkan kata Suriah dan Palestina di belakang nama Paris. Namun entah mengapa lidah mereka kelu untuk mengucapkannya.

Terlepas dari siapa sesungguhnya pelaku Paris, motif serta pro-kontra fikih waqi’-nya, serangan Prancis ini membongkar tabir-tabir hipokrit berdalih kemanusiaan. Syaikh At-Thuraifi, seolah ulama Timur Tengah mengatakan, “Di antara tanda nifak adalah sikap bangga dan peduli terhadap permasalahan non-muslim dan berputus-asa (tidak peduli) terkait permasalahan kaum Muslimin.”

[+/-] Selengkapnya...

Laporkan Syiah ke Polisi

Sumber : FB Ust. Hartono Ahmad Jais

Mulai hari ini, jika ada diantara kita menemukan atau melihat para misionaris syi’ah dan para pengikut ajaran syi’ah yg menyebarkan ajaran sesat, fitnah, kebencian, kedustaan dan propaganda dari sekte syi’ah imamiyah itsna asyariyah (atau Rafidhah / Ja'fariyah), yg mana penyebaran itu melakukan penodaan dan penistaan terhadap Islam.

Silahkan segera laporkan para makhluk-makhluk sesat itu ke Pos-Pos Polisi terdekat dengan Laporan Polisi,

Delik aduan :
■Pasal 156a KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) juncto Pasal 4 UU Pencegahan Penodaan Agama.

■Sertakan pula dalam Laporan Polisi itu, dengan membawa dan melampirkan bukti-bukti berupa screenshoot percakapan di medsos (berupa hujatan), foto2 kegiatan mereka, rekaman video propaganda syi’ah, buku-buku dan majalah-majalah serta selebaran sekte syi’ah yg mengandung Kebencian dan Permusuhan terhadap Islam dan umat Islam.

Tidak perlu khawatir, bimbang, ragu dan takut, mereka pasti akan dipenjara selama 5 tahun berdasarkan aturan Hukum yang berlaku, karena sudah ada Keputusan Hukum Final dan Incraht (berkekuatan Hukum Tetap) dari Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1787 K/Pid/2012 (penolakan terhadap Banding pasal 156a KUHP yang diajukan terpidana Tajul Muluk alumni YAPI Bangil, Jatim), yang menyatakan bahwa :
ajaran syi’ah telah menodai dan menistakan Agama Islam.
Dari isi putusan tersebut, bisa diartikan dan diasumsikan bahwa Mahkamah Agung mengaminkan ajaran syi’ah merupakan ajaran yang sesat yg menodai dan menistakan Agama Islam.

INGAT !!!

Hanya ada 5 AGAMA di Indonesia ini yang diakui oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu :
1. ISLAM
2. KATOLIK
3. PROTESTAN
4. HINDU
5. BUDHA

Sementara ajaran syi’ah mengaku-ngaku sebagai ISLAM, padahal fakta dan kenyataannya :
ajaran syi’ah bukan ajaran Agama ISLAM.
Bahkan ajaran syi’ah diluar dari pada ajaran Agama ISLAM !!

———
■Pasal 156a KUHP menyatakan :
“Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun (5 tahun) barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan :

—a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;

—b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apa pun juga, yg bersendikan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

———
■Pasal 4 UU Pencegahan Penodaan Agama menyatakan :
“Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana diadakan pasal baru yg berbunyi sebagai berikut :
Pasal 156a Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun (5 tahun) barangsiapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan :

—a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;

—b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yg bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.”

[+/-] Selengkapnya...

BCmu Penjaramu

Oleh: Masyhuri Az Zauji OBK

Pernahkah kita terburu-buru membuka WhatsApp atau BBM? Sy pernah beberapa kali terburu-buru membukanya karena kita saat itu sedang menunggu sesuatu berita jawaban yg penting. Dan taraaaa
"Temen SD, Fulan cakep ya, add PINnya c0b4b4c4"
Sedih kan ya rasanya.

Di lain kesempatan, pesan BC berisi kebaikan, namun di akhir pesan tertulis "Sebarkan, maka dalam 3 hari kamu akan mendapat keberuntungan. Helloo, siapa kamu? Berani menjamin keuntungan orang.
Sedih lagi, ketika di akhir dpt ancaman, "Jika tidak disebarkan maka kamu akan kehilangan orang-orang yang tersayang"
Dan, anehnya sampai detik inipun kondisi tersebut masih berlaku.
Dan lebih sakit ketika mengatasnamakan Nabi Muhammad Shollallahu 'alaihi wa sallam padahal tdk ada satupun hadits yg menyebutkan tentang hal dimaksud.

Dan kasus yang paling kekinian adalah, seseorang yang terjerat hukum gara-gara memajang foto hasil berburu binatang yg dilindungi.

Allah SWT berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."
(QS Al Hujurat: 6)

Nah, turunnya wahyu inipun dilatarbelakangi ketika Rasulullah SAW mengutus seorang sahabta Al Harits ibn Dhirar Al Khuza'i untuk mengumpulkan zakat di kampungnya.
Hingga jatuh tempo, Al Harits belum datang, lantas Rasulullah mengutus salah seorang Al Walid ibn 'Uqbah untuk menemui Al Harits.
Apa yang terjadi? Al Walid kembali bertemu Rasulullah sebelum bertemu Al Harits, dan membawa kabar " Al Harits menolak memberi zakat dan mengancam membunuh (Al Walid). Akhirnya Rasulullah SAW hendak mengutus pasukan untuk mendatangi Al Harits.
Dan, singkat cerita sebelum pasukan perang tersebut berangkat Al Harits telah datang, kemudian menyampaikan "Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu, sungguh Al Walid tidak pernah datang, untuk itu aku menemuimu ...."

Pada ayat ini kita dingatkan harus berhati-hati dalam menerima setiap berita yg dibroadcast / BC.

Berita apa saja sih dari orang-orang fasik melalui sosmed?
1. BC kesyirikan yang berbungkus keislaman
➡ Seperti halnya di awal tadi, ketika BC2 itu disebarkan, bisa jadi bagian dari kesyirikan

2. Kabar berita yg tidak terbukti kebenarannya (HOAX)
➡ BC dari tahun 2013 hingga 2015 masih sama.

3. Iklan yg tdk ada hubungannya sama sekali.
Cuma yg ini memang triknya pedagang agar info barangnya tersebar seluas2nya.

4. Berita yang bertujuan memecah belah, mengadu domba baik yg bersifat POLITIS, KHILAFIAH atau hal lainnya
➡ Bisa jadi niatan kita sharing baik. TAPI, perlu dipikirkan sebelum membagikan kiranya nanti akan memecah belah umat Islam ndak? Melukai orang di sekitar ndak?
Belum lagi bahasa sosmed, beda koma beda makna, dan terbatas dalam menyampaikan rasa. Mudah misintrepretasi.
Lalu, bagaimana cara terbaik? Duduklah bersama-sama, lantas datangkan ahlinya.

Nabi SAW bersabda "Keselamatan manusia terletak pada kemampuan menjaga lisan"
Semoga kita semua tergolong orang yg menjaga lisan. Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin

Pada konteks ini, menjaga lisan tidaklah berbeda dengan menjaga tulisan. Poinnya sama, jika yang kita tulis baik, yang kita sebarkan baik in sya Allah pahalapun berganda. Tapi, jika itu keburukan?
Hmmm... gak kebayang berlipat dosa yg hrs diterima.
"Jagalah kebaikan isi tulisan seprti halnya menjaga lisan"

At Thabari mengatakan "setiap kali kita menerima berita maka endapkanlah dulu sampai mengetahui kebenarannya"

Tabayyun: menahan berita agar tidak menyebar sebelum dilakukan konfirmasi dengan ketelitian.

Lantas, apa yang harus dijaga agar tidak menjadi korban keganasan berita?
1. Abaikan atau hapus jika ragu akan kebenaran pada berita itu
2. Lakukan klarifikasi jika dirasa mampu dan perlu.
3. Jangan tertipu keburukan yang berbungkus kebaikan
4. Berhati-hati dengan segala hal yang berhubungan dengan SARA
5. Pahami BC merupakan 'MLM' bagi kita. Satu BC bisa menjadi multiple pahala bagi kita, ataupun sebaliknya.

Cerdaslah bertutur kata dan bersosial media.

[+/-] Selengkapnya...

GENERASI WACANA

Oleh Rhenald Kasali

Saya sering kasihan melihat anak-anak muda yang makin pintar tetapi hidupnya galau. Penyebabnya beragam. Misalnya, karena hal sepele saja. Belum lagi tamat SMA, mereka sudah dikejar-kejar orang tuanya, "Mau kuliah di mana? Swasta atau negeri?"

Bahkan, sampai menjelang lulus SMA sekalipun, masih banyak yang bingung mau kuliah di mana dan jurusan apa? Jangan heran kalau banyak yang salah jurusan.

Bahkan, sarjana nuklir pun berkarir di bank, sarjana pertanian jadi wartawan, dan seterusnya. Susah-susah kuliah di fakultas kedokteran, namun begitu lulus maunya jadi motivator.

Karena sejak awal sudah galau, setelah lulus tetap galau. Generasi ini pada gilirannya bermetamorfosis menjadi generasi wacana. Jadi, karena dulu selalu galau, setelah lulus hanya mampu berwacana. Ribut melulu. Paling jauh cuma bisa berbuat heboh di media sosial, membuat meme, tetapi tidak berani bertindak. Apalagi menggambil keputusan.

SUARANYA LANTANG

Indikatornya simpel. Kita bisa dengan mudah menemukan mereka dimana-mana. Contohnya begini. Ada dahan yang patah dan menghalangi jalan. Lalu lintas pun jadi macet. Apa yang dilakukan generasi wacana? Dengan gadgetnya, mereka memotret dahan itu. Juga memotret kemacetan yang terjadi. Lalu, mengunggahnya ke media sosial, tentu disertai dengan komentar. Isinya kritik. "Dimana dinas pertamanan kita? Ada dahan yang tumbang kok didiamkan!" Lalu, ketika hasil unggahannya dikomentari banyak orang, senangnya bukan main.

Begitulah potret generasi wacana. Padahal, kalau mau membantu, dia bisa menyingkirkan dahan tersebut dari jalan. Tidak hanya berwacana. Begitulah kita juga saksikan sikap mereka terhadap asap. Itu hanya satu contoh. Contoh lainnya ada dimana-mana.

Sebagian generasi wacana tersebut memasuki dunia kerja. Karir beberapa di antara mereka meningkat dan menduduki posisi-posisi penting. Kalau diperusahaan swasta, mereka itulah yang berteriak paling keras ketika kondisi ekonomi menjadi lebih sulit. Misalnya, ketika pemerintah mengubah kebijakan atau ketika rupiah melemah/kembali menguat seperti sekarang ini.

Kalau didunia politik, mereka ributnya minta ampun. Persis seperti anggota DPR kita. Biasanya kritik sana, kritik sini, tetapi pekerjaan utamanya, seperti membuat undang-undang, malah tidak diurus.

Kalau dilingkungan pemerintahan, mereka adalah orang-orang yang sibuk mengamankan posisi dan cari adu selamat. Caranya? Adu pintar debat dan lihai membangun argumentasi. Mereka sangat pintar kalau soal ini. Tetapi, nyalinya langsung menciut ketika ditantang untuk mengambil keputusan.

Akibatnya, kita merasakan dampaknya. Penyerapan anggaran akan terus sangat rendah dan kinerja perekonomian kita melambat. Kalau pemerintah saja tidak punya nyali, apalagi kalangan swasta.

WE CHANGE

Kalau mau melihat masa depan suatu negara, lihatlah generasi mudanya. Kalau generasi mudanya mudah galau, hanya bisa berwacana, bisa ditebak kelak seperti apa nasib negaranya. Kata banyak orang, karena galau dan sibuk berwacana, negara kita tertinggal sepuluh tahun dari negara-negara lain.

Contoh gampang. Lihatlah jalan tol kita. Kita membangun jalan tol sejak 1973. Lebih dahulu ketimbang Malaysia dan Tiongkok. Tapi coba lihat berapa panjang jalan tol yang telah kita bangun.

Malaysia mulai membangun jalan tol pada 1990. Namanya jalan tol Anyer Hitam. Panjangnya sekitar 10 kilometer. Itu pun yang mengerjakan adalah BUMN kita, PT Hutama Karya. Kini panjang tol di Malaysia sudah mencapai 3.000 kilometer.

Tiongkok pun baru membangun. Jalan tol pertama pada 1990. Jalan tol pertama yang mereka bangun bernama Shenda, menghubungkan dua kota, Shenyang dan Dalian. Kini Tiongkok sudah memiliki jalan tol sepanjang 85 ribu kilometer. Anda tahu berapa panjang jalan tol yang sudah kita bangun hingga saat ini? Belum sampai 900 kilometer! Begitulah kalau negara lain sibuk membangun, kita sibuk berwacana lantaran tidak berani mengambil keputusan.

Jawa Pos,

17 Oktober 2015

[+/-] Selengkapnya...

Nasehat Buat Lelaki Paling Bahagia di Dunia

➡ Nasehat manis dikutip dari buku "lelaki yg paling bahagia di dunia" karangan syaikh Aidh AlQarni

💙0. mulailah harimu dengan sholat fajr dan doa-doa di pagi hari agar kau mendapatkan keberuntungan dan kesuksesan

💙1. lanjutkan dengan istighfar agar syetan menghindar darimu

💙2. jangan putus berdoa, karena sesungguhnya doa merupakan tali kesuksesan

💙3. ingatlah bahwa apapun yg kau katakan akan dicatat oleh malaikat

💙4. senantiasalah optimis meskipun engkau dalam puncak kesusahan

💙5. bahwa keindahan jari jemari karena ia terikat dengan tasbih

💙6. jika engkau menghadapi kegelisahan dan berbagai kegundahan maka ucapkanlah "laa ilaaha illallahu"

💙7. belilah dengan uang dirhammu (berinfaklah) untuk mendapatkan doa orang fakir dan kecintaan orang miskin

💙8. sujud panjang dengan khusyuk itu lebih baik daripada istana2 yang megah.                      
💙9. berfikirlah sebelum berkata, bisa jadi satu perkataanmu bisa mematikan (menyakiti hati orang)

💙10. berhati hatilah terhadap doa orang yang didholimi dan air mata orang yang terampas haknya

💙11. Sebelum engkau membaca buku, koran dan majalah, bacalah terlebih dahulu AlQur'an

💙12. jadilah kau sebab bagi keistiqomahan keluargamu

💙13. bersungguh-sungguhlah jiwamu melaksanakan ketaatan, karena jiwa manusia itu senantiasa mengajak kepada keburukan

💙14. Ciumlah telapak tangan kedua orangtuamu, kau pasti mendapatkan keridhoan

💙15. Baju-baju lamamu merupakan baju baju baru menurut orang orang fakir

💙16. janganlah kau marah, karena hidup ini sangat singkat dari yang kau bayangkan

💙17. Engkau senantiasa bersama dzat yang maha kuat maha kaya, dialah Allah 'azza wa jalla, 

💙18. Jangan kau tutup pintu terkabulnya doa dengan melakukan maksiat

💙19. sholat adalah sebaik baik penolongmu dalam menghadapi berbagai musibah dan kelelahan

💙20. hindari berburuk sangka, kau akan mendapatkan ketenangan dan kenyamanan

💙21. penyebab dari segala kegundahan adalah berpaling dari ALLAH, maka segeralah menuju kepada Nya.

💙22. Sholatlah kau, karena sholatmu akan menemanimu di kubur

💙23. jika kau mendengar orang yang meggunjing (ghibah) maka katakanlah padanya: bertaqwalah kau  kepada ALLAH

💙24. dawamkanlah (senantiasa) kau baca surat Tabarak (sural Al Mulk) karena ia adalah penyelamat

💙 25. orang yang mahruum (terhalang dari rahmat Allah) adalah orang yang terhalang dari mengerjakan sholat dg khusyuk dan mengalirkan air mata

💙26. Jangan kau hina orang mukmin yang sedang lalai

💙27. jadikanlah semua rasa cinta itu karena ALLAH dan Rasul Nya

💙28. maafkanlah orang yang menggunjingmu, karena dia telah menghadiahkan kebaikannya untukmu

💙29. sholat, tilawah, dzikir, merupakan hiasan dadamu

💙30. barangsiapa mengingat panasnya neraka maka ia akan bersabar terhadap dorongan untuk melakukan maksiat

💙31. selama qiyamullail ditegakkan, maka segala penyakit akan hilang, krisis akan berlalu, dan kesusahan akan lenyap

💙32. jauhilah "katanya dan katanya" karena kau masih punya pekerjaan bak gunung

💙33. Kerjakanlah sholat dengan khusyuk, karena  segala hal yang menantimu selain sholat itu lebih rendah urusannya daripada sholat

💙34. jadikanlah mushaf senantiasa disisimu, karena membaca satu ayat Al-Quran itu lebih baik daripada dunia dan isinya

💙35. kehidupan itu indah, dan lebih indah lagi jika kau sertai iman.

Semoga bermanfaat (dr WA ustadz Agung Cahyadi)

[+/-] Selengkapnya...

Dalam Al Quran Ada

Tahukah Anda? Dalam Al-Quran Itu Ada:

S : Berapa jumlah Surah dlm al-Quran?
J : 114 Surah
S : Berapa jumlah Juz dlm al-Quran?
J : 30 Juz
S : Berapa jumlah Hizb dlm al-Quran?
J : 60 Hizb
S : Berapa jumlah Ayat dlm al-Quran?
J : 6236 Ayat
S : Berapa jumlah Kata dlm al-Quran?, dan Berapa Jumlah Hurufnya?
J : 77437 Kata, atau 77439 Kata dan 320670 Huruf
S : Siapa Malaikat yang disebut dlm al-Quran?,
J : Jibril, Mikail, Malik, Malakulmaut, Harut, Marut, Al-Hafazoh, Al-Kiromulkatibun HamalatulArsy, dll.
S : Berapa Jumlah Sajdah (ayat Sujud) dlm al-Quran?
J : 14 Sajdah
S : Berapa Jumlah para Nabi yg disebut dlm Al-Quran?
J : 25 Nabi
S : Berapa Jumlah Surah Madaniyah dlm al-Quran?, sebutkan.
J : 28 Surah, al-Baqoroh, al-Imron, al-Nisa" al-Maidah, al-Anfal, al-Tawbah, al-Ra'd, al-Haj, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, al-Rahman, al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-Shaf, al-Jum'ah, al-Munafiqun, al-Taghabun, al-Thalaq, al-Tahrim, al-Insan, al-Bayinah, al-Zalzalah, al-Nashr.
S : Berapa Jumlah Surah Makiyah dlm al-Quran? sebutkan.
J : 86 Surat, selain surah tersebut di atas.
S : Berapa Jumlah Surah yg dimulai dgn huruf dlm al-Quran?
J : 29 Surah.
S : Apakah yg dimaksud dgn Surah Makiyyah?, sebutkan 10 saja.
J : Surah Makiyyah adalah Surah yg diturunkan di Makkah sebelum Hijrah, seperti: al-An'am, al-Araf, al-Shaffat, al-Isra', al-Naml, al-Waqi'ah, al-Haqqah, al-Jin, al-Muzammil, al-Falaq.
S : Apakah yg dimaksud dgn Surah Madaniyyah? sebutkan lima saja?
J : Surah Madaniyah adalah Surah yg diturunkan di Madinah setelah Hijrah, seperti: al-Baqarah, al-Imran, al-Anfal, al-Tawbah, al-Haj.
S : Siapakah nama para Nabi yg disebut dlm Al-Quran?
J : Adam, Nuh, Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Musa, Isa, Ayub, Yunus, Harun, Dawud, Sulaiman, Yusuf, Zakaria, Yahya, Ilyas, Alyasa', Luth, Hud, Saleh, ZulKifli, Syuaib, Idris, Muhammad Saw.
S : Siapakah satu-satunya nama wanita yg disebut namanya dlm al-Quran?
J : Maryam binti Imran.
S : Siapakah satu-satunya nama Sahabat yg disebut namanya dlm al-Quran?
J : Zaid bin Haritsah. Rujuk dlm surah Al Ahzab ayat 37.
S : Apakah nama Surah yg tanpa Basmalah?
J : Surah at-Tawbah.
S : Apakah nama Surah yg memiliki dua Basmalah?
J : Surah al-Naml.
S : Apakah nama Surah yg bernilai seperempat al-Quran?
J : Surah al-Kafirun.
S : Apakah nama Surah yg bernilai sepertiga al-Quran?
J : Surah al-Ikhlas
S : Apakah nama Surah yg menyelamatkan dari siksa Qubur?
J : Surah al-Mulk
S : Apakah nama Surah yg apabila dibaca pada hari Jum'at akan menerangi sepanjang pekan?
J : Surah al-Khafi
S : Apakah ayat yg paling Agung dan dlm Surah apa?
J : Ayat Kursi, dlm Surah al-Baqarah ayat No.255
S : Apakah nama Surah yg paling Agung dan berapa jumlah ayatnya?
J : Surah al-Fatihah, tujuh ayat.
S : Apakah ayat yg paling bijak dan dlm surah apa?
J : Firman Allah Swt :" Barang siapa yg melakukan kebaikan sebesar biji sawi ia akan lihat, Barang siapa melakukan kejahatan sebesar biji sawi ia akan lihat.. (Surah al-Zalzalah ayat 7-8)
S : Apakah nama Surah yg ada dua sajdahnya?
J : Surah al-Haj ayat 18 dan ayat 77.
S : Pada Kata apakah pertengahan al-Quran itu di Surah apa? ayat no Berapa?
J : وليتلطف Surah al-Kahfi ayat No. 19.
S : Ayat apakah bila dibaca setiap habis Sholat Fardhu dpt mengantarkannya masuk ke dalam surga?
J : Ayat Kursi.
S : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 31 kali dlm satu Surah dan di Surah apa?
J : Ayat فبأي آلاء ربكما تكذبانِ ) pada Surah al-Rahman.
S : Ayat apakah yg diulang-ulang sbyk 10 kali dlm satu Surah dan di surah apa? Apakah ayat ini ada juga disebut dlm surah lainnya? Di Surah apa?
J : Ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada Surah al-Mursalat, juga ada dlm Surah al-Muthaffifiin ayat No. 10.
S : Apakah Ayat terpanjang dlm al-Quran? pada Surah apa? Ayat berapa?
J : Ayat No 282 Surah al-Baqarah.

[+/-] Selengkapnya...

BUDAYA MENGHUKUM DAN MENGHAKIMI PARA PENDIDIK DI INDONESIA

oleh: Prof. Rhenald Kasali
(Guru Besar FE UI)

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal, dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya, tulisan itu buruk. Logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberi nilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat.

"Maaf, Bapak dari mana?"

"Dari Indonesia," jawab saya.

Dia pun tersenyum.

BUDAYA MENGHUKUM

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

"Saya mengerti," jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. "Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak
anaknya dididik di sini," lanjutnya.

"Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! " Dia pun melanjutkan argumentasinya.

"Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat," ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai "A", dari program master hingga doktor.

Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam.
Padahal, saat menempuh ujian program doktor di luar negeri, saya dapat melewatinya dengan mudah. Pertanyaan para dosen penguji memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun, suasana ujian dibuat sangat bersahabat.

Seorang penguji bertanya, sedangkan penguji yang lainnya tidak ikut menekan. Melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.

Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan
kekurangan penuh keterbukaan.

Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut "menelan" mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

***

Etikanya, seorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan. Tapi yang sering terjadi di tanah air justru penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya.

Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.

Mereka bukannya melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul.

Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga cenderung menguji dengan cara menekan. Ada semacam unsur balas dendam dan kecurigaan.

Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Lantas saya berpikir, pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakter hasil didikan guru-gurunya sangat kuat: yaitu karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. "Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan," ujarnya dengan penuh kesungguhan.

Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. "Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti."

Malam itu, saya pun mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa bersalah karena telah memberinya penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya justru mengatakan bahwa "gurunya salah". Kini, saya mampu melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

MELAHIRKAN KEHEBATAN

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut?

Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas...; Kalau...; Nanti...; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun, di lain pihak juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat.

Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian, kecerdasan manusia dapat tumbuh, tetapi sebaliknya juga dapat menurun.

Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh. Tetapi, juga ada orang yang "tambah pintar" dan ada pula orang yang "tambah bodoh"😄

[+/-] Selengkapnya...

Ataya Outbond ke Amanah Farm di Tawang Mangu

[+/-] Selengkapnya...

Syarat Hidup

Sharing dr blog Aditya Mulya 😊😉

October 12th, 2015

Generasi Sebelumnya

Ada seorang operations manager dari sebuah client kantor gue – yang cool banget. Kita undang dia makan siang dan nasinya keras. Kita sebagai vendor yang baik, meminta maaf. Dia bilang,

“Gak papa. Justru saya suka nasi keras. Gak suka tuh saya, beras sushi.”

“Kok sukanya nasi yang keras Pak?” I cannot help but to ask.

“Iya, orang tua saya ngajarin jangan pernah buang makanan. Nasi kemarin juga kita makan.”

This may be simple. But this, blew my mind.

Dan setelah gue menjadi orang tua, di sini lah gue lihat banyak orang tua mulai mengambil langka yang tidak disadari, berdampak.

“Saya waktu kecil, miskin. Saya pastikan anak-anak saya mendapatkan yang terbaik, termahal.”

“Waktu kecil, saya makan aja susah. Saya pastikan mereka itu sekarang makan enak.”

“Waktu kecil, saya belajar ditemani lilin dan 2 buku. Sekarang anak saya, saya sekolahkan ke Inggris.”

We experienced the worst and therefore we tend to give the best.

The question is, is the best…is what our children need? Really?

Orang sukses itu menjadi sukss karena (1) dididik dengan benar, terlepas dari dari apakah dia kaya atau miskin (2) dididik oleh kesulitan yang dia hadapi.

Kita akui ada anak orang kaya yang tetap jempolan attitudenya dan perjuangannya. Tapi kita lihat kebanyakan orang sukses juga dulunya sulit. Kesulitan (dalam beberapa kasus, kemiskinan) itu yang menjadi drive orang-orang untuk menjadi sukses. Ini adalah resep yang nyata. Kesulitan yang orang-orang sukses ini hadapi adalah ladang ujian di mana mereka menempa diri mereka menjadi orang sukses.

Pertanyaannya, jika kita ingin mencetak anak-anak yang bermental baja, kenapa kita justru memberikan semua kemudahan? Kenapa justru kita hilangkan semua kesulitan itu?

Karena dengan menghilangkan kesulitan-kesulitan itu, justru kita menciptakan generasi yang syarat hidupnya banyak.

Generasi Berikutnya

Apa yang terjadi dengan dari hasil thinking frame ‘dulu saya susah, saya tidak ingin anak saya susah’? Ini yang terjadi:

Anak dari teman ibu gue terbiasa makan beras impor thailand. Di 98, kita terkena krisis dan orang tuanya tdiak lagi mampu beli beras impor. Yang terjadi adalah, anaknya gak bisa makan.

Ada anak dari teman yang terbiasa makan es krim haagen dasz, ketika pertama kali makan es krim lokal, dia muntah.

Ada cucu yang ngamuk di rumah neneknya karena di rumah nenek, gak ada air panas.

Gue tidak mencibir mereka. Apa adanya seorang manusia itu terjadi dari nature dan nurture. Semua ini, adalah nurture.

Bahkan di kantor pun sama. Di kantor kebetulan gue jadi mentor seseorang (saat ini). Dalam sebuah kesempatan, dia pernah berkata “Duh, gak nyaman di posisi ini.”

Di lain kesempatan, “Sayang ya, si X resign, padahal dia membuat saya nyaman di kantor sini.”

Pada kali kedua gue mendengar mentee gue ngomong ini, gue mulai masuk “Kamu sadar gak, kamu udah 2 kali menggarisbawahi bahwa kenyamanan dalam kerja itu, penting bagi kamu.”

“…”

“Emang sih idealnya nyaman. Tapi sayangnya, this is life. We don’t get to pick ideal situations. Sometimes we need to settle with what we have and deal with it.

Tentang kenyamanan, coba jadikan itu sebagai sesuatu yang ‘nice to have’ dan bukan ‘must have’.”
 
What to Do?

Gue menyukai cara Sultan Jogja mendidik anak-anaknya. Gue pernah dengar bahwa di saat batita, anak sultan dikirim untuk hiidup di desa. Makan susah, main tanah, mandi di sumur. Intinya, meski dia anak sultan, dia tidak tahu bahwa dia anak sultan dan dia merasakan standar hidup yang rendah – dan merasa cukup dengan itu. Setelah agak besar, dia kembali ke istana. Dampaknya, semua Sultan, bersikap merakyat. Dia makan steak, tapi dia tahu bahwa steak yang dia makan adalah sebuah kemewahan. Bukan sebuah syarat hidup niminum.

Gue pun memiliki syarat-syarat hidup. Semenjak menjadi seorang bapak, gue berubah total dan gue kikis hilang itu semua. Karena gue tidak ingin anak-anak gue memiliki syarat hidup yang banyak. Dan satu-satunya cara memastikan itu terjadi adalah bahwa gue pun tidak boleh memiliki syarat hidup banyak.

Gue mengajak mereka naik kopaja atau transjakarta setiap hari ke sekolah, sebelum mereka merasakan bahwa naik angkutan umum itu, rendah.

Gue membiarkan mereka tidur di lantai. Siapa tahu suatu saat nanti mereka harus terus-terusan.

Gue mematikan AC saat mereka tidur – siapa tahu mereka suatu saat cannot afford air conditioning.

Gue tidak menginstall air panas karena gue ingin anak-anak gue baik-baik saja jika suatu saat nanti mereka tiap hari harus mandi air dingin.

Gue melarang mereka main tablet karena gue ingin mereka tidak tergantung dengan kemewahan itu.

Gue melarang mereka menilai teman dari merk mobil mereka karena merk mobil itu gak pernah penting, dan gak akan penting.

Kita pergi ke mall memakai kopaja. And we have fun ketawa-ketawa, seperti jutaan orang lain.

Gue tidak membuang nasi kemarin yang memang masih bagus. Instead gue makan sama anak-anak gue. Siapa tahu suatu saat, that is all they can afford. Agak keras. And we like it.

We teach them to pursue happiness so that they learn the value and purposes of things. Not the price of things.

Nasi kemarin yang masih perfectly safe to eat, masih punya value. Kopaja dan mercy memiliki purpose yang sama, yaitu mengantar kita ke sebuah tempat.

AC atau gak AC memberikan balue yang sama. A good night sleep.

Kenapa semua ini penting? Kita harus ingat bahwa generasi bapak kita adalah generasi yang bersaing dengan 3 milyar orang. Mereka bisa mengumpulkan kekayaan dan membeli kemudahan untuk generasi kita. Kita harus bersaing dengan 7 milyar orang. Anak kita nanti mungkin harus bersaing dengan 12 milyar orang di generasi mereka.

One needs to be a fucking tough person to be able to compete with 12 billion people. Dan percaya lah, memiliki syarat hidup yang banyak, tidak akan membantu anak-anak kita bersaing dengan 12 milyar orang itu.

[+/-] Selengkapnya...

SEKOLAH KNOWING VS SEKOLAH BEING?

Share dari WA

Satu hari saya kedatangan seorang tamu d SEKOLAH KNOWING VS SEKOLAH BEING? ari Eropa, saya menawarkannya melihat-lihat objek- wisata kota Jakarta. 

Pada saat kami ingin menyeberang jalan, kawan saya ini selalu berusaha untuk mencari zebra cross.

Berbeda dengan saya dan orang Jakarta yang dengan mudahnya menyeberang dimana saja suka, teman saya ini tetap tidak terpengaruh oleh situasi, dan terus mencari zebra cross setiap kali mau menyeberang. Padahal di Indonesia tidak setiap jalan dilengkapi dengan zebra cross.

Yang lebih memalukan meskipun sudah ada zebra cross tetap saja para pengemudi tidak mau memberikan jalan dan tetap menancap gas sehingga rekan saya sering menggeleng-gelengkan kepalanya tanda begitu kagumnya terhadap prilaku bangsa kita.

Akhirnya saya coba menanyakan pandangan teman saya ini mengenai fenomena menyebrang jalan tadi.

Saya bertanya mengapa orang-orang di negara kami menyebrang tidak pada tempatnya, meskipun mereka tahu bahwa Zebra Cross itu adalah untuk menyebrang jalan. Sementara dia selalu konsisten mencari zebra Cross meskipun tidak semua jalan di negara kami dilengkapi dengan zebra cross.

Pelan-pelan dia menjawab pertanyaan saya.
Katanya.... It's all happened because of The Education System.

Wah.. bukan main kagetnya saya mendengar jawaban rekan saya.

Apa hubungan menyebrang jalan sembarangan dengan sistem pendidikan...?

Lalu dia melanjutkan penjelasannya,

Di dunia ini ada dua jenis sistem pendidikan, yang pertama adalah sistem pendidikan yang hanya menjadikan anak-anak kita menjadi mahluk “Knowing” atau sekedar tahu saja, sedangkan yang lainnya sistem pendidikan yang mencetak anak-anak menjadi mahluk “Being”.

Maksudnya...., ?

Ya kebanyakan sekolah yang ada hanya bisa mengajarkan banyak hal untuk diketahui para siswanya...sementara sekolah tadi tidak mampu membangun kesadaran siswanya untuk mau melakukan apa yang dia ketahui itu sebagai bagian dari kehidupannya. Sehingga anak-anak tumbuh hanya menjadi “Mahluk Knowing” hanya sekedar mengetahui bahwa zebra cross adalah tempat menyeberang, tempat sampah adalah untuk menaruh sampah tapi mereka tetap menyebrang dan membuang sampah sembarangan.

Sekolah semacam ini biasanya memiliki banyak sekali mata pelajaran yang diajarkan... hingga tak jarang membuat para siswanya stress dan mogok sekolah, segala macam di ajarkan dan banyak hal yang di ujikan...tetapi tak satupun dari siswa yang menerapkannya setelah ujian dilakukan.
Karena ujiannyapun hanya sekedar tahu...“Knowing”.

Di negara kami... sistem pendidikan benar-benar di arahkan untuk mencetak manusia-manusia yang tidak hanya tahu apa yang benar akan tetapi mereka juga mau melakukan apa yang benar sebagai bagian dari kehidupannya.

Di negara kami anak-anak hanya di ajarkan 3 mata pelajaran pokok yakni Basic Sains, Basic Art dan Social yang dikembangkan melalui praktek langsung dan studi kasus vs kejadian nyata diseputar kehidupan mereka.

Mereka tidak hanya tahu, melainkan mereka juga mau menerapkan ilmu yang diketahuinya dalam keseharian kehidupan mereka.

Anak-anak ini juga tahu persis alasan mengapa mereka mau atau tidak mau melakukan sesuatu.

Cara ini mulai di ajarkan pada anak sejak usia mereka masih sangat dini agar terbentuk sebuah kebiasaan yang kelak akan membentuk mereka menjadi mahluk “Being”.

Yakni manusia-manusia yang melakukan apa yang mereka tahu benar.

Wow...!

Betapa sekolah begitu memegang peran yang sangat penting bagi pembentukan prilaku dan mental anak-anak bangsa.

Betapa sebenarnya sekolah tidak hanya berfungsi sebagai lembaga sertifikasi yang hanya mampu memberi ijazah para anak bangsa.

Kita mestinya lebih arahkan pendidikan untuk mencetak generasi yang tidak hanya sekedar tahu tentang hal-hal yang benar tapi jauh lebih penting untuk mencetak anak-anak yang mau melakukan apa-apa yang  mereka ketahui itu benar....
Mencetak manusia-manusia yang “Being”.

Apakah tempat anak-anak kita bersekolah telah menerapkan sistem pendidikan dan kurikulum yang akan menjadikan anak-anak kita untuk menjadi mahluk “Being” atau hanya sekedar "knowing".
Semoga bermanfaat...
Indahnya berbagi...

[+/-] Selengkapnya...

Peran Ayah dalam pendidikan anak

By ust Bendri Jaisyurrahman pakar islamic parenting dan konselor pernikahan.

Ketika ada tenaga medis bukan dokter hanya mantri lantas asal memberi obat jatuh korban maka akan di anggap mal praktek

Ketika ada sopir metromini lantas mengendarai pesawat tanpa punya ilmu nya akan di anggap mal praktek.

Lalu bagaimana saat ayah dan ibu tidak mempunyai ilmu lantas mereka mempunyai penumpang yang bernama anak ---> mal praktek?
Menghasilkan :

1) Anak2 yang kerdil jiwa nya. Jiwa anak kecil yang terjebak dalam tubuh orang dewasa.

2) Degradasi psikis , akibat nya saat ini  lemah. Dari anak2 lemah ---> menjadi laki2 lemah---> ayah yang lemah---> mencetak anak2 tidak berkualitas.
Anak sekarang hasil penelitian secara psikis setengah umur biologis nya. Anak kuliah berprilaku seperti anak SMP. Anak smp berbicara seperti anak TK "ciyus, miapah,dll"

3) Fenomena cabe2an dan anak alay...
Apa sih anak Alay ?? Mati pola pikir / thinking shock.
Ciri-ciri :
- tidak bisa milih / membuat keputusan.
"Kamu mau makan apa? Hmmm terserah deh... "
Diajak sholat hayuk, diajak maksiat hayuk..
Pagi ke majlis ta'lim, malam dugem
-tidak bisa describe.
"Yaaa gitu deh.."

Penyebab fenomena cabe2an ---> kehilangan sosok ayah

Karena ayahlah yg mengajarkan rasionalitas, otak kiri. Anak yang di besarkan tanpa sosok ayah akan tumbuh emosional dan tdk rasional.

FENOMENA FATHER HUNGER

Indonesia saat ini di sebut sbg Fatherless Country , banyak anak yang berayah namun yatim. Kerusakan psikologis yang di derita anak2 karena kehilangan sosok ayah.

Anak yang dekat dengan ayah nya cenderung menjadi pribadi yang percaya diri dan mudah beradaptasi dengan lingkungan luar. Karena bagi anak2, ayah adalah sosok misterius karena jarang pulang. Namun ketika seorang ayah bisa menjalankan peran nya. Maka anak akan menyimpulkan bahwa dunia luar aman bagi nya.

Stimulus pagi hari, hasil penelitian anak akan termotivasi menjadi sosok orang yang membangunkan dia di pagi hari... Anak yg di bangunkan oleh ayah akan lebih sukses drpd yang di bangunkan oleh ibu. Karena di mindset anak ayah adalah sosok penuh challenge sementara ibu lebih kepada urusan domestik dalam rumah.

Efek dari "father hunger"

1. Kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan luar. Sekolah nempel terus ke ibu nya minta di tungguin.

2. Minder

3. Gay/ melenceng orientasi seksual
Hasil research --> 100% gay krn kehilangan sosok ayah

4. Kesulitan dalam belajar

5. Perasa / susah mengambil keputusan
----> kebanyakan diasuh ibu

6. Kalo perempuan , susah membuat kriteria pasangan. Buat anak perempuan yg dekat dengan ayah nya dia akan dgn mudah apa kriteria pasangan hidup nya? Yang seperti ayah saya.. Karena seharus nya seorang ayah adalah first love bagi anak perempuan nya.

Kebutuhan dasar anak wanita :
- di cintai
-di sayangi
-di puji

"Tau kah kamu nak, tidak ada satu laki2 di dunia ini yg mencintai km melebihi cinta ayah kepada kamu"

"Nak, tidak akan ayah biarkan satu laki2 pun menyakiti hati mu"

"Buat ayah, kamu adalah princess ayah , putri nya ayah yang paling cantik"

Anak2 perempuan yang saat kecil nya tidak mendapat kan ketiga hal diatas akan haus kasih sayang, sehingga ketika beranjak dewasa di rayu oleh laki2 mudah sekali karena dia mendapat apa yg tdk dia dapatkan seharus nya , laki2 yang memuja dia, akibat nya dgn mudah menyerahkan diri dan kehormatan nya...

Buat wanita yang sudah menikah, kalo menghadapi masalah dalam rumah tangga nya dia akan mudah give up, menuntut cerai dia dgn mudah menyimpulkan bahwa smua laki2 brengsek.

Saat ini banyak anak berayah namun yatim, karena fungsi ayah saat ini hanya 2 :
-memberi nafkah
-memberi ijin nikah

Ayah tidak tau kapan anak laki2 nya mimpi basah, subuh ketok pintu "bangun , sholat ke masjid" si anak tdk tau bahwa dia mimpi basah dan harus mandi junub. Berangkat ke masjid tanpa mensucikan diri

Padahal 58% anak Indonesia mengalami mimpi basah pertama nya saat kelas 5 SD (pubertas dini) sementara menurut mendiknas pelajaran mandi junub baru di berikan saat kelas 2 smp. Bayangkan selama berapa tahun si anak sholat ibadah nya tdk sah.

FATHERLESS COUNTRY!

- 0-2 thn pengasuhan full oleh ibu

- Usia pre school --> 90% guru di sekolah2 pre school adalah perempuan
- Usia TK --> sama tenaga pendidik perempuan smua
- Usia SD --> sama tenaga pendidik mayoritas ibu2

Padahal 0-7thn adalah golden age pembentukan karakter , harus imbang stimulan ibu dan ayah

Bayangkan saat cerita ttg sosok Umar ibn Khatab yg bercerita adalah ibu guru tdk bs heroik, harus nya sosok umar itu gagah perkasa. Sosok ibu2 tdk akan bs mewakili.

Maka ketika ada pepataha ttg "al ummu madrasatul ula: seorang ibu adalah sekolah pertama anak2 nya maka tambahkan dan ayah adalah kepala sekolah nya.

Apa fungsi seorang kepala sekolah :

1. Membuat tenaga pendidik nya nyaman. Nyaman kan istri mu , bahagiakan istri mu itu adalah hal terbaik yg bs km berikan kepada anak2 mu. Saat istri kita bahagia maka anak kt akan di besarkan dgn bunga2 yang indah, namun sebalik nya saat istri kt tdk bahagia tdk terjamin hidup nya , kesejahteraan nya dia akan membuang emosi sampah kepada anak2 kita.

2. Menentukan visi dan misi anak didik nya. Mau di jadikan apa anak anak didik nya. Ayah lah yang menentukan lantas mensosialisasi kan nya kepada istri sbg tenaga pendidik

3. Evaluasi, ini lagi2 bukan tugas istri namun tugas kepala sekolah. Panggil tenaga pendidik "umi, kok abi liat anak kita udh umur 10th belum bisa baca al fateha coba gimana sekolah nya , umi ajarkan tdk? Dll

4. Membuat aturan, jangan kebalik ibu2 yang bikin aturan ini itu macem2, saat ayah pulang ayah lah yg melemahkan aturan2 yg ada. Aturan harus nya di buat oleh sang kepala sekolah dan di sosialisasikan pd tenaga pendidik sbg org di lapangan. Misal : kalo abi dengar nanti umi lapor km nonton TV lebih dr 3jam , fasilitas TV abis cabut. Dimana2 yang nama nya kepala sekolah memang tdk selalu hadir tapi peran nya sangat krusial.

Jadi para ayah meski anda harus selalu keluar rumah utk mencari nafkah pastikan saat pulang ke rumah jiwa raga anda untuk anak2 anda. Karena apa? Dalam Al Quran ada 17 dialog ttg anak, 14 diantara nya ttg ayah- anak , Luqman dan anak nya, Ibrahim- Ismail, Ibrahim - Ishak, Syuaib dan anak nya, dsb . Hanya 2 dialog dalam Al Quran yang berisi dialog ibu dan anak, suadara Musa dan Maryam-Isa.

Karena dalam Islam seorang anak akan ikut nasab ayah nya, nasab adalah berarti pertanggung jawaban akan di minta dr seorang ayah berhasil dan gagal ayah yg akan di mintai pertanggung jawaban sesuai nasab nya...

[+/-] Selengkapnya...

Orang tua digital

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Suatu malam di stasiun kereta api Tugu, Yogyakarta. Seorang ibu sedang menebar senyumnya, entah dengan siapa. Tapi bukan kepada orang di sekelilingnya, bukan pula kepada anaknya yang masih balita di sampingnya. Tampak sangat asyik. Diselai lorong sempit, suaminya duduk hamper berhadapan, tepatnya sejajar dengan anak lelaki mereka, juga tengah asyik dengan gadget ukuran cukup lebar di tangannya. Mungkinkah suami-istri sedang itu asyik bercanda melalui gadget? Sepertinya tidak. Ekspresi mereka menunjukkan keasyikan yang berbeda.

Anak lelakinya sesekali merajuk meminta perhatian, tetapi segera ditepis oleh ibunya, bahkan kadang agak ketus. Anak itu masih berusaha merebut perhatian ibunya, tapi tetap gagal. Lalu ia mencoba lagi meraih perhatian ayahnya. Tetap sama: gagal. Beberapa saat kemudian ibunya tiba-tiba dengan wajah penuh semangat berbicara kepada anaknya, meminta berdiri, lalu berpose sejenak untuk diambil gambarnya melalui gadget. Belum puas, sekali lagi anaknya diminta bergaya. Senyum lebar merekah dari keduanya. Tetapi sesudahnya, ibu itu kembali tenggelam dengan gadegtnya, membiarkan anak lapar perhatian.

Tak kehilangan akal, anak ini lalu menendang trolley bag miliknya. Jatuh. Ibunya segera merenggut tangannya dan memelototinya dengan marah. Anak laki-laki itu segera menangis, menunjukkan pemberontakannya. Gagal mendiamkan anaknya, meski upayanya belum seberapa, ibu itu segera meminta suaminya turun tangan. Tak kalah galak, ayah anak lelaki yang “malang” itu segera menampakkan kemarahan dan memaksanya diam. Tapi anak tetap menangis. Berontak. Anak itu baru diam sesudah jurus ancaman meninggalkan anak itu sendirian di stasiun, dilancarkan ayahnya.

Pemandangan menyedihkan. Inilah orangtua digital yang luar biasa sibuk, bukan karena banyaknya urusan, tetapi karena banyaknya percakapan di sosial media yang mereka ikuti. Orangtua memperoleh keasyikan dengan gadegtnya, tetapi anaknya menderita kelaparan perhatian.

Diam-diam saya bertanya, seperti apakah saya? Jangan-jangan saya pun telah menjadi orangtua digital yang menganggap semua persoalan dapat diselesaikan dengan up-date status twitter maupun facebook. Mesra di media sosial, tapi kering dalam berbincang tatap muka. Penuh jempol di laman facebook, tetapi yang bergerak hanya jari tengah dan telunjuk. Bukan jempolnya sendiri.

Pada anak-anak balita, mereka tak dapat mengimbangi dengan aktivitas internet. Tetapi mereka pun mulai belajar menikmati dunianya sendiri dengan gadget, game dan tontonan sembari pelahan-lahan belajar menganggap kehadiran orangtua sebagai gangguan. Di saat seperti itu, masihkah kita berharap tutur kata kita akan mereka dengar sepenuh hati?

Astaghfirullahal ‘adzim. Kepada Allah Ta’ala saya memohon atas lalai, lengah dan teledor saya terhadap anak-anak dan keluarga.

Tapi bukankah kita tidak dapat mengelak dari kehidupan digital? Emm… Mungkin ya, mungkin tidak. Berkenaan dengan ini, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:

Pseudo-Attachment: Seakan Dekat, tapi Tak Akrab 

Jika anak aktif di social media, orangtua memang sebaiknya berteman ataupun saling menjadi follower. Tetapi ini saja tidak cukup. Orangtua tetap perlu memperhatikan tingkat konsumsi anak terhadap social-media. Merespon status anak di social media juga sangat bagus, tetapi jika tidak mengimbangi dengan aktivitas nir-luring (off line) yang baik, kita dapat terjebak dalam pseudo-attachment (kedekatan semu), seakan saling dekat, padahal masing-masing sibuk dengan dunianya sendiri; sibuk narsis. Orangtua merasa dekat dengan anak, padahal mereka sebenarnya belum benar-benar saling mengenal.

Privasi atau Alienasi: Tetap Harus Ada Kontrol Orangtua 

Salah satu kata sakti di era digital ini adalah privasi. Terlebih sejumlah gadget memang menyediakan fitur yang memberikan privasi penuh. Tetapi satu hal yang harus kita ingat, memberi pupuk (padahal ini sangat bermanfaat) sebelum waktunya justru menjadikan tanaman mati. Bukan sekedar tidak berkembang. Begitu pun privasi, tanpa kendali yang baik dari orangtua di satu sisi, dan kepedulian serta empati yang kuat pada diri anak, member privasi penuh justru menjadi pintu awal alienasi. Anak terasing secara sosial, selfish dan egois. Jika ini terjadi, kecakapan sosial anak akan tumpul.

Apakah ini berarti kita tidak memberikan privasi? Kita tetap memberikannya sesuai tuntunan agama dengan takaran yang tepat. Kita memberikannya untuk hal-hal tertentu, misal berkenaan dengan penjagaan aurat, tetapi tidak membiarkan anak tenggelam dengan dunianya sendiri atas nama privasi. Soal gadget yang berkemampuan untuk melakukan aktivitas online misalnya, kita perlu mengingat bahwa anak perlu bekal memadai berkait etika berinternet dan memahami betul apa yang perlu dilakukan untuk memperoleh manfaat dari gadget. Bukan sekedar memperturutkan keasyikan.

Privasi juga hanya akan baik apabila sudah tepat waktunya untuk memberikan. Ibarat api. Jika anak belum dapat cukup matang, jangan biarkan anak bermain-main api sendirian.

Nah.

Mesin Pembunuh Itu Bernama Game Online

Jangan kaget. Saya harus menyebut dengan ungkapan menyeramkan karena memang sangat banyak kasus yang saya temukan. Gegara game online, anak yang tinggal setengah juz saja sudah hafal Al-Qur’an penuh 30 juz, akhirnya terdampak menjadi pecandu game online. Sanggup bermain terus-menerus hingga lebih dari 2 hari 2 malam tanpa istirahat. Mereka berhenti bermain hanya karena badannya sudah tidak kuat lagi menyanggah keinginannya. Berhenti karena tertidur. Ini berarti, anak yang telah kecanduan game online kelas berat hampir tak melakukan aktivitas lain di luar bermain game. Ini sangat mengerikan.

Ada pula yang sampai melakukan penipuan demi membeli level bermain game online yang lebih tinggi. Ini semua tentu tidak tiba-tiba. Ada tahapnya. Nah, yang perlu kita jaga adalah, anak yang belum kenal game online jangan sampai diantarkan ke pintu-pintunya semata karena temannya banyak yang bermain game online. Tiap orangtua punya arah (termasuk yang tidak tahu harus kemana). Kita harus mengendalikan arah pendidikan anak kita.

 
Time to Go Online: Kapan Kita Beri Kesempatan Anak Berselancar 

Boleh saja anak melakukan aktivitas online, tetapi kita perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, apakah budaya belajarnya telah tertanam kuat. Budaya belajar, bukan sekedar kebiasaan belajar. Jika budaya belajar belum mereka miliki, maka kegiatan online akan mematikan hingga ke akar-akarnya. Kedua, apakah anak telah memahami betul etika dunia maya serta manfaat apa yang akan mereka dapatkan. Jika mereka memiliki arah yang jelas, internet dapat menjadi fasilitas yang sangat bermanfaat. Tetapi jika tidak, mereka akan terkalahkan oleh internet dan tenggelam di dalamnya, termasuk tenggelam dalam aktivitas pacaran online. Ketiga, apakah anak memiliki kecakapan sosial yang memadai dan memiliki ikatan sosial yang baik dengan teman-teman maupun keluarga. Jika ini tidak ada, kita perlu persiapkan anak agar memiliki lingkungan hubungan sosial yang baik terlebih dahulu agar kelak tidak teralienasi dari kehidupan sosial atau bahkan kehidupan nyata pada tingkat minimal.

Usia berapa sebaiknya anak boleh melakukan kegiatan online? Jika benar-benar sampai pada tingkat kebutuhan, anak dapat memiliki alamat email dan kegiatan internet untuk mencari pengetahuan di usia sekitar 10 tahun. Syaratnya, tiga hal tadi telah ada. 

Wallahu a’lam bish-shawab.

[+/-] Selengkapnya...

Cerita Hebat Huruf T

Tatkala Temperatur Terik Terbakar Terus, Tukang Tempe Tetap Tabah, "Tempe... Tempe...," Teriaknya.

Ternyata Teriakan Tukang Tempe Tadi Terdengar Tukang Tahu.
Terpaksa Teriakannya Tambah Tinggi, "Tahu... Tahu... Tahu...!"

"Tempenya Terbaik, Tempenya Terenak, Tempenya Terkenal," Timpal Tukang Tempe.

Tukang Tahu Tidak Terima, "Tempenya Tengik, Tempenya Tawar, Tempenya Terjelek!"

Tukang Tempe Tertegun, Terhenyak, "Teplak!!!" Tamparannya Tepat Terkena Tukang Tahu. Tapi Tukang Tahu Tidak Terkalahkan. Tendangannya Tepat Terkena Tulang Tungkai Tukang Tempe.

Tukang Tempe Terjengkang Tumbang! Tapi Terus Tegak, Tatapannya Terhunus Tajam Terhadap Tukang Tahu. Tetapi Tukang Tahu Tidak Terpengaruh Tatapan Tajam Tukang Tempe Tersebut.

"Tidak Takut!" Tantang Tukang Tahu.

Tidak Ternyana Tangan Tukang Tempe Terkepal, Tinjunya Terarah, Terus Tonjokannya Tepat Terkena Tukang Tahu. Tak Terelakkan!
Tujuh Tempat Terkena Tinjunya. Tonjokan Terakhir Tepat Terkena Telak. Tukang Tahu Terjerembab.

"Tolong... Tolong... Tolong..." Teriaknya Terdengar Tinggi. Tanpa Tunda Tempo, Tukang Tempe Teruskan Teriakannya, "Tempe... Tempe... Tempe...!"

Tapi Terus Terdengar Tembakan. Tukang Tempe pun Tertembak Tentara Teroris, "Tetetetetetetetetetetetetetet..." Tukang Tempe Terkapar Tertembak. Tukang Tahu pun Tertawa Terbahak-bahak.

Teletai Telitanya. Tapek Tau...

[+/-] Selengkapnya...

Jangan Menunggu

1. Jangan menunggu bahagia baru  tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.

2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya.

3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.

4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain! Maka kamu akan dipedulikan ….

5. Jangan menunggu orang memahami kamu. baru kamu memahami dia, tâÞi pahamilah orangitu, maka orang itu   dengan kamu.

6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis.tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.

7. Jangan menunggu projek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka projek akan menunggumu.

8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai.

9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah bukan sekadar uang yang datang tapi juga rezeki yang lainnya.

10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.

11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.

12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Maka kamu pasti bisa!

13. Jangan menunggu waktu luang tuk ber-Ibadah. Tapi luangkan waktu tuk ber-Ibadah.

[+/-] Selengkapnya...

Nasehat Ust Abu Bakar Ba'asyir

Nasehat Ustadz Abu Bakar Ba’asyir: Sebab Musibah yang Menimpa Umat Islam Khususnya di Indonesia

Semua musibah yang menimpa umat Islam akhir-akhir ini, termasuk umat Islam di Indonesia diantara bentuknya, orang Kafir tidak lagi takut kepada umat Islam meskipun mayoritas. Diantaranya pembantaian umat Islam dan gangguan dalam beribadah dari kalangan Yahudi, Nashrani dan Thoghut Indonesia. Musibah ini akibat kesalahan umat Islam sendiri karena melanggar syariat dan hukum Allah. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala:

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali ‘Imron 3 : 165)

Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:

Setelah Allah Subhanallahu wa Ta’ala menolong jihadnya para ulama/umat Islam/para santri pondok pesantren, sehingga berhasil mengusir penjajah Kafir (Belanda dan Inggris) dan penjajah musyrik (Jepang), umat Islam tidak menegakkan Daulah Islamiyyah di Indonesia, tapi justru menerima kemauan Soekarno yang berfaham Sosialis agar mendirikan negara Kafir yang berdasarkan Pancasila /Demokrasi/ Nasionalis.
Padahal menurut Hukum Allah Subhanallahu wa Ta’ala, umat Islam wajib mengamalkan Islam dalam negara Islam, tidak boleh di negara Kafir yang dipimpin oleh Thoghut.

Negara Islam mengamalkan syariat/hukum Allah secara murni dan Kaffah (keseluruhan/100%), sehingga tauhid umat Islam tetap lurus dan bertambah kuat dan akhlak mereka menjadi mulia, karena di dalam negara Islam Allah menyelamatkan tauhid dan iman umat Islam.

Sedangkan di negara Kafir yang dipimpin oleh Thoghut menggiring rakyatnya terutama umat Islam, agar meninggalkan tauhid, mengamalkan syirik, membolehkan perbuatan maksiat dan mungkar, dan hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam gaya bahasa; Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan (syirik / maksiat / mungkar) dan memasukkan mereka ke dalam kehidupan yang bercahaya (Tauhid / Iman / Amal Ma’ruf).

Sedangkan Thoghut mengeluarkan mereka dari kehidupan yang bercahaya dan menjerumuskan mereka ke dalam kehidupan yang gelap. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 257)

Ini artinya, semua Thoghut dan negara Kafir peranannya adalah memurtadkan umat Islam meskipun tidak dalam bentuk pindah agama, tetapi dalam bentuk mendoktrin umat Islam dengan ajaran syirik (Demokrasi, Nasionalis, Sosialis, Pancasila dan lain-lain).

Dan kalau mereka mempunyai kemampuan, umat Islam diperangi agar mau murtad. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallohu wa Ta’ala dalam firmanNya,

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا

“Mereka tidak h
enti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari Agamamu kepada kekafiran kalau mereka sudah ada kemampuan….”. (QS. Al-Baqarah 2 : 217)

Kemudian ditegaskan lagi oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 217)

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi”. (QS. Ali ‘Imran 3 : 149)

2. Kesalahan besar yang lain adalah ialah umat Islam meninggalkan Jihad dalam memperjuangkan Islam hanya dengan jalan dakwah, pendidikan, usaha-usaha sosial, bahkan dengan cara yang bertentangan dengan Islam yaitu masuk ke dalam DPR.

Yang perlu harus kita pahami bahwa memperjuangkan tegaknya Islam disamping dengan dakwah, wajib dengan berjihad. Tanpa jihad, Islam menjadi hina, diinjak-injak orang Kafir dan dipermainkan oleh Thoghut meskipun mereka mayoritas.

Ini terbukti keadaan umat Islam di Indonesia yang sangat hina dan diremehkan oleh Thoghut dan ada yang terang-terangan dibantai oleh Kafir Nashrani, padahal mereka sudah berjuang menegakkan Islam selama ± 60 tahun.

Sedangkan umat Islam yang ada di Iraq dan Suriah berjuang mendirikan Khilafah Islamiyyah baru 1 tahun sudah berhasil menegakkan Daulah/Khilafah Islamiyyah dan wilayah yang dikuasainya lebih luas dari negara Inggris. Mereka sudah sanggup mengamalkan syari’at Islam secara murni dan kaffah (100%) bukan hanya slogan-slogan atau teori saja seperti yang didakwahkan oleh Ormas atau Orpol di Indonesia.

Keberhasilan dan pertolongan Allah Subhanallahu wa Ta’ala ini mereka dapatkan karena mereka semangat berjihad disamping berdakwah. Sehingga mereka ditakuti oleh semua negara Kafir di dunia. Ini adalah bukti yang jelas tidak mungkin dibantah, bahwa memperjuangkan tegaknya Islam tanpa jihad pasti gagal.

Karena besarnya peranan jihad, maka Allah Subhanallahu wa Ta’ala:

A. Mewajibkan berjihad, ini ditegaskan dalam firmanNya,

“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 216)

B. Allah memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar mengobarkan semangat perang kaum Mukminin. Ini ditegaskan dalam firmanNya,

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”. (QS. Al-Anfal 8 : 65)

C. Umat Islam yang tidak mau berjihad disingkirkan oleh Allah dan diganti dengan yang mau berjihad. Ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyik
sa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Taubah 9 : 38-39)

Maka, apabila umat Islam Indonesia baik yang saat ini berada di Orpol atau Ormas Islam atau jama’ah-jama’ah lainnya tidak mau berjihad, mereka akan dihinakan oleh Allah dan disingkirkan, serta diganti dengan yang siap berjihad, karena Allah menghendaki agar Islam tegak di Indonesia.

Maka dengan izin Allah, mari kita melangkah berjihad dalam perjuangan kita menegakkan Islam khususnya di Indonesia ini. Dan hendaklah kita meyakini bahwa Muslim yang berjihad dengan niat ikhlas akan mendapat kemenangan, mungkin menang di dunia, yakni berhasil menegakkan Daulah/Khilafah sehingga hidupnya tentram dan nyaman, atau mungkin menang di akhirat karena mati syahid. Ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Katakanlah: “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. sebab itu tunggulah, sesungguhnya Kami menunggu-nunggu bersamamu”. (QS. At-Taubah 9 : 52)

Yang dimaksud dua kebaikan dalam ayat tersebut adalah menang di dunia atau menang diakherat. Masihkah Anda semua ragu-ragu untuk berjihad??

Sijn Thoghut Pasir Putih
21 Syawwal 1436 H
al-Faqir Ilallah
Abu Bakar Ba’asyir

[+/-] Selengkapnya...

Nasehat Ust Abu

Nasehat Ustadz Abu Bakar Ba’asyir: Sebab Musibah yang Menimpa Umat Islam Khususnya di Indonesia

Semua musibah yang menimpa umat Islam akhir-akhir ini, termasuk umat Islam di Indonesia diantara bentuknya, orang Kafir tidak lagi takut kepada umat Islam meskipun mayoritas. Diantaranya pembantaian umat Islam dan gangguan dalam beribadah dari kalangan Yahudi, Nashrani dan Thoghut Indonesia. Musibah ini akibat kesalahan umat Islam sendiri karena melanggar syariat dan hukum Allah. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala:

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali ‘Imron 3 : 165)

Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:

Setelah Allah Subhanallahu wa Ta’ala menolong jihadnya para ulama/umat Islam/para santri pondok pesantren, sehingga berhasil mengusir penjajah Kafir (Belanda dan Inggris) dan penjajah musyrik (Jepang), umat Islam tidak menegakkan Daulah Islamiyyah di Indonesia, tapi justru menerima kemauan Soekarno yang berfaham Sosialis agar mendirikan negara Kafir yang berdasarkan Pancasila /Demokrasi/ Nasionalis.
Padahal menurut Hukum Allah Subhanallahu wa Ta’ala, umat Islam wajib mengamalkan Islam dalam negara Islam, tidak boleh di negara Kafir yang dipimpin oleh Thoghut.

Negara Islam mengamalkan syariat/hukum Allah secara murni dan Kaffah (keseluruhan/100%), sehingga tauhid umat Islam tetap lurus dan bertambah kuat dan akhlak mereka menjadi mulia, karena di dalam negara Islam Allah menyelamatkan tauhid dan iman umat Islam.

Sedangkan di negara Kafir yang dipimpin oleh Thoghut menggiring rakyatnya terutama umat Islam, agar meninggalkan tauhid, mengamalkan syirik, membolehkan perbuatan maksiat dan mungkar, dan hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam gaya bahasa; Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan (syirik / maksiat / mungkar) dan memasukkan mereka ke dalam kehidupan yang bercahaya (Tauhid / Iman / Amal Ma’ruf).

Sedangkan Thoghut mengeluarkan mereka dari kehidupan yang bercahaya dan menjerumuskan mereka ke dalam kehidupan yang gelap. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 257)

Ini artinya, semua Thoghut dan negara Kafir peranannya adalah memurtadkan umat Islam meskipun tidak dalam bentuk pindah agama, tetapi dalam bentuk mendoktrin umat Islam dengan ajaran syirik (Demokrasi, Nasionalis, Sosialis, Pancasila dan lain-lain).

Dan kalau mereka mempunyai kemampuan, umat Islam diperangi agar mau murtad. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallohu wa Ta’ala dalam firmanNya,

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا

“Mereka tidak h
enti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari Agamamu kepada kekafiran kalau mereka sudah ada kemampuan….”. (QS. Al-Baqarah 2 : 217)

Kemudian ditegaskan lagi oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 217)

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi”. (QS. Ali ‘Imran 3 : 149)

2. Kesalahan besar yang lain adalah ialah umat Islam meninggalkan Jihad dalam memperjuangkan Islam hanya dengan jalan dakwah, pendidikan, usaha-usaha sosial, bahkan dengan cara yang bertentangan dengan Islam yaitu masuk ke dalam DPR.

Yang perlu harus kita pahami bahwa memperjuangkan tegaknya Islam disamping dengan dakwah, wajib dengan berjihad. Tanpa jihad, Islam menjadi hina, diinjak-injak orang Kafir dan dipermainkan oleh Thoghut meskipun mereka mayoritas.

Ini terbukti keadaan umat Islam di Indonesia yang sangat hina dan diremehkan oleh Thoghut dan ada yang terang-terangan dibantai oleh Kafir Nashrani, padahal mereka sudah berjuang menegakkan Islam selama ± 60 tahun.

Sedangkan umat Islam yang ada di Iraq dan Suriah berjuang mendirikan Khilafah Islamiyyah baru 1 tahun sudah berhasil menegakkan Daulah/Khilafah Islamiyyah dan wilayah yang dikuasainya lebih luas dari negara Inggris. Mereka sudah sanggup mengamalkan syari’at Islam secara murni dan kaffah (100%) bukan hanya slogan-slogan atau teori saja seperti yang didakwahkan oleh Ormas atau Orpol di Indonesia.

Keberhasilan dan pertolongan Allah Subhanallahu wa Ta’ala ini mereka dapatkan karena mereka semangat berjihad disamping berdakwah. Sehingga mereka ditakuti oleh semua negara Kafir di dunia. Ini adalah bukti yang jelas tidak mungkin dibantah, bahwa memperjuangkan tegaknya Islam tanpa jihad pasti gagal.

Karena besarnya peranan jihad, maka Allah Subhanallahu wa Ta’ala:

A. Mewajibkan berjihad, ini ditegaskan dalam firmanNya,

“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 216)

B. Allah memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar mengobarkan semangat perang kaum Mukminin. Ini ditegaskan dalam firmanNya,

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”. (QS. Al-Anfal 8 : 65)

C. Umat Islam yang tidak mau berjihad disingkirkan oleh Allah dan diganti dengan yang mau berjihad. Ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyik
sa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Taubah 9 : 38-39)

Maka, apabila umat Islam Indonesia baik yang saat ini berada di Orpol atau Ormas Islam atau jama’ah-jama’ah lainnya tidak mau berjihad, mereka akan dihinakan oleh Allah dan disingkirkan, serta diganti dengan yang siap berjihad, karena Allah menghendaki agar Islam tegak di Indonesia.

Maka dengan izin Allah, mari kita melangkah berjihad dalam perjuangan kita menegakkan Islam khususnya di Indonesia ini. Dan hendaklah kita meyakini bahwa Muslim yang berjihad dengan niat ikhlas akan mendapat kemenangan, mungkin menang di dunia, yakni berhasil menegakkan Daulah/Khilafah sehingga hidupnya tentram dan nyaman, atau mungkin menang di akhirat karena mati syahid. Ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Katakanlah: “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. sebab itu tunggulah, sesungguhnya Kami menunggu-nunggu bersamamu”. (QS. At-Taubah 9 : 52)

Yang dimaksud dua kebaikan dalam ayat tersebut adalah menang di dunia atau menang diakherat. Masihkah Anda semua ragu-ragu untuk berjihad??

Sijn Thoghut Pasir Putih
21 Syawwal 1436 H
al-Faqir Ilallah
Abu Bakar Ba’asyir

[+/-] Selengkapnya...

Filosofi Lagu Cublak-cublak Suweng

1. Cublak-cublak suweng.. Cublak = tempat, suweng adalah anting perhiasan (harta) wanita Jawa.. Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu suweng (suwung, sepi, sejati) atau harta sejati..

2. Suwenge teng gelenter, Suwenge Teng Gelenter = suweng berserakan.. Harta sejati kebahagiaan sejati) sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia..

3. Mambu ketundhung gudel, Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak kerbau).. Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu.. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati..

4. Pak empo lera-lere, Pak empo (bapak ompong), Lera-lere (menengok kanan kiri) .. Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan.. Meski hartanya berlimpah, ternyata itu harta palsu, bukan harta sejati (kebahagiaan sejati).. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri..

5. Sopo ngguyu ndhelikake, Sopo ngguyu (siapa tertawa), Ndhelikake (dia yang menyembunyikan).. Ini menggambarkan bahwa barangsiapa bijaksana, dialah yg menemukan tempat harta sejati (tempat kebahagian sejati), dia adalah orang yang tersenyum, “sumeleh” dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang- orang yang serakah..

6. Sir-sir pong dele kopong, Sir (hati nurani), Pong Dele Kopong (kedelai kosong tanpa isi).. Artinya di dalam hati nurani yang kosong.. Maknanya bahwa untuk sampai kepada tempat harta sejati (cublak suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari kecintaan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam sir-nya/hati nuraninya..

Kesimpulan dari lagu ini kurang lebih sebagai berikut : Dalam mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu. Jangan ngawur. Segalanya ditabrak tanpa dipikir dulu. Kuncinya kembali ke hati nurani yg bersih. Jauh dari keserakahan hawa nafsu. Dengan hati nurani bersih akan lebih mudah menemukan kebahagiaan. Tidak tersesat jalan hingga lupa akan etika, dosa dan akhirat.

[+/-] Selengkapnya...

Tukang Ojek Berpendapatan 10jt Perbulan

Sejumlah media menulis kisah yang menggugah. Jika tekun menarik order, seorang tukang ojek di Gojek bisa mendapatkan income hingga Rp 10 juta per bulan.

Sebuan pencapaian yang sangat mengesankan. Terutama untuk profesi yang selama ini dianggap kelas pinggiran.

Kisah tentang Gojek adalah narasi tentang social innovation, keajaiban teknologi aplikasi, dan kejeniusan ilmu supply chain management.

Mari kita bedah satu demi satu dengan renyah.

Sejatinya GOJEK adalah perusahaan penyedia jasa transportasi yang berbasis pada kekuatan magis teknologi aplikasi. The power of Apps.

Salah satu sumber inefisiensi layanan tukang ojek adalah masa ngetem yang terlalu lama. Idle time kalau dalam bahasa supply chain management. Waktu kosong yang hilang sia-sia.

Gojek dengan kekuatan aplikasinya yang real time mampu memotong masa tunggu itu (ngetem untuk dapat order) dengan dramatis. Ribuan calon pelanggan yang telah mendownload aplikasi Gojek yang user friendly – dibuat untuk mudah melakukan pemesanan order pengiriman (entah jasa antar orang, dokumen atau barang).

Lantas ribuan order yang terkumpul itu, di-distribusikan oleh Gojek ke ribuan armadanya, yang berada pada titik paling dekat dengan yang memberi order, secara real time, seketika. Proses ini berlangsung secara kontinyu, real time.

Dengan proses seperti itulah, maka level produktivitas pengojek naik secara sangat signifikan. Dengan kekuatan ajaib aplikasi yang bersifat real time, masa tunggu pengojek bisa ditekan hingga nyaris titik nol.

Apa yang terjadi saat produktivitas naik secara dramatis. Otomatis, income juga bisa melesat ke level yang tak terbayangkan.

Just In Time Inventory. Ini adalah prinsip legendaris perusahan-perusahaan hebat Jepang seperti Toyota. Saat masa tunggu inventory bisa dibuat menjadi zero.

Dan persis prinsip seperti itulah yang diterapkan oleh Gojek dengan kekuatan aplikasinya. Hasilnya adalah keajaiban : "Seorang tukang ojek bisa mendapat income 10 juta per bulan".

Gojek mungkin contoh keindahan inovasi sosial berbasis teknologi, bagaimana kekuatan aplikasi (digital apps) bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan ekonomi kaum kelas pinggiran (tukang ojek).

Ya, niatan untuk mengentaskan kemiskinan memang tidak diperoleh dengan demo, spanduk, rapat di gedung parlemen atau teriak-teriak di jalanan. Kekuatan sebuah aplikasi yang jenius acap jauh lebih powerful dari itu semua. This is the beauty of digital technology.

Namun inovasi sosial yang jenius dari Gojek ini mendapatkan tantangan dari DUA KEKUATAN. Dan keduanya bisa menghancurkan bisnis Gojek.

Yang pertama adalah resistensi dari para TUKANG OJEK PANGKALAN. Ini adalah potret muram dari proses inovasi teknologi, bagaimana kekuatan otak (kemudahan teknologi digital ) harus berhadapan dengan kekuatan otot yang enggan menerima proses perubahan zaman.

Dan kita tahu, pertempuran melawan kekuatan otot acap jauh lebih melelahkan dibanding harus bertarung melawan kekuatan otak.

Proses inovasi teknologi memang kadang justru gagal karena masyarakatnya sendiri secara sosiologis tidak siap menerima perubahan. Fenomena yang juga lazim terjadi dalam berbagai kisah perubahan korporat (corporate transformation process).

Status quo dan comfort zone kadang menjadi dua algojo yang acap sukses menjegal potensi kekuatan inovasi.

Kekuatan kedua yang juga bisa merobohkan bisnis Gojek datang dari rival yang tak kalah menggetarkan. Yakni "GRAB BIKE". Perusahaan yang sama dengan Gojek, namun datang dari pengusaha Malaysia. Dan dengan dukungan modal hingga 2.5 triliun.

Dengan dukungan dana nyaris tak terbatas itu, Grab Bike langsung meletuskan amunisi peperangan. Mereka segera meluncurkan “predatory pricing war”. Tarif promosi ojek Grab Bike hanya Rp 5 ribu kemana saja (tarif promosi Gojek 10 ribu, dan kini sudah naik ke 15 ribu).

Grab Bike juga memberikan upah ke pengojeknya 90% dari total order, sementara Gojek hanya 80%. Grab Bike juga memberikan program berangkat umroh kepada pengojeknya yang berprestasi (akhirnya tukang ojek juga bisa naik umroh. Bukan hanya tukang bubur).

Perlawanan keras dari Grab Bike itu segera membuat Gojek agak gentar. Pricing war yang berkepanjangan pada akhirnya bisa membuat keduanya malah bangkrut. Bisnis memang kadang brutal dan tak kenal ampun.

Kita tidak tahu apakah Gojek akan bisa mengatasi perlawanan dari dua dimensi yang berbeda itu dengan sukses (resistensi dari ojek pangkalan dan rivalitas bisnis dengan Grab Bike).

Btw, pendiri Gojek sendiri, NADIEM MAKARIM, bukan anak muda sembarangan. Pria muda Jakarta ini alumnus Harvard Business School (sekolah bisnis terbaik di muka bumi).

Dengan mudah Nadiem sebenarnya bisa melamar kerja di Wall Street dengan gaji puluhan ribu dollar per bulan. Namun ia memilih pulang ke tanah airnya, demi membangun bisnis yang memberdayakan kaum kelas pinggiran. Melalui kekuatan aplikasi digital.

Jajaran manajemen dan pendiri Gojek lainnya juga diisi oleh para alumnus dari sekolah bisnis hebat seperti University of Chicago. Dan rata-rata pernah bekerja di perusahaan kelas dunia.

Dari sisi kualitas, SDM yang menduduki peran kunci di Gojek sebenarnya setara dengan mutu SDM di perusaahaan top seperti Google, Microsoft ataupun IBM. Mereka secara kolektif adalah one of the best management brains di tanah air.

Jika bisnis Gojek berhasil, dampak mereka dalam memberdayakan ekonomi kaum kelas pinggiran bisa sangat mengesankan.

Sekali lagi, itulah kekuatan social innovation yang berbasis pada kekuatan by HBO digital.

Welcome to Digital Innovation.

[+/-] Selengkapnya...

 

© 2007 Arsip Cyber: 2015 | Design by Rohman abdul manap | Template by : Template Unik