Kangen water?

Baca dulu http://www.chem1.com/CQ/ionbunk.html sebelum anda beli...

[+/-] Selengkapnya...

Miskomunikasi

Contoh-contoh Komunikasi yang Kurang Nyambung:

1. Dok, tolong selametin anak saya! || Tenang dulu bu! Anak ibu kenapa? || Anak saya ulang tahun dok! Selametin ya…

2. Rapi amat lo Dul, mau kemana? ||           Nonton konser Mak! || Dimana? || Di Youtube || Oh, baek baek yak Dul || Iye mak

3. Bang, bakso dong || Boleh || Sambelnya banyakin dikit ||  Mau lu apa sih, banyak ape sedikit gitu aja ngomong nya biar jelas guaa?

4. Bang, nasi goreng satu! || Pedes apa gak? || Mana gue tau? Kan belum juga di goreng nasinya apa lagi nyicipin...

5. Bang bubur 1 ya! || Pakai kacang? || ya pakee.. || Dikasih ayam nggak? || lah  kalau dikasih ayam gue makan apa?

6. Saya mau ngelamar kerja, ini poto copy ijazah saya || Kok poto copy?!? aslinya mana…???||  Asli Tegal…!!

7. Bang maaf, disini ruangan ber-AC, jadi nggak boleh ngerokok. || Oh maaf pak, lupa matiin AC-nya…!!! (Ambil remote)

8. Bang, kok mie ayamnya gak ada ayamnya?! || Lah, lu kalau beli lem tikus emang ada tikusnya?! || Gerrrrrrrgh

9. Mbak minta es teh || Manis gak? || Gak usah manis-manis, yang penting setia dan mau menerima saya apa adanya *eaaaaaaa

10. Guru: Ayo anak-anak coba sebutkan ciri-ciri gunung aktif || Murid: miscall aja bu, kalo nyambung berarti aktif

11. Dek sekolah di mana?, kok bajunya kotak-kotak hitam putih gitu? || Sekolah TK || TK mana? || TK teki silang

12. Abang bakso, gerobaknya rusak ya? || Enggak koq.. || Lah… Koq didorong??

Jaka sembung naik goJék...
Gak nyambung, Jek...

[+/-] Selengkapnya...

APAKAH KITA MSH MENOMER-SATU-KAN HARTA SBG PERTIMBANGAN UTAMA PERJODOHAN?

Kisah ini terjadi sekitar awal Agustus 2015 di Jawa Timur ketika semua orang sibuk dg kegiatan 17an. 

Seorang gadis yang merupakan anak tunggal dari pengusaha kaya di daerahnya, satu-satunya pewaris tunggal dari semua kekayaan ayahnya.

Gadis ini diam-diam mencintai seorang pemuda yang bekerja sebagai buruh pabrik di perusahaan ayahnya begitu pun pemuda itu juga sangat mencintai sang gadis yang anak dari sang bos tempatnya dia bekerja.

Lama-kelamaan sang ayah pun mengetahui hubungan antara putri semata wayangnya dengan salah satu buruh di pabriknya itu, jelas saja sang ayah tak merestui hubungan ini, perbedaan faktor ekonomi lah yang menjadi sebab musababnya.

Sudah beberapa kali putrinya meminta dan memohon agar merestui hubungan cinta mereka tetapi sang ayah tetap bersikukuh engan keputusannya, hingga sang ayah mengancam kepada sang pemuda akan memecat dia dari pekerjaannya bila pemuda itu tak juga memutuskan hubungan asmara dengan putrinya.

Namun.. keputusan sang ayah tak memudarkan cinta mereka, mereka tetap bersikeras untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius, hingga akhirnya sang gadis itu pun pergi meninggalkan rumah bersama sang pemuda, walau sang gadis tahu kehidupannya akan sedikit sengsara namun itu tak menghalangi niatnya untuk minggat dari rumah.

Ayahnya kebingungan mencari dimana keberadaan putrinya itu, hingga dia menyadari apa yang telah dilakukannya selama ini telah melukai hati putrinya, dia pun segera menulis permintaan maafnya di beberapa media surat kabar nasional dan lokal.

“ANAKKU SAYANG, MAAFKAN AYAH, NAK. AYAH TAHU CINTA KALIAN TAK DAPAT TERPISAHKAN, PULANGLAH, NAK, AYAH MERESTUI KALIAN”

Hingga akhirnya isi permintaan maaf itu terbaca oleh sang gadis dan dia pun segera pulang menemui ayahnya ditemani sang pemuda, tentunya kedatangan mereka disambut dengan tangan terbuka oleh keluarga sang gadis.
Hari berganti hari persiapan pernikahan mereka hampir rampung semua.

Ketika sang calon pengantin tengah berada disebuah boutique untuk mempiting baju pengantin mereka, sang gadis tengah asyik mencoba gaun pengantinnya, sang pemuda berpamit untuk membeli minuman disebuah toko yang terletak diseberang boutique.

Ketika pemuda ini menyebrang tanpa diduga sebuah truk berkecepatan tinggi menabraknya pemuda itu terpental jauh hingga beberapa meter, sang gadis yang melihat kejadian itu segera berlari ke arah pemuda itu, namun naas pemuda itu langsung meninggal ditempat, darah pemuda itu terus mengalir digaun putih pengantin sang gadis hingga akhirnya sang gadis tak sadarkan diri.

Besoknya, jenazah sang pemuda baru dikebumikan, hingga malam setelah pemakaman sang pemuda, ibu sang gadis bermimpi didatangi seorang nenek tua yang menyuruh untuk segera membersihkan noda darah sang pemuda digaun putih pengantin sang gadis, namun sang ibu malah mengabaikannya.

Hingga malam kedua setelah pemakaman giliran sang ayah yang bermimpi didatangi nenek tua untuk membersihkan noda darah itu, karena merasa ada keganjilan akhirnya mereka pun mencoba menghilangkan noda darah itu.

Namun, hingga hari keenam darah itu tak juga menghilang dari gaun putih pengantin sang gadis walau segala usaha telah dilakukan, malamnya sang gadis ini pun bermimpi didatangi sang nenek tua lalu nenek tua itu mengancam akan membunuh sang gadis bila sampai hari ke tujuh noda darah itu tak juga menghilang.

Sampai lah hari ketujuh setelah pemakaman sang pemuda, malam itu tak seperti biasanya rumah sang gadis mendadak sepi, tiba-tiba ada yg menggedor-gedor pintu utama dengan kerasnya, dengan segenap keberaniannya gadis itu mencoba membuka pintu utama, namun apa yang terjadi di lihatnya seorang nenek yang datang kedalam mimpinya semalam ada dihadapannya sekarang hingga gadis itu terjatuh lunglai tak berdaya,

“SIAPA KAMU...?
MAU APA KESINI....?” tanya sang gadis ketakutan Bukannya menjawab pertanyaan sang gadis, nenek itu malah semakin mendekati gadis itu.

“NENEK HANYA INGIN MEMBERIKAN INI, NAK”, jawab sang nenek melemparkan sebuah bungkusan ke arah sang gadis

“INI APA...?” tanya sang gadis masih ketakutan dan gemetaran
Dengan suara lirih nenek itu menjawab :

“ITU RINSO ANTI NODA UNTUK MEMBERSIH KAN NODA YANG MEMBANDEL"

[+/-] Selengkapnya...

Nasionalisme Santri (?)

@Bambang Kir

Janggutnya sudah mulai meninggalkan dunia hitam. Suara baritonnya menambah wibawa. Di Pesantren, ia dikenal tangkas menjawab pertanyaan wartawan. “Jadi apa arti nasionalisme menurut Bapak?” Tanyanya suatu ketika kepada utusan Pemerintah. Utusan itu sebelumnya mengutarakan bahwa team mereka mendapat tugas untuk menyelenggarakan ‘Training Kebangsaan’. “Apa Bapak meragukan ‘nasionalisme’ kami…nasionalisme santri-santri kami…?” protes Kyai yang mulai sepuh itu.  “Jika Bapak meragukan pembelaan kami terhadap negeri ini, silahkan diuji… ‘Bawa masuk’ tentara Amerika ke Indonesia, kami jamin santri kami akan berada di shaf depan untuk menghadapi mereka. Dan saya jamin, birokrat-birokrat yang sok nasionalis itu akan lari terbirit-birit dan sembunyi di bawah meja birokrat meski setiap Senin hormat bendera.” Lanjutnya berargumen.

Setelah berdiskusi panjang, utusan itu akhirnya ‘setengah menyerah’. Di satu sisi, betapapun ia adalah delegasi yang harus pulang membawa hasil. Gagal dalam sebuah missi, bisa mengancam karir dan ‘periuk’ mereka. Disisi lain, ia juga tak bisa banyak menjawab argumentasi sang Kyai. Akhir kata, disepakatilah sebuah kompromi. Kuliah kebangsaan tetap diadakan; diselipkan dalam sebuah sambutan acara seremonial Pesantren yang kolosal. Bukan dalam bentuk training melainkan pidato dengan durasi sekitar satu jam. Dan untuk mewujudkannya, sang utusan memberikan dana atas nama ‘training kebangsaan’ itu (hehe.., mau juga duitnya). Karena yang memberi kuliah adalah seorang menteri, kawan saya harus meminjam mobil camry ke Pemerintah Kabupaten waktu itu. (wah, harusnya sekali-kali diajak jalan kaki ya..)

Tapi itu cerita beberapa tahun lalu. Dan kini, upaya mereduksi ‘arti cinta tanah air’ kembali mencuat. Seorang Bupati yang konon dulu adalah seorang guru; dan konon sekolah tempat ia mengajar kini sedang tak mendapatkan murid, tiba-tiba menebar ancaman hendak menutup sebuah SDIT yang mulai maju; sebuah sikap yang jauh dari pribadi mantan seorang guru. Seorang walikota yang terkenal santun dan berpihak kepada wong cilik, juga tiba-tiba mengumbar ancaman akan menutup sebuah SDIT. Semua atas sebab tak menjalankan upacara bendera. Beberapa pesantren di luar jawa, juga mulai mendapat tekanan serupa meski tak diwartakan di surat kabar. ‘Hormat bendera’ kini menjadi indikator penting loyalitas seseorang kepada bangsanya. Kita kembali dibawa ke alam Orba.

Menarik, sebab ‘tebar ancaman’ ternyata hanya tertuju pada beberapa sekolah tertentu. Betapa banyak institusi pendidikan di negeri ini yang tak menggelar upacara bendera dan tak pernah disoal? Hal ini mengingatkan kita Januari lalu dimana sebuah lembaga bernama ‘Setara Institute’ mengklaim telah melakukan riset atas TKIT dan SDIT. Simpulannya, TKIT dan SDIT telah mengajarkan benih radikalisme Islam karena sering melombakan nasyid jihad Palestina. “Lagu-lagu jihad itu mengancam NKRI dan bertentangan dengan Pancasila. Kenapa tidak pakai lagu-lagu perjuangan Indonesia?” kata Ismail Hasani, sang peneliti yang tak jelas jasanya kepada bangsa ini. “Jadi kita harus waspada..!” katanya penuh curiga. Statement yang muncul dalam paket acara “Deradikalisasi” di hotel Atlet itu, tak memerlukan penjelasan panjang tentang siapa dan mau kemana arah diskusi itu.

Padahal banyak pelajaran penting soal Ujian Pertahanan di negeri ini. Saat organisasi separatis RMS beraksi di Maluku, oknum yang adalah orang penting di Badan Intelejen sowan kepada sesepuh jihadis. Ini tentu bukan cerita koran, tapi cerita behind the scene yang bersumber dari pelaku. Sang Intel meminta bantuan agar aktifis jihadis membantu Negara untuk menghadapi kelompok separatis itu. “Segala sesuatunya akan kita siapkan Pak…” bujuk sang intel. Sesepuh itu menjawab, “Maaf, kami tidak biasa beramal atas dasar order. Kami hanya beramal lillahi ta’ala.” Para aktifis jihadis ternyata sudah ada di lapangan karena Allah semata. Oknum Intelejen yang dulu sering nongol di media itu menanggapi, “Baik, jika Bapak tidak bersedia kami akan meminta aktifis yang lain.”

Jadi bahwa mental pembelaan Negara itu dimiliki ‘kelompok santri’ bukanlah rahasia. Birokrat sangat mengerti akan hal itu. Sejarah menunjukkan negeri ini dibangun oleh tetesan darah santri. Sebuah komunitas perwira nan ikhlas. Kelompok yang tak berharap pamrih kecuali ridha ilahi. Sebuah komunitas yang menggariskan hidupnya dalam dua kalimat: ‘Hidup mulia atau Mati Syahid’. Sayang banyak orang memanfaatkan  ‘keikhlasan’ santri selama ini. Bukankah doktrin jihad terbukti paling unggul melawan Belanda? Dalam khazanah kita, ada Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Pengeran Antasari, Bung Tomo dan lain-lain. Term ‘Jihad’ sebagai spirit perlawan mereka terekam apik dalam buku-buku ‘babad sejarah’ negeri ini. Saat kemudian Belanda hengkang, para pejuang sejati kembali ke surau-surau. Sebaliknya, para tentara yang masa itu adalah output didikan Belanda dan Jepang justru tampil memimpin negeri bak pahlawan kesiangan. Santri, ternyata hanyalah sebuah kuda tunggangan.

Saat aktifis jihadis berjibaku menghadapi RMS, Petugas Keamanan bersembunyi di kolong-kolong seperti burung pipit sambil berkata, “Mas, tembak-menembaknya sebelah sana saja biar tidak kena saya”. Ini cerita mujahidin kepada saya. Saat aktifis jihadis gugur tertembus peluru RMS, Para Birokrat kita asik berselingkuh dengan bangsa-bangsa penindas. Mereka sibuk menjual aset-aset Negara yang oleh Stiglitz (mantan Ketua Tim Ekonomi Bank Dunia) dijelaskan sebagai ‘penjajahan sistemik.’ Stiglitz akhirnya ‘tidak tahan’ dan menulis testimoninya dalam “Globalization And Its Discontents”. Ia ternyata masih punya nurani. Bukankah bangsa ini sudah mulai melupakan perampokan atas nama ‘privatisasi’? Apa kabar Semen Gresik gate, Krakatau Steel gate, Telkom gate, dan Indosat gate? Hampir bisa dipastikan (sebagaimana dituturkan Stiglitz) bahwa dalam setiap ‘privatisasi’ ada 10 % masuk ke kantong decision maker? Dan yang pasti, para mekelar hitam itu adalah cumlaude dalam melafalkan Pancasila dan khusyu’ dalam upacara bendera.

Penjajahan memang hanya berganti model. Kita semua sepakat bahwa sesungguhnya kita belum pernah merdeka. Bukankah pembukaan UUD Negara ini mencantumkah bahwa Indonesia baru sampai ‘di pintu gerbang kemerdekaan’? Yang harus kita ingat, bahwa penjajah tidak akan langgeng tanpa dukungan begundal lokal. Belanda bisa bertahan menjajah selama 350 tahun, karena ulah demang dan bupati. Mereka para-para begundal yang hanya memikirkan perut dan kelompoknya. Agaknya, kita belum beranjak jauh dari situasi itu. Tambang minyak dan emas kini berganti pemilik dengan ‘bangsa kulit putih’ sebagai tuan. Aset potensial dijual murah ke bangsa-bangsa asing. Kita tak memiliki kemandirian politik dan ekonomi. Kita menjadi buruh di negeri sendiri. Dan siapa lagi para bandit itu kalau bukan yang rajin berupacara bendera?; memparadekan ke-khusu’an nasionalisme tapi hatinya penuh dengan kemunafikan?

Ironis. Kini, saat Birokrasi gagal mendapat kepercayaan masyarakat di sekolah dasar; yang membuat sekolah-sekolah negeri tak mendapatkan siswa, komunitas santri kembali terpanggil membangun bangsanya. Sebagian sekolah yang semula hampir ambruk disulap menjadi sekolah-sekolah unggulan dan favorit. Umumnya kemudian menjadi TKIT atau SDIT dengan pola fullday school. Lokal yang dikelola, bahkan kini tak sanggup menampung luapan siswa. Karena keikhlasannya, banyak dari mereka yang digaji di bawah UMR. Sungguh, sebuah penghayatan kebangsaan yang dalam istilah sufi bukan lagi berlevel syariat tapi sudah hakekat. Pada saat yang sama, para birokrat itu punya keasyikan memainkan anggaran sambil berfikir ‘adakah proyek baru agar aku bisa beli mobil keluaran terbaru itu?’. Dan kini, para ‘pahlawan tanpa tanda jahasa’ sedang disoal kecintaannya kepada bangsanya semata karena muridnya tak hafal Pancasila?

Ya, tapi para guru itu memang ‘berdosa’ karena mengajarkan nasyid Palestina. Tapi agaknya, itulah cara ampuh mereka menjauhkan anak didik dari mental para maling. Menanamkan mental pejuang sejati yang rela berkorban jiwa raga bagi kebenaran. Dan itulah ‘ilmu hekekat’. Lalu, apakah mental koruptor yg mengorbankan kepentingan orang demi keuntungan pribadi lebih berharga bagi negeri ini?

Merdekaaa!!!

[+/-] Selengkapnya...

MENGUBAH SUDUT PANDANG

Ada seorang ibu rumah tangga yang miliki 4 anak laki-laki.

Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah ditanganinya sendiri.

Suami serta anak-anaknya menghargai pengabdiannya itu.

Cuma ada 1 masalah, ibu yg pembersih dan prefeksionis ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak & marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak kaki kotor di atas karpet,  suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi & menyiksanya.

Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya.

Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :
"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan".
Ibu itu kemudian menutup matanya.
"Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"
Sambil menutup mata, senyum ibu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan;
"Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda & tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".

Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung hilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas bayangkan apa yang tengah terjadi pada suami & anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran di sana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu & kehadiran mereka menghangatkan hati ibu". Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.

"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya  "Bagaimana, apakah karpet kotor masih jadi kekhawatiran buat ibu?"
Ibu itu tersenyum & gelengkan kepalanya.
"Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".

Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya kerasan di rumah.

Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang ilhami Richard Binder & John Adler ciptakan NLP (Neurolinguistic Programming).
Dan teknik yang dipakainya  disebut "REFRAMING", yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.

Berikut beberapa contoh pengubahan sudut pandang :

Saya BERSYUKUR
1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain.

2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah; bukan di bar, kafe, atau tempat mesum.

3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak ngluyur jadi anak jalanan.

4. Untuk Tagihan yang cukup besar, itu berarti syukur Allah memberikan rezeki utk kita berpenghasilan.

5. Untuk sampah & kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman.

6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan & beli saatnya beli Slimming Capsule.

7. Untuk rasa lelah, capai &penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras.

8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat.

9. Untuk bunyi alarm keras jam 4.30 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup.

10. Untuk yang memposting broadcast panjang &'mengganggu' ini artinya masih ada orang yang peduli mau berbagi Nasihat &CINTA kepada kita.

[+/-] Selengkapnya...

Penyakit Generik Rumah Tangga

Beberapa penyakit penyebab konflik dalam rumah tangga yang wajib dihindari adalah sbb:

1. Kapalan: kagak patuh al-quran (Anggota keluarga sering melanggar syariah)

2. Kutilan: Kurang tau ilmu pernikahan (Kurang memahami hak dan kewajiban suami-istri, hak dan kewajiban sebagai orang tua dan anak, ilmu pengasuhan dan pendidikan anak)

3. Kurap: kurang rapat (Kurang pertemua dan komunikasi antar anggota keluarga)

4. Kutuan: Kurang tau arah dan tujuan (tidak memiliki visi dan misi keluarga)

5. Kusta: Kurang sabar meraih cita (Kurang sabar dalam menjalani proses di masa-masa kesulitan, kurang sabar dalam menunggu keadaan menjadi lebih baik)

6. Kudis: Kurang duit selalu habis (Tidak pernah merasa cukup akan harta yang diterima. Tidak bisa hidup sederhana)

7. Kumel: Kurang menghargai lawan (Tidak membangun sikap saling menghormati dan menghargai antar keluarga)

8. Kucel: Kurang cerita ditel (Kurang mengungkapkan harapan secara detail kepada anggota keluarga lainnya)

9. Kadas: kagak adil dan seimbang (ada hal yang terlalu berlebihan didalam keluarga)

10. Bisulan : Bila sekedar uang lancar (hubungan keluarga sekedar transaksi ekonomi)

11. Mencret: Mencari yang ribet (Mempersulit diri, tidak mencari kemudahan dalam menjalani kehidupan)

12. Sembelit: Sedekah, memberi, berbagi, sangat pelit

13. Meriang: Menengok istri jarang (Kurang terpenuhinya kebutuhan biologis pasangan)

14. Korengan: Koordinasi enggan dilakukan (Tidak ada kerjasama antar anggota keluarga)

15. Tipes: Tidak peduli perasaan (Bila ada salah satu anggota keluarga bersifat egois dan kurang berempati terhadap orang lain)

16. Diare: Dibiarin aje! (tidak peka terhadap permasalahan atau tidak mau berupaya menyelesaikan masalah)

17. Asma: Asal menyapa (Pola hubungan tidak bermakna, pola komunikasi tidak berbobot)

18. Asam Urat: Abaikan simpanan amal untuk akhirat (Keluarga yang tidak mempersiapkan kehidupan akhirat)

19. Encok: Enggan cocok (Lebih banyak mempermasalahkan perbedaan dibanding mencari kesamaan)

20. Kanker: Kehilangan etos kerja

21. Mual: Mengabaikan urusan halal (Keluarga tidak memperhatikan kehalalan sumber harta dan makanan yang dimakan)

22. Jerawat: Jarang berdoa lewat shalat (Tidak meminta pertolongan Allah dengan mendekatkan diri kepada-Nya)

23. Influenza: Interfensi luar menambah masalah (Adanya permasalahan yang ditimbulkan dari pihak luar)

24. Jantung: jarang berhitung (Bersikap tanpa mempertimbangkan baik buruknya)

25. Malaria: Mencari pelarian (memilih untuk lari dari masalah dengan mencari pelarian dalam hal keburukan).

[+/-] Selengkapnya...

Pak Ucok dan tanda tangan teks proklamasi

Bapaknya heran dan bertanya: "Kenapa kau menangis Ucok??"
Ucok: "Aku diusir Bu Guru Pak..."
Bapak: "Bah..! Kenapa kau diusir??"
Ucok: "Bu Guru nanya.. siapa yang tandatangan teks proklamasi?"
Bapak: "Lantas kau jawab apa?"
Ucok: "Bukan aku Bu .. Sumpah! Bukan aku, Bu!!"
Bapak: "Ah, kaupun..?! Ngaku sazalah kau, apa salahnya?? Zaman sekarang susah masuk sekolah..!"
Ucok: "Iya.. Iya Pak yaaa!"

Esoknya si Ucok pulang cepat.. Dengan tampang yang lebih kusut lagi..

Bapak: "Massam mananya pulak kau Ucok??"
Ucok: "Aku diskors Pak.. 3 hari.. gara-gara aku ikuti omongan Bapak."
Bapak: "Bah! Apa pulak nya maksud gurumu itu??... Ayo kita balek ke sekolah kau. Biar aku kasi tahu Guru kau yang sebenarnya."

Di Sekolah

Bu Guru: "Wah.. selamat pagi Pak Ucok, ada perlu apa nih?"
Bapak (bicara pelan): "Begini Bu Guru... aku mau kasi tahu Bu Guru tentang teks proklamasi itu.."
Bu Guru (bengong): "Yah.. kenapa Pak Ucok??"
Bapak: "Sebenarnya ibu Guru salahlaaah... Masak si Ucok yang ditanya? Kan waktu itu dia belum lahir Bu?"
Bu Guru (makin bengong): "Trus?"
Bapak: "Begini Ibu, ini terus teranglah ya... yang sebenarnya ... yang menanda tangani teks Proklamasi itu...saya , ibu...!"
Bu Guru: "Yaa ampun.. Pulang! Bapak pulang aja deh!!"

Di Jalan

Bapak: "Massam mana nya ini Ucok, kau nggak ngaku .. salah. Kau ngaku .. salah pulak! Aku yang ngaku, salah zuga .. Puusing kepalaku..!"

Tiba tiba mereka ketemu dg ompung dolinya si Ucok,

Ompung doli: "Bah! .. Darimana aza kelian? Kusut kali kutengok wajah kelian berdua?? Apa persoalan??"

Maka Pak Ucok pun mulai cerita sejak awal sampai mereka diusir Bu Guru .. Ompung doli langsung ketawa ngakak.

Ompung doli: "Ha .. Ha .. Itu bukan persoalan besar.. ! Mana .. mana teksnya? Biar kutandatangani .. !"

Merdeka !!!

[+/-] Selengkapnya...

JAUHKAN ANAKMU DARI KEMUDAHAN

Rhenald Khasali

Seorang mahasiswi mengeluh. Dari SD hingga lulus S-1, ia selalu juara. Namun kini, di program S-2, ia begitu kesulitan menghadapi dosennya yang menyepelekannya. Judul tesisnya selalu ditolak tanpa alasan yang jelas. Kalau jadwal bertemu dibatalkan sepihak oleh dosen, ia sulit menerimanya.
Sementara itu, teman-temannya, yang cepat selesai, jago mencari celah. Ia menduga, teman-temannya yang tak sepintar dirinya itu "ada main" dengan dosen-dosennya. "Karena mereka tak sepintar aku," ujarnya.

Banyak orangtua yang belum menyadari, di balik nilai-nilai tinggi yang dicapai anak-anaknya semasa sekolah, mereka menyandang persoalan besar: kesombongan dan ketidakmampuan menghadapi kesulitan.

Bila hal ini saja tak bisa diatasi, maka masa depan ekonominya pun akan sulit.

Mungkin inilah yang perlu dilakukan orangtua dan kaum muda : belajar menghadapi realitas dunia orang dewasa, yaitu kesulitan dan rintangan.

Hadiah orangtua.

Psikolog Stanford University, Carol Dweck, yang menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, menulis, "Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah tantangan".

Ya, tantangan. Apakah itu kesulitan-kesulitan hidup, rasa frustrasi dalam memecahkan masalah, sampai kegagalan "membuka pintu", jatuh bangun di usia muda.

Ini berbeda dengan pandangan banyak orangtua yang cepat-cepat ingin mengambil masalah yang dihadapi anak-anaknya.

Kesulitan belajar mereka biasanya kita atasi dengan mendatangkan guru-guru les, atau bahkan menyuap sekolah dan guru-gurunya.

Bahkan, tak sedikit pejabat mengambil alih tanggung jawab anak-anaknya ketika menghadapi proses hukum karena kelalaian mereka di jalan raya.

Kesalahan mereka membuat kita resah. Masalah mereka adalah masalah kita, bukan milik mereka.
Termasuk di dalamnya adalah rasa bangga orangtua yang berlebihan ketika anak-anaknya mengalami kemudahan dalam belajar dibandingkan rekan-rekannya di sekolah.

Berkebalikan dengan pujian yang dibangga-banggakan, Dweck malah menganjurkan orangtua untuk mengucapkan kalimat seperti ini: "Maafkan Ibu telah membuat segala sesuatu terlalu gampang untukmu, Nak. Soal ini kurang menarik. Bagaimana kalau kita coba yang lebih menantang?"

Jadi, dari kecil, saran Dweck, anak-anak harus dibiasakan dibesarkan dalam alam yang menantang, bukan asal gampang atau digampangkan.

Pujian boleh untuk menyemangati, bukan membuatnya selalu mudah.

Saya teringat masa-masa muda dan kanak-kanak saya yang hampir setiap saat menghadapi kesulitan dan tantangan. Kata reporter sebuah majalah, saya ini termasuk "bengal". Namun ibu saya bilang, saya kreatif. Kakak-kakak saya bilang saya bandel. Namun, otak saya bilang "selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan".

Begitu memasuki dunia dewasa, seorang anak akan melihat dunia yang jauh berbeda dengan masa kanak-kanak.

Dunia orang dewasa, sejatinya, banyak keanehannya, tipu-tipunya. Hal gampang bisa dibuat menjadi sulit. Namun, otak saya selalu ingin membalikkannya.

Demikianlah, hal-hal sepele sering dibuat orang menjadi masalah besar.

Banyak ilmuwan pintar, tetapi reaktif dan cepat tersinggung.

Demikian pula kalau orang sudah senang, apa pun yang kita inginkan selalu bisa diberikan.

Panggung Orang Dewasa

Dunia orang dewasa itu adalah sebuah panggung besar dengan unfair treatment yang menyakitkan bagi mereka yang dibesarkan dalam kemudahan dan alam yang protektif.

Kemudahan-kemudahan yang didapat pada usia muda akan hilang begitu seseorang tamat SMU.

Di dunia kerja, keadaan yang lebih menyakitkan akan mungkin lebih banyak lagi ditemui.

Fakta-fakta akan sangat mudah Anda temui bahwa tak semua orang, yang secara akademis hebat, mampu menjadi pejabat atau CEO. Jawabannya hanya satu : hidup seperti ini sungguh menantang.

Tantangan-tantangan itu tak boleh membuat seseorang cepat menyerah atau secara defensif menyatakan para pemenang itu "bodoh", tidak logis, tidak mengerti, dan lain sebagainya.

Berkata bahwa hanya kitalah orang yang pintar, yang paling mengerti, hanya akan menunjukkan ketidakberdayaan belaka. Dan pernyataan ini hanya keluar dari orang pintar yang miskin perspektif, dan kurang menghadapi ujian yang sesungguhnya.

Dalam banyak kesempatan, kita menyaksikan banyak orang-orang pintar menjadi tampak bodoh karena ia memang bodoh mengelola kesulitan. Ia hanya pandai berkelit atau ngoceh-ngoceh di belakang panggung, bersungut-sungut karena kini tak ada lagi orang dewasa yang mengambil alih kesulitan yang ia hadapi.

Di Universitas Indonesia, saya membentuk mahasiswa-mahasiswa saya agar berani menghadapi tantangan dengan cara satu orang pergi ke satu negara tanpa ditemani satu orang pun agar berani menghadapi kesulitan, kesasar, ketinggalan pesawat, atau kehabisan uang.

Namun lagi-lagi orangtua sering mengintervensi mereka dengan mencarikan travel agent, memberikan paket tur, uang jajan dalam jumlah besar, menitipkan perjalanan pada teman di luar negeri, menyediakan penginapan yang aman, dan lain sebagainya.

Padahal, anak-anak itu hanya butuh satu kesempatan: bagaimana menghadapi kesulitan dengan caranya sendiri.

Hidup yang indah adalah hidup dalam alam sebenarnya, yaitu alam yang penuh tantangan.

Dan inilah esensi perekonomian abad ke-21 : bergejolak, ketidakpastian, dan membuat manusia menghadapi ambiguitas.

Namun dalam kondisi seperti itulah sesungguhnya manusia berpikir.

Dan ketika kita berpikir, tampaklah pintu-pintu baru terbuka, saat pintu-pintu hafalan kita tertutup.

Jadi inilah yang mengakibatkan banyak sekali orang pintar sulit dalam menghadapi kesulitan.

Maka dari itu, pesan Carol Dweck, dari apa yang saya renungi, sebenarnya sederhana saja : orangtua, jangan cepat-cepat merampas kesulitan yang dihadapi anak-anakmu.

Sebaliknya, berilah mereka kesempatan untuk menghadapi tantangan dan kesulitan !

[+/-] Selengkapnya...

Hati-hati fenomena "sudden shift"

Prof Rhenald Kasali

Senin, 24 Agustus 2015 | 05:41 WIB

                                     Oleh Rhenald Kasali
                                         @Rhenald_Kasali

KOMPAS.com — Lima tahun yang lalu, mantan Dirut Pertamina, Ari Soemarno, pernah menyampaikan sepotong data kepada saya. Itu tentang shale gas, yang kalau sampai kongres Amerika Serikat memberi lampu hijau untuk dieksplor dan diekspor, maka harga gas dunia akan turun.

Data itu rupanya segera direspons oleh para pemain saham yang mengakibatkan harga-harga saham perusahaan tambang batubara kita anjlok. Mengapa demikian? Inilah gejala perubahan mendasar yang disebut 3S: sudden shiftspeed, dansurprise!"

Sudden shift

Daripada mereka-reka kapan dollar AS akan kembali turun, atau tenggelam dalam rasa takut yang besar bahwa PHK besar-besaran akan terjadi, lebih baik kita paham apa yang tengah terjadi, mengapa, dan bagaimana meresponsnya.

Gejala ini kita sebut sudden shift (tiba-tiba berpindah). Faktanya, konsumennya tetap di situ, populasinya tetap besar (8 miliar jiwa), semuanya butuh makan, minum, transportasi, gadget, hiburan, dan sebagainya. Akan tetapi, siapa yang menikmati perpindahan itu? 

Sudah begitu, perpindahannya mengejutkan karena seakan tiba-tiba (sudden), cepat sekali (speed), dan membuat kita terkaget-kaget (surprise). Mengapa? Ini karena kita mengabaikan, kita menyangkal, kita gemar berolok-olok, berpolitik, bersiasat, berpura-pura menyelamatkan (padahal menyesatkan); kadang mengatasnamakan rakyat pula, menghiburnya, berpura-pura seakan-seakan masalahnya ada di tempat lain.

Kembali ke shale gas, Ari Soemarno memberi tahu saya bahwa cost-nya sangat rendah, demikian harga jualnya, yakni seperempat dari harga jual gas konvensional. Saya membayangkan, begitu informasi itu beredar, maka para pemakai minyak (oil) pun akan beralih. Oleh karenanya, harga minyak pun akan guncang. Lalu pada akhirnya, tambang energi lain akan terganggu: batubara.

Di luar dugaan saya, ternyata batubara terkena imbasnya lebih dulu, lalu baru minyak. Maklum, harga kertasnya (saham) sudah lama dijadikanbubble; lagi pula, ia sangat merusak lingkungan. Kini harga minyak dunia baru turun 50-60 persen. Para ahli menduga, ia masih akan turun hingga sekitar 10 dollar AS (saat ini masih sekitar 47 dollar AS) per barrel. 

Bisa dibayangkan kerugian apa yang akan diderita pengusaha-pengusaha minyak, kalau mereka tak berani merevolusi biaya-biaya "kenikmatan" yang selama ini sudah dirasakan para pegawai. Dulu, saat harga minyak di bawah 10 dollar AS per barrel, mereka sanggup berproduksi dengan biaya 6 dollar AS per barrel. Namun, begitu harga pasarnya 120 dollar AS per barrel, mereka berproduksi dengan biaya 100 dollar AS per barrel. Segala yang membuatnya mahal akan membuat manusia meningkatkan biaya kenikmatan.

Zalora

Di Bandara Halim Perdanakusuma, saya menerima CEO Zalora Indonesia. Anak-anak muda tentu lebih tahu apa itu Zalora. Ini situs belanja online yang sedang digemari konsumen muda. Dengan belanjaonline, selain mendapat barang-barang baru, anak-anak muda bisa mendapat harga yang lebih murah.

Saat itu, saya baru membaca data penjualan ritel Indonesia yang dilaporkan turun besar-besaran. Keadaan ekonomi pun kita persalahkan. Bahkan, para politisi menduga adanya miss managementdalam pemerintahan.

Saat industri ritel konvensional melaporkan penurunan 3-4 persen, Zalora justru mengatakan bahwa omzet mereka naik 240 persen. "Dalam dunia online, kalau kami tumbuhnya di bawah 100 persen, itu sama dengan kegagalan," ujar mereka.

Saya pikir Zalora masih kecil. Namun, bayangan saya kembali ke tahun 1998 saat semua orang dicekam rasa takut akibat gelombang PHK. Investor asing pun hengkang. Ketika para ekonom di Fakultas Ekonomi UI masih berpikir keras bagaimana menciptakan iklim yang kondusif agar investasi asing kembali lagi, saya memilih untuk mendorong lahirnya entrepreneur lokal.

Saya masih ingat ejekan para ekonom yang mengabaikan kemampuan bangsa ini berwirausaha. Saya bahkan ditanya, apa bisnis yang akan dikembangkan wirausaha lokal? Saya sebutkan nama-nama produk mereka: kacang (Garuda dan Dua Kelinci), herbal (Sido Muncul), kosmetik (Wardah), bola buatan masyarakat di Majalengka, dan lain-lain.

Di luar perkiraan saya, mereka mempertanyakan, "Sampai kapan kacang dan jamu bisa menciptakan lapangan kerja? Yang bisa itu otomotif. Rakyat kita itu pegawai, bukan entrepreneur."

Anda tahu berapa jumlah wirausaha kita sekarang? Jangan lagi mengatakan masih di bawah 1 persen. Kalau mereka yang sudah terlibat dalam sektor informal saja sudah 60 juta orang, bisa hitung sendiri berapa banyak orang yang sudah bergulat dalam bidang kewirausahaan.   

Demikian juga dengan Zalora dan mereka yang bergerak dalam sektor ekonomi kreatif lainnya, jumlahnya saat ini memang masih kecil. Namun, mereka memiliki daya disruptif yang bisa menggerus para pelaku usaha konvensional.

Semua shifting

Pergeseran konsumsi tak hanya terjadi dalam dunia energi dan belanja, tetapi juga dalam konsumsi di segala bentuk kehidupan kita. Semuanya bergeser. Keseimbangan baru belum terbentuk, tetapi pindah-pindahnya mulai terasa.

Minggu lalu, 17 Agustus 2015, Indonesia-X baru saja meluncurkan situs belajar bebas biaya (massive online course). Rumah Perubahan ikut di dalamnya.

Pernahkah Anda membayangkan bahwa kampus-kampus besar sedang berjuang melawan perubahan? Ya, di seluruh dunia, bukan cuma surat kabar berbasis kertas yang kesulitan karena hadirnya media-media online, kampus–kampus juga kini ditantang dunia untuk belajar online.

Bahkan gelar akademis pun kini mulai ditinggalkan para kaum terpelajar dunia. Para pemberi kerja mulai melirik mereka–mereka yang tak bergelar. Dari "siapa kamu" (atau "apa gelar akademismu"), dunia manajemen mulai beralih pada "apa yang bisa kamu lakukan". Lihatlah di perusahaan-perusahaan besar, di kartu-kartu nama para pimpinan dan stafnya. Tak banyak lagi yang mencantumkan gelar akademisnya.

Gerakan masif ini membuat kaum muda beralih dari membeli degree (gelar formal) menjadi membeli keahlian dan paket–paket kursus, yang mereka ramu sendiri racikannya. Ini bukan lagi racikan akademik yang dibuat pemerintah karena mereka ingin membangun keahlian yang unik, yang tidak massal dan siap pakai. Pasar tenaga kerja global pun mengakomodasi mereka. Apa yang bisa mereka berikan di dunia kerja bukan lagi rangkaian mata kuliah racikan kampus. 

Indonesia-X dengan demikian menjadi pelopor belajar online yang heboh. Kelak, Anda bisa mengambil kursus apa saja. Karena murah (gratis),switching cost-nya menjadi rendah. Perubahan pun terjadi.

Go-Jek, Uber, Seven Eleven, dan lain-lain.

Kalau Anda belum puas dengan contoh–contoh di atas, maka pelajarilah segala fenomena di dunia transportasi, ritel, telekomunikasi, tradingfinancing, dan sebagainya. Anda pasti akan menyaksikan gejala sudden shift ini.

Konsumen perbankan pun mulai meninggalkan kunjungan ke loket-loket bank. Mereka beralih kemobile banking. Pemakaian voice dalam berkomunikasi beralih ke cara-cara baru: data. Darivoice ke BBM, lalu pindah lagi ke Whatsapp dan media sosial.

Sama halnya pertarungan sengit yang tengah dihadapi tukang-tukang ojek pangkalan versus Go-Jek dan Grab-Bike, atau taksi biasa versus Uber. Semua mengalami gejala shifting.

Jadi, jangan melulu menyalahkan krisis ekonomi dunia karena krisis berdampak pada semua usaha, dan kali ini terjadi luas di seluruh dunia. Yang jauh lebih penting bukan krisis itu sendiri, bukan dollar AS, melainkan mengenai apa respons kita terhadap usaha yang kita jalani, dan apa respons kita untuk mempersiapkan masa depan anak-anak kita dalam dunia yang benar-benar baru ini. 

Kalau Anda diamkan, bukan krisis yang menghantam, melainkan persaingan baru melaluibusiness model yang benar-benar berbeda.

Lagi pula, krisis selalu menjadi alasan bagi kaum malas untuk berhenti bekerja, dan bagi mereka yang senang mencari kambing hitam untuk menyalahkan orang lain atas kesalahan yang dilakukannya.

Selamat merenungkannya!

Prof Rhenald Kasali adalah Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pria bergelar PhD dari University of IlLinois ini juga banyak memiliki pengalaman dalam memimpin transformasi, di antaranya menjadi anggota pansel KPK sebanyak 4 kali, dan menjadi praktisi manajemen. Ia mendirikan Rumah Perubahan, yang menjadi acuan dari bisnis sosial di kalangan para akademisi dan penggiat sosial yang didasari entrepreneurship dan kemandirian. Terakhir, buku yang ditulis berjudul Self Driving: Menjadi Driver atau Passenger.

Editor: Bambang Priyo Jatmiko

Baca Juga

Manusia-manusia "Rigid" Akan Sulit Sendiri
Mereka Cari Jalan, Bukan Cari Uang
Ketika Indonesia Dilanda Pesimisme

[+/-] Selengkapnya...

Tip Desain Kemasan Produk

Pertanyaan: Perkenalkan saya Jevin, saya mempunyai sebuah usaha yang bergerak di bidang makanan (tepatnya sebagai oleh-oleh) yang berbentuk keripik. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana saya bisa mendapatkan inspirasi dan membuat kemasan yang menarik untuk produk saya ya Pak?
#kurang referensi

Jawaban: 
Dear Pak Jevin, terima kasih atas pertanyaannya.

Fungsi utama kemasan adalah melindungi dan memudahkan penggunaan/penyimpanan produk. Jadi fungsi utama tersebut harus beres lebih dulu. Bisa dilakukan dengan pemilihan material dan bentuk kemasan. Misalkan untuk produk yang butuh perlindungan dari cahaya matahari, cocok menggunakan kemasan alumunium foil, sementara jika produknya menarik untuk dilihat dan tahan cahaya, justru kemasan transparan akan lebih menjual.

Fungsi penggunaan dan penyimpanan bisa lewat bentuk, misalkan kemasan standing pouch dengan zipper yang bisa dibuka tutup cocok untuk kemasan besar yang tidak habis dalam sekali konsumsi. Ini akan memudahkan konsumen menyimpan sisa produknya.

Jika kedua fungsi tersebut sudah baik, maka fungsi promosi bisa dilakukan lewat desain grafis kemasan. Desain kemasan yang baik adalah yang bisa mengomunikasikan isinya dengan jelas, jadi konsumen tidak bingung produk apa, rasa apa yang ada dalam kemasannya. Ini bisa dilakukan dengan teks, warna, atau ilustrasi. Selain itu juga harus bisa membedakan produk dari produk pesaing.

Hindari desain kemasan yang terlalu ramai dan terlalu banyak informasi karena akan membuat konsumen bingung. Tentukan elemen desain yang perlu mendapat perhatian, misalkan logo dan foto produk. Jadikan itu elemen utama. Sedang elemen lain sebagai penunjang dapat tampil lebih kecil agar desain kemasan nyaman dilihat dan jelas fokusnya.

Untuk mendapatkan inspirasi, Anda bisa melakukan riset sederhana dengan mengunjungi toko oleh oleh, supermarket, atau browsing lewat internet untuk menemukan referensi desain kemasan yang menarik dan inspiratif bagi produk Pak Jevin.

Selamat mendesain kemasan 

Nanang Wahyudi, Pengusaha dan KontributorUKMSukses.com

[+/-] Selengkapnya...

Mompreneur ala Tsabita

Bagi saya kalo memang menjadi wanita karir, skalian yang prestatif dan profesional. Jangan cuma menjadi -maaf- staf kacangan. Ada atau tidak adanya kita tidak ada bedanya. Sayang, sudah meninggalkan rumah dan anak-anak +/- 10jam. Eman dah ngorbankan waktu keluarga kalo kontribusinya kecil hanya sbatas gaji, apalagi tidak sebrapa!

Saya bukan wanita karir, tetapi saya mom-preuner. Ibu rumah tangga yang enterpreuner. Insyaallah saya memutuskan untuk tidak mengajar. Saya juga sempat menolak tawaran menjadi manager catering dengan gaji lumayan. karena saya sudah mengukur diri dan keluarga saya. Tetapi saya juga pengen punya wadah ekspresi dan aktualisasi diri, tapi menghasilkan secara materi, karena jujur setelah menikah walaupun suami bisa memberi lebih, tetap enak kalo kita pegang uang dari usaha kita sendiri. Terus gimana? saya pilih kerja yang tidak perlu meninggalkan Tsabita. Tetap bisa memantau tiap pertambahan kemampuannya. Tidak melewatkan suapan pertamanya, tidak melewatkan langkah pertamanya, kata pertamanya, dsb

Yup, jadi enterpreuner pilihan saya. Tidak terikat waktu. Kerja ayo, tidak kerja juga tidak ada yang negur. Semua kendali penuh ada di kita. saya jalankan proyek voucher hotel bersama suami. Saya coba pasarkan coklat-flanel, buku mizan, dsb. Saya Manfaatkan social media, untuk pemasaran. Tidak perlu keluar rumah. Kalaupun harus antar barang, ada kurir yang bisa kita pakai jasanya. Kalopun ketemu mitra bisnis tetep bisa ajak tsabita sambil main.

Sekali lagi wanita karir itu pilihan. Ibu rumah tangga adalah kewajiban. Siapkan mulai sekarang. Termasuk belajar menjadi istri sekaligus ibu yang baik. Belajar masak, urus rumah tangga, belajar pendidikan anak dsb. Jangan tunggu kalau sudah nikah dan ketemu masalah baru blajar. Sama kayak dokter yang baru cari referensi obat saat pasien datang, pasti kelabakan kan?

Apapun pilihannya bekerja atau dirumah saja, ibu rumah tangga adalah prioritas. Anak adalah investasi bagi orang tua di dunia dan akhirat! Setiap upaya yang kita lakukan demi mendidiknya dengan ikhlas adalah suatu kebajikan. Dan setiap kebajikan akan mendapat balasan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jangan marah, janga kecewa, ketika anak-anak kita tidak menjadi kebanggaan seperti yang kita harapkan. Mengaca pada diri sendiri, bagaimana kita mendidiknya??

Ketika usia senja, mata mulai rabun, tulang mulai rapuh, atau bahkan tubuh ini hanya mampu berbaring dan tak bisa bangkit dari ranjang untuk sekedar berjalan. Siapa yang mau mengurus kita kalau kita tidak pernah menyiapkan anak-anak kita? Merekatkan jalinan emosional dengannya?

Ketika malaikat maut telah datang, ketika jasad telah dimasukkan ke kubur, ketika diri sangat membutuhkan doa padahal pada hari itu diri ini sudah tidak mampu berbuat banyak karena pintu amal telah ditutup, siapakah yang mendoakan kita kalau kita tidak pernah mengajari anak-anak kita? Menyiapkannya menjadi anak-anak sholeh yang doanya tidak akan putus bagi kita, orang tuanya?

Apapun pilihannya, bekerja atau tidak bekerja, kita berharap agar Allah selalu menuntun langkah kita, mengajari kita, menempa diri kita agar layak menyandang gelar istri shalehah yang dari tangan-tangan lembut kita tercipta generasi yang tangguh, sukses dan bahagia, dunia akhirat.

Wallahu a’lam

Tulisan ini dibuat 1 tahun lalu, dan sampai skrg saya masih sangat menikmati peran dan slogan “i’m not a working mom, but i’m a mompreneur” dengan menjadi salah satu kontributor buletin untuk indosat, pasarkan kerupuk lombok, suplemen wanita, buku-buku edukasi, tiket seminar, dsb. Moga barakah. Dan yang paling penting, semua saya kerjakan tanpa perlu meninggalkan anak-anak, karena saya tau bagaimana kemampuan saya yang kurang bagus bagi waktu kalo harus memilih bekerja di luar rumah ^^

Ditulis oleh : Ibu Euis Kurniawati

[+/-] Selengkapnya...

KIAT SUKSES BISNIS.... ATUR WAKTUMU

share dr coach deni desmon

Pada suatu hari di awal-awal saat memulai bisnis dulu, saya ketemu masalah seperti ini: saya janjian dengan 3 orang di Jakarta. Saat itu posisi saya di Jogja tanpa banyak kenalan di Jakarta dan cekak banget dananya. Begini jadualnya: Pak A janji ketemu hari Senin siang, Pak B hari Rabu pagi dan Bu C di hari Jumat sore. Jika saya mau gampang, saya harus berangkat naik kereta Minggu malam dan menginap di Jakarta 5 hari dan pulang Jumat malam. Sayanya yang bingung: nginep dimana, biaya makannya dimana? Duh ribet, padahal janjiannya udah di-arrange lama dan posisi orang yang mau saya temui itu Boss-boss semua untuk penawaran kerjaan promosi. Saya harus mengikuti jadual mereka, saya tak kuasa menentukan jadual karena saya yang butuh.

Pusinglah saya memikirkan jadual yang mustahil itu. Sampai seminggu menjelang harinya, saya ketemu seorang teman,yang ilmu agamanya lumayan. Karena belum menemukan solusi, saya pun curhat padanya. Teman saya mengangguk-angguk lalu bertanya,"Jadual sholatmu gimana?"

"Jadual sholat? Apa hubungannya?" saya keheranan.

"Sholat subuh jam berapa?" tanpa menjawab pertanyaan saya, dia meneruskan pertanyaannya.

" Errr... Jam setengah enam, jam enam. Sebangunnya lah.. Kenapa," jawab saya.

" Sholat dhuhur jam berapa?"

"Dhuhur? Jadual sholat dhuhur ya jam 12 lah..." jawab saya.

"Bukan, jadual sholat dhuhurmu jam berapa?" ia terus mendesak.

" Oooh, jam dua kadang setengah tiga biar langsung Asar. Eh, tapi apa hubungannya dengan masalahku tadi?" saya makin heran.

Temen saya tersenyum dan berkata,"Pantas jadual hidupmu berantakan."

"Lhooo.. kok? Apa hubungannya?" saya tambah bingung.

"Kamu bener mau beresin masalahmu minggu depan ke Jakarta?" tanyanya lagi.

"Lha iya, makanya saya tadi cerita...," saya menyahut.

"Beresin dulu jadual sholat wajibmu. Jangan terlambat sholat, jangan ditunda-tunda, klo bisa jamaah," jawabnya.

"Kok.. hubungannya apa?" saya makin penasaran.

"Kerjain aja dulu kalo mau. Enggak juga gak papa, yang punya masalah kan bukan aku...," jawabnya.

Saya pun pamit, jawabannya tak memuaskan hati saya. Joko sembung naik ojek, pikir saya. Gak nyambung, Jek. Saya pun mencari cara lain sambil mengumpulkan uang saku buat berangkat yang emang mepet. Tapi sehari itu rasanya buntu, buntu banget. Sampai saya berfikir, ok deh saya coba sarannya. Toh gak ada resiko apa-apa. Tapi ternyata beratnya minta ampun, sholat tepat waktu berat jika kita terbiasa malas-malasan, mengakhirkan pelaksanaannya. Tapi udahlah, tinggal enam hari ini.

Dua hari berjalan, tak terjadi apa-apa. Makin yakin saya bahwa saran teman saya itu tidak berguna. Tapi pada hari ketiga, hp berdering. Dari asisten Pak A,"Mas, mohon maaf sebelumnya. Tapi Pak A belum bisa ketemu hari Senin besok,. Ada rapat mendadak dengan direksi. Saya belum tahu kapan bisa ketemunya, nanti saya kabari lagi."

Di ujung telepon saya ternganga, bukannya jadual saya makin teratur ini malah ada kemungkinan di-cancel. Makin jauh logika saya menemukan solusinya, tapi apa daya. Karena bingung, saya pun terus melanjutkan sholat saya sesuai jadualnya.

Di hari berikutnya, hp saya berdering kembali. Dari sekretaris Pak B,"Mas, semoga belum beli tiket ya? Pak B ternyata ada hjadual general check up Rabu depan jadinya gak bisa ketemu. Tadi Bapak nanya bisa nggak ketemu Jumat aja, jamnya ngikut Mas."

Yang ini saya bener-bener terkejut. Jumat? Kan bareng harinya ama Bu C? Saya pun menyahut,"O iya, tidak apa-apa Pak. Jumat pagi gitu, jam 9 bisa ya?"

Dari seberang sana dia menjawab,"OK Mas, nanti saya sampaikan."

Syeep, batin saya berteriak senang. Belum hilang rasa kaget saya, hp saya berbunyi lagi. Sebuah sms masuk, bunyinya: Mas, Pak A minta ketemuannya hari Jumat setelah Jumatan. Jam 13.30. Diusahakan ya Mas, tidak lama kok. 1 jam cukup.

Saya makin heran! Tanpa campur tangan saya sama sekali, itu jadual menyusun dirinya sendiri. Jadilah saya berangkat Kamis malam, ketemu 3 orang di hari Jumat dan Jumat malem bisa balik ke Jogja tanpa menginap!

Saya sujud sesujud-sujudnya. Keajaiban model begini takkan bisa didapatkan dari Seven Habits-nya Stephen Covey, tidak juga dari Eight Habbits. Hanya Allah yang kuasa mengatur segala sesuatu dari arsy-Nya sana.

Sampai saya meyakin satu hal yang sampai sekarang saya usahakan terus jalani: Dahulukan jadual waktumu untuk Tuhan maka Tuhan akan mengatur jadual hidupmu sebaik-baiknya.

Karena saya muslim, saya coba konfirmasikan ini ke beberapa teman non muslim dan mereka menyetujuinya. Jika dalam hidup ini kita mengutamakan Tuhan, maka Tuhan akan menjaga betul hidup kita. Tuhan itu mengikuti perlakuan kita kepadanya, makin disiplin kita menyambut-Nya, makin bereslah jadual hidup kita.

Jadi, kunci sukses bisnis ke-3 yang saya bisa share ke teman-teman: Sholatlah tepat waktu, usahakan jamaah. Jika mau lebih top, tambahin sholat sunnahnya: qobliyah, bakdiyah, tahajjud, dhuha, semampunya.

Silakan dipraktekkan, Insya Allah jadual kehidupan kita (baik bisnis, keluarga maupun personal) akan nyaman dijalani. Sampai hari ini, saya belum pernah berdoa lagi untuk menambah 24 jam sehari menjadi lebih banyak jamnya. 24 jam sehari itu sudah cukup, jika kita tak hanya mengandalkan logika untuk mengaturnya. Tak kemrungsung, tak buru-buru tapi tanggung jawab terjalani dengan baik.

Jika suatu hari saya menemukan jadual saya kembali berantakan, banyak tabrakan waktunya atau tidak jelas karena menunggu konfirmasi terlalu lama: segera saya cek jadual sholat saya. Pasti disitulah masalahnya dan saya harus segera beresin sehingga jadual saya akan teratur lagi sebaik-baiknya. Seperti teman-teman sekalian, istiqomah alias konsisten menjalankan ini tentu banyak godaannya. Tapi kalo gak pake godaan, pasti semua orang akan sukses dong. Jadi emang mesti tough, kuat menjalaninya, jangan malas, jangan cengeng.

[+/-] Selengkapnya...

ISLAM KEMBALI TERASING

Lebih serem yg pake cadar, daripada yg pake rok mini.

Lebih serem orang berjenggot, daripada yg tatoan.
pake baju tauhid ditangkap,
pake baju PKI di biarkan,
Lebih curiga sama yg rajin ibadah di mesjid, daripada orang yg mabok2an dan judi.

Dunia sudah kebolak balik.
Yang Nyunnah - Radikal, Yang nyeleneh - Toleran.
Yang muda sholat 5 waktu - di Waspadai, Yang muda ga sholat - katanya wajar masih muda.
Yang jenggotan rajin ke masjid - dibilang Teroris, Yang jenggotan rajin dugem - keren.
Yang ke majelis ta'lim pekanan - fanatik, Yang ke bioskop harian - gaul.
Yang hapal qur'an 30 juz - militan, Yang hapal banyak musik - hebat.
Yang pakai baju koko - sok alim, Yang ga pake baju - jantan.
Yang hariannya bicara islam - sok suci, Yang hariannya ghibah - up to date. Media islam - radikal, Media porno - kebutuhan.

Buka Mata Hati Anda hai manusia! tanda akhir zaman kian namapk nyata...

ﺑَﺪَﺃَ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡُ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ ﻭَﺳَﻴَﻌُﻮﺩُ ﻛَﻤَﺎ ﺑَﺪَﺃَ ﻏَﺮِﻳﺒًﺎ ﻓَﻄُﻮﺑَﻰ ﻟِﻠْﻐُﺮَﺑَﺎﺀِ “

Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim) Sahabat bertanya siapa kah orang asing itu, Nabi menjawab: Mereka ialah orang2 yg senantiasa melakukan kebaikan ditengah kerusakan. (HR. Ahmad)

[+/-] Selengkapnya...

"Senyum Pengertian"

Bagian Kesatu, Salim A. Fillah, 2010

***

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat orang-orang yang bukan nabi, dan bukan pula syuhada,” ujar Rasulullah sebagaimana dibawakan dalam hadits oleh Imam Abu Dawud, “Tapi bahwa para nabi dan syuhada cemburu pada mereka di hari kiamat nanti, tersebab kedudukan yang diberikan oleh Allah pada mereka.”

“Ya Rasulullah,” kata para sahabat ketika itu, “Beritahukanlah kepada kami, siapa mereka?”
“Mereka itu adalah,” jawab beliau, “Segolongan manusia yang saling mencintai karena rahmat Allah. Bukan oleh sebab kekerabatan dan darah. Bukan pula karena didasarkan pemberian harta. Demi Allah, wajah mereka pada hari itu bersinar cemerlang dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tiada merasa khawatir ketika manusia lain ketakutan. Dan mereka tidak bersedih ketika manusia lain berduka.”

Sebuah hadits Qudsi yang dibawakan Imam Ahmad dan at-Tirmidzi merekam kalimat Allah ‘Azza wa Jalla tentang karunia kepada para pencinta ini. “Orang-orang yang saling mencintai demi keagungan-Ku,” demikian Allah berfirman, “Akan diberikan padanya mimbar dari cahaya yang dicemburui oleh para Nabi dan syuhada.”

Alangkah agungnya mereka yang mendapat karunia itu. Alangkah beruntungnya mereka yang beroleh kemuliaan itu. Hari-hari ini dalam tertatihnya kita meniti ukhuwah yang terasa gersang, dalam menyambungi shilaturrohim yang terasa kering, dan dalam menjalin hubungan yang terasa pahit, kita telah merasa sejuk sekedar mendengar frasa ‘saling mencintai karena Allah’. Hari ini, harapan kita kembali dibangkitkan, asa kembali ditumbuhkan; bahkan meski bukan Nabi dan bukan syuhada, kita berpeluang memperoleh anugerah yang membuat mereka cemburu.

Mimbar-mimbar cahaya...

Lalu kita tersadar bahwa untuk menggapainya, dalam dekapan ukhuwah ada niat yang harus diluruskan, ada tekad yang harus dikokohkan, ada komitmen yang harus disimpul ulang, dan ada tanggungan amal-amal yang harus dibayartunaikan. Ada begitu banyak langkah, dan meski tetap terseok, mari selalu bergerak ke hadapan. Setapak demi setapak. Selangkah demi selangkah. Walau duri merantaskan kaki, walau onak mencacah jari.

***

Berlembar lalu, kita telah memulainya dengan prasangka baik. Dalam dekapan ukhuwah, setelah prasangka baik, pilar cinta kita yang berikut adalah saling mengerti dengan kelembutan nurani...

***

[+/-] Selengkapnya...

Ataya Wisuda Bintang Kejora

[+/-] Selengkapnya...

Umi, Alyn n Ataya

[+/-] Selengkapnya...

Tertipu Waktu

Waktu berlalu begitu halus menipu. Tadi pagi belum sempat dzikir pagi tau2 sudah jam 9.00 pagi.  Belum sempat sedekah pagi matahari sudah meninggi.

Rencananya jam 9.30 mau sholat dhuha, tiba2  adzan dhuhur sudah terdengar. Pinginnya sih setiap pagi menghabiskan baca 1 juz Al Qur'an atau minimal surat al Waqi'ah yang hanya 96 ayat. Tapi ya itu, "pinginnya itu" sudah setahun yang lalu dan kebiasaan itu belum terlaksana.

Ada sebenarnya komitmen diri, tidaklah berlalu malam kecuali dengan tahajud dan witir, sekalipun hanya 3 rakaat singkat saja. Dan komitmen itu belum dilaksanakan sejak 2 tahun lewat. Tanpa hukuman diri atas pengkhianatan komitmen dan tanpa perasaan bersalah lebih sehingga harus menangis dalam taubat.

Dulu juga pernah terpikir punya anak asuh, entah yatim apa miskin, yang di santuni tiap bulannya. Ya karena kesibukan lupa merealisasikannya, dan itu sudah berlangsung sekitar 3 tahunan yang lalu...

Akan terus beginikah nasib "hidup" kita menghabis-habiskan umur ?! Berhura-hura dengan usia ?! Tiba2 masuklah usia di angka 30 sebentar kemudian 40 tahun. Tak lama terasa kemudian orang memanggil kita dengan sebutan "mbah.." pertanda kita sudah tua. Uban yang mulai menghias kepala, keriput yang menghias kulit, tenaga yang tidak seberapa.

Menunggu ajal tiba...sejenak mengintip catatan amal yang kita ingat pernah berbuat apa. Astaghfirulloh..tak seberapa, sedekah dan wakaf juga sekedarnya, malah banyakan harta yang kita makan, buat tanah, rumah, usaha dan katanya untuk investasi dan ninggalin anak cucu yang belum tentu mereka suka.

Jika demikian..Apakah ruh tidak melolong menjerit saat harus berpisah dari tubuh..?! Tambahkan usiaku ya Alloh !. Aku butuh waktu untuk beramal dan berbekal ..Belum cukupkah main2mu selama 50 tahun atau 60 tahun ? Butuh berapa tahun lagi untuk mengulang pagi, sore, hari, minggu, bulan dan tahun yang sama ! Tanpa pernah merasa kehilangan untuk menghasilkan pahala di setiap detiknya. Tidak akan pernah cukup 1000 tahun bagi yang terlena...

Astaghfirullah....

[+/-] Selengkapnya...

Nasihat indah KH. Musthafa Bisri

1. Kebenaran kita berkemungkinan salah, kesalahan orang lain berkemungkinan benar. Hanya kebenaran Tuhan yang benar-benar benar.

2. Kalau Anda boleh meyakini pendapat Anda, mengapa orang lain tidak boleh.

3. Jangan banyak mencari banyak, carilah berkah. Banyak bisa didapat dengan hanya meminta. Tapi memberi akan mendatangkan banyak dan berkah.

4. Tidak ada alasan untuk tak bersedekah kepada sesama. Karena sedekah tidak harus berupa harta. Bisa berupa ilmu, tenaga, bahkan senyum.

5. Apa yang kita makan, habis. Apa yang kita simpan, belum tentu kita nikmati. Apa yang kita infakkan justru menjadi rizki yang paling kita perlukan kelak.

6. Abadikan kebaikanmu dengan melupakannya.

7. Tawakkal mengiringi upaya. Doa menyertai usaha.

8. “Berkata baik atau diam” adalah pesan Nabi yang sederhana tapi sungguh penting dan berguna untuk diamalkan dan disosialisasikan.

9. Janganlah setan terang-terangan engkau laknati dan diam-diam engkau ikuti.

10. Mau mencari aib orang? Mulailah dari dirimu !

11. Hati yang bersih dan pikiran yang jernih adalah suatu anugerah yang sungguh istimewa. Berbahagialah mereka yang mendapatkannya.

12. Meski sudah tahu bahwa memakai kaca mata hitam pekat membuat dunia terlihat gelap, tetap saja banyak yang tak mau melepaskannya.

13. Awalilah usahamu dengan menyebut nama Tuhanmu dan sempurnakanlah dengan berdoa kepadaNya.

14. Ada pertanyaan yang ‘tidak bertanya’; maka ada jawaban yang ‘tidak menjawab’. Begitu.

15. Sambutlah pagi dengan menyalami mentari, menyapa burung-burung, menyenyumi bunga-bunga, atau mendoakan kekasih. 
Jangan awali harimu dengan melaknati langit.

16.  Wajah terindahmu ialah saat engkau tersenyum. Dan senyum terindahmu ialah yang terpantul dari hatimu yang damai dan tulus.

[+/-] Selengkapnya...

'Salafy', realitas umat yg memilukan

- Syaikh Yahya Al-Hajuri (murid senior Syaikh Muqbil) mentahdzir Ustadz Luqman Ba'abduh CS.

- Ustadz Dzulqarnain dan Ustadz Afifuddin mentahdzir Ustadz Firanda Andirja dan Radio Rodja.

- Ustadz Luqman Ba'abduh mentahdzir Ustadz Dzulkarnain CS dan memfatwakan bahwa Dzulkarnain CS adalah MLM (Mutalawwin La'ib Makir).

- Ulama muda Salafi dari madinah, yakni Syaikh DR.Abdullah Al-Bukhari menyebut Syaikh Muqbil Bin Hadi Al-Wadi'i khawarij, meyebut Ust.Firanda Dajjal, menyebut Ust.DR.Ali Musri pendusta khabits.

- Ustadz DR.Ali Musri di tahdzir Ustadz Luqman Ba'abduh, sedangkan Ust.Luqman Ba'abduh di katakan MALING oleh Ustadz Ali Musri karena pernah mencuri kitab seharga kurang lebih 200 juta.

- Ustadz Agus Hasan Bashori dan Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi di tahdzir oleh Ustadz Abdurrahman At-Tamimi dan di vonis sebagai Sururi.

- Sedangkan Ustadz Abdurrahman at-Tamimi CS di tahdzir sebagai Hizbi oleh para pengikut Ustadz Faisal Usamah Mahri CS.

- Ustadz Indra Al-Medani, Syaikh Utsman Shalih Al-Ifriki, dan Salafi STAI Aly As-Sunnah medan di tahdzir oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Medani CS dan dianggap sebagai Hizbi, manhajnya tidak jelas, dst.

- Syaikh Salim Bin 'Ied Al-Hilali dituduh pencuri oleh mereka yang kontra Syaikh Yahya Al-Hajuri.

- Syaikhain Ibnai Bazmul (dua bersaudara) mentahdzir Syaikh Ali Hasan Al-Halabi.

- Syaikh Rabi' bin Hadi Al-Madkhali menyebut Syaikh Ali Hasan Al-Halabi sebagai ahli bid'ah dan mentahdzirnya.

- Sedangkan Syaikh Falih bin Naafi' Al Harbi mentahdzir Syaikh Rabi'.

- Di Mesir juga demikian, dua murid Syaikh Al-Albani yakni Syaikh Muhammad Hasan dan Syaikh Abu Ishaq Al-Huwaini disebut mubtadi' (ahli bid'ah) oleh murid-muridnya Syaikh Muqbil.

- Ulama sekaliber Syaikh Ibnu Jibrin ditahdzir oleh Syaikh Yahya An-Najmi sebagai ikhwani (ikhwanul muslimin).

- Ulama Salafi Syaikh Hasan bin Abdullah Qu'ud menyindir Syaikh Rabi' bahwa bahasa Arab Sayyid Quthub sekelas mahasiswa sedangkan bahasa Arab Syaikh Robi' masih sekelas anak-anak i'dadi (pemula).

- Syaikh Abdul Aziz bin Manshur Al Kinani mentahdzir Syaikh Robi: dan membuat kitab khusus membantah "kesesatan" Syaikh Robi' berjudul Ar-Raddu 'Alal-Ad'iyatis-Salafiyah setebal 239 hal.

- Syaikh Abu Utsman As-Salafi mentahdzir Syaikh Robi' dengan menulis kitab khusus berjudul "61 Ashlan Faasidan lifirqati murji'ah al khuluf: Ra-Rabi'iyun".

Demikianlah faktanya. Lantas, ke "Salafi" mana saya harus masuk ?

Semuanya mengaku paling SALAFI dan selainnya adalah Ahli Bid'ah, Hizbiyyah, dholaalah, dll. !!??

- Kalau saya masuk Salafi Rodja, saya di tahdzir oleh Salafi Dzulkarnain. Padahal Ust.Dzulkarnain adalah murid yang diakui oleh Syaikh Shalih Fauzan.

- Kalau saya masuk Salafi Ustadz Dzulkarnain, saya di tahdzir oleh Salafi Luqman Ba'abduh. Padahal Ust.Luqman Ba'abduh adalah murid Syaikh Muqbil dan diakui oleh Syaikh Robi'.

- Kalau saya masuk Salafi Ustadz Luqman Ba'abduh, saya di tahdzir oleh Salafi Syaikh Yahya Al-Hajuri. Padahal Syaikh Yahya Al-Hajuri adalah pewaris utama dakwah Syaikh Muqbil Bin Hadi Al-Wadi'i di markaz dakwah darul hadits, dammaj, yaman.

- Kalau saya masuk Salafi Ust.Abdullah Hadrami, Ust.Agus Hasan Bashori, Ust.Khalid Basalamah, Ust.Ahmad Rofi'i, saya di tahdzir oleh Salafi STAI Ali Bin Abi Thalib surabaya.

- Kalau saya masuk Salafi STAI Aly As-Sunnah medan, maka saya di tahdzir oleh para pengikut Abu Ihsan Al-Medani CS. padahal STAI Aly As-Sunnah medan itu punya silaturahmi baik dengan Bpk.Patrialis Akbar (Mantan Menkuham) dan menjalin kerjasama Dakwah.

Lantas, manakah Salafi paling murni ??

Manakah Salafi sejati yang murni 24 karat ?

Apa komentar para Ulama Ahlus Sunnah tentang istilah "Salafi" ??

- Syaikh Muhammad Bin Shalih Al'-Utsaimin berkata:

ولا شك أن الواجب على جميع المسلمين أن يكون مذهبهم مذهب السلف لا الانتماء إلى حزب معين يسمى السلفيين، والواجب أن تكون الأمة الاسلامية مذهبها مذهب السلف الصالح لا التحزب إلى من يسمى ( السلفيون) فهناك طريق السلف وهناك حزب يسمى (السلفيون) والمطلوب اتباع السلف.

Terjemahannya begini:

“Tidak ragu lagi, bahwa wajib bagi seluruh kaum muslimin menjadikan mazhab mereka adalah madzhab salaf, bukan terikat dengan kelompok tertentu yang dinamakan Salafiyyin.

Wajib bagi umat Islam menjadikan madzhab mereka adalah madzhab salafus shalih, bukan berkelompok kepada siapa-siapa yang dinamakan Salafiyyun. Maka, di sana ada jalan salaf, dan ada juga hizbi yang dinamakan Salafiyun, dan yang dituntut adalah mengikuti salaf.”

(Syaikh Muhammad bin Shalih ‘Utsamin dalam kitab Syarh Al-Arba'in An-Nawawiyah halaman 263 Mawqi’ Ruh Al Islam...)

[+/-] Selengkapnya...

Perjalanan 3 kaleng coca cola dari pabriknya

Sebuah mobil distribusi datang utk mengangkut coca cola dari panriknya di Cilengsi dgn tujuan yg berbeda.

🍃    Pemberhentian pertama di Indomaret. Kaleng coca cola diturunkan, dipajang di rak, diberi label harga Rp. 4.000,-

🍃   Pemberhentian kedua Sogo Super Store. Kaleng coca cola diturunkan, disimpan di kulkas,  dijual Rp. 7.500,-

🍃   Pemberhentian ketiga Hotel Sheraton. Kaleng coca cola diturunkan, tdk ditaruh di kulkas. Ketika ada yg pesan, coke baru dikeluarkan bersama gelas kristal isi es batu. Pelayan cantik meletakkan di atas baki, mengantarnya ke meja pemesan, membuka kalengnya, seraya menuangkan ke dalam gelas dg sopan. Tagihan yg tertera softdrink IDR. 40.000!

Knp harga 3 kaleng coca cola tsb berbeda pdhl dibikin di pabrik yg sama, diantar mobil yg sama, kemasan sama dan pasti rasa dan aromanya pun sama?

JAWABNYA :
Lingkungan yg membedakannya

Begitulah ...

🍂   tatkala kita berada di lingkungan yg mendorong kita untuk berbuat terbaik, niscaya kita menjadi cemerlang.

🍂   Sebaliknya, jika kita berada di lingkungan yg mengerdilkan kita, maka sulit bagi kita utk berkembang.

Bakat dan kemampuan yg sama di lingkungan yg beda akan menghasilkan  nilai yg berbeda.

Pastikan Anda berada di lingkungan yg mendorong Anda utk memiliki nilai lebih, berteman dan bergaul dengan orang2 yg positip. Karna disana nilai anda akan dihargai tinggi.

[+/-] Selengkapnya...

Ketika Rasulullah Menjadi Unta

Alkisah, suatu hari Rasul berjalan di lorong gang menuju Masjid, lalu berjumpa dengan anak-anak yang tengah bermain. Saat melihat Rasul, anak-anak segera merangkulnya seraya berkata: “كن جملي”

“Ayolah jadi untaku.!” Karena kerap melihat Hasan dan Husain melakukan hal yang sama pada Rasul, mereka pun menginginkanya. Rasul dengan senang hati mengabulkan permintaan mereka.

Di sudut lain, para sahabat tengah menantikan Rasul untuk memimpin shalat berjamaah di masjid. Bilal pun datang untuk menjemput beliau. Namun Rasul bersabda: “Bagiku, terlambat waktu shalat lebih baik daripada membuat hati anak-anak bersedih”. Rasul lalu meminta Bilal datang ke rumahnya, mengambil makanan untuk anak-anak. Bilal kembali dengan membawa beberapa butir buah kenari, lalu diserahkan pada Rasul.

Kepada anak-anak itu Rasul berkata: " ا تبيعون جملكم بهذه الجوزات ؟" “ Maukah kalian menjual untamu dengan buah-buah kenari ini?” Anak-anak menyanggupi tawaran Rasul dan melepaskan rangkulannya. Rasul berjalan ke arah masjid sambil bercanda: “Semoga Allah merahmati saudaraku, Yusuf. Ia dijual dengan harga beberapa dirham sementara aku terjual dengan beberapa kenari”

Inilah kisah hidup sang Nabi yang welas asih itu. Membaca cerita ini, membuat hati kita bergetar hebat: “Ah…Rasul, engkau memang manusia langit. Tapi, perilakumu begitu membumi hingga bisa menjadi tauladan bagi seluruh ummat”.

Ada tiga catatan yang bisa kita renungkan dari kisah di atas:

1. Pentingnya bermain dengan Anak

Sangat mengagumkan. Rasulullah, seorang kepala negara dan rujukan agama dengan setumpuk agenda dan kesibukan, menyempatkan bermain, tidak hanya dengan keluarganya juga anak-anak lain.

Yang lebih mengagumkan lagi, Rasul bahkan menunda waktu shalat, sebuah ajang perjumpaan dengan sang ‘kekasih’ demi menyelamatkan hati anak-anak agar tidak terluka dengan bermain bersama mereka. Dalam keseharian, betapa sering kita mengecewakan putra putri kita hanya karena tak ingin diganggu ketika memasak, mengetik di depan komputer (facebook-an :D) atau menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya.

Dalam teori psikologi anak, disebutkan bermain adalah hak anak yang sama pentingnya dengan hak pendidikan. Dengan permainan, sebenarnya seorang anak sedang menangkap berbagai stimulus untuk perkembangannya. Tepat sekali kiranya, Rasul begitu memberikan prioritas untuk bermain bersama anak-anak.

2. Berlaku seperti kanak-kanak di hadapan mereka

Saat anak-anak berkata “Ayolah jadi unta untukku” mungkin kita teringat adegan seorang ayah yang sering menjadi ‘kuda’ untuk anaknya. Sebenarnya, saat Rasul berperan menjadi tunggangan bagi anak-anak, seakan Rasul ingin berpesan, bermainlah seperti keinginan mereka. Beliau bersabda: “Siapa saja yang sedang berada di dekat anak, hendaknya ia berperilaku seperti kanak-kanak”.

Anjuran Rasul ini juga selaras dengan teori perkembangan anak yang menganjurkan orang tua dan para pendidik untuk berkomunikasi dengan anak sesuai dengan tingkatan umur dan perkembangan anak. Selain anak akan merasa menemukan teman sejati, juga akan belajar memberikan kepercayaan kepada sang orang tua.

3. Memberikan alternatif, bukan larangan

Akhir potongan kisah di atas cukup menarik, bagaimana Rasulullah memberi tawaran buah-buah kenari untuk anak-anak sebagai pengganti permainan yang mereka inginkan. Konon, jika orang tua melarang langsung, anak akan belajar pembangkangan, sebaliknya bila menawarkan alternatif anak akan belajar menerima hal berbeda dengan cara  yang bijak. Saat diberikan alternatif, anak tidak merasa tertolak, bahkan merasa diperlakukan istimewa.

[+/-] Selengkapnya...

Ahli tambang karna doa dan sedekah

Kisah nyata yg diceritakan Ustadz Yusuf Mansur di UI beberapa bulan lalu.

Dengan gaya khas beliau cerita

“Ada kawan saya yang pengen banget anaknya jadi pengusaha tambang. Lantas sejak anak itu masuk SMA, kawan saya ini udah giatin ibadah. Tahajud oke, dzikir dan witir oke, sedekah pun oke. Beliau pengen anaknya bisa kuliah di ITS atau ITB, jadi ahli tambang. Hingga pada saat ini anak kelas 12, Bapaknya jual motor satu-satunya yang beliau miliki untuk disedekahkan, berharap rahmat dan kelancaran dari Allah untuk test anaknya.

Anaknya ikut seleksi SBMPTN ambil di ITB dan ITS, ambil mandiri juga. Ambil jurusannya gak jauh-jauh dari pertambangan dan metalurgi. Sebab udah jadi cita-cita dari dulu.
Singkat cerita, ini anak kagak lolos SBMPTN . Masih lega sebab ada cadangan mandiri. Dan eng iii eng.. Mandiri ITB pun gak lolos. Si bapak bingung, kok Allah gak ngabulin impiannya sih? Dia kepengen anaknya jadi ahli tambang. Biar punya manfaat buat umat.

Bapaknya pun sudah kehabisan biaya untuk ikut test dan bimbel ini itu perlu banyak biaya. Akhirnya pasrah, si anak memutuskan untuk kerja. Gak jadi tukang tambang tapi jadi supir.
Jauh sekali dari yang diharapkan. Si anak tawakal, pasrah sepasrah-pasrahnya ama Allah. Sambil yakin “pasti Allah baek ama gue”.

Nah… Kebetulan si anak ini jadi supir boss besi di Surabaya. Tiap hari ini anak anterin boss nya ke tempat-tempat pengepul besi bekas di daerah Jawa. Dari Banten sampe ke Jatim udah didatengin buat ketemu klien. Si boss ngajarin ini anak gimana kenali besi yg bagus, dimana beli besi bagus, dan kemana harus dijual.

Singkat cerita, 2 tahun sudah ini anak kerja jadi supir si boss besi. Si boss besi gak punya anak lelaki, akhirnya si boss putuskan dgn istrinya “anak ini amanah, biar dia aja yg pegang usaha kita!” Jrenggggg hati anak ini bergetar. Betapa Allah mengabulkan permintaan ayahnya. Ia sekarang jadi pengusaha tambang besi! Bahkan ketika temen-temennya yang lolos di pertambangan ITB masih kuliah, dia yg gak lolos udah jadi pengusaha.

Lucunya, ketika si anak ini menginterview calon karyawannya lalu melihat cv kalo si calon karyawan ini lulusan ITB yg seangkatan dengannya, gumam dalam hati “ehmmm saingan gue dulu nih”. Yang lolos masih jadi karyawan tapi yg gak lolos malah jadi boss. Heran? Gak usah heran! Ini cara Allah.

Ente bisa punya mimpi jadi dokter. Lalu Allah beri ente penghalang menuju mimpi itu, tapi kalo ente jernih memandang Allah, kegagalan bukan penghalang. Itu justru jalan tol ente semua menuju kesuksesan. Yusuf Mansur 3 kali ditolak IAIN Jakarta (sekarang UIN), berkali-kali ditolak UI, tapi sekarang… Alhamdulillah, Yusuf Mansur diundang jadi tamu kehormatan di UI. Yang waktu itu lolos? Belum tentu.”

Semoga memotivasi!
Semangat menginspirasi!”

[+/-] Selengkapnya...

SEORANG NENEK MENCURI SINGKONG KARNA KELAPARAN, HAKIM MENANGIS SAAT MENJATUHKAN VONIS'' !!

Di Ruang Sidang Pengadilan, Hakim Marzuki duduk tercenung menyimak tuntutan Jaksa PU thdp seorg Nenek yg dituduh mencuri Singkong, Nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak lelakinya sakit, cucunya lapar...

Namun manajer PT A* K (B grup) tetap pada tuntutannya, agar menjd contoh bg warga lainnya. Hakim Marzuki menghela nafas, dia memutus diluar tuntutan Jaksa PU, "Maafkan saya", ktnya sambil memandang nenek itu. "Saya tak dpt membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jd Anda hrs dihukum. saya mendenda Anda 1jt Rupiah dan jika Anda tdk mampu bayar maka Anda hrs msk penjara 2,5 tahun, spt tuntutan Jaksa PU".

Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam, smtr Hakim Marzuki mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil & memasukkan uang 1jt Rupiah ke topi toganya serta berkata kpd Hadirin. "Saya atas nama pengadilan, jg menjatuhkan denda kpd tiap org yg hadir di Ruang Sidang ini sebesar 50rb Rupiah, sebab menetap di kota ini, yg membiarkan seseorg kelaparan sampai hrs mencuri utk memberi mkn cucunya, sdr Panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kpd Terdakwa ."

Sampai palu diketuk dan Hakim Marzuki meninggaikan ruang sidang, Nenek itupun pergi dgn mengantongi uang 3,5jt Rupiah, termsk uang 50rb yg dibayarkan oleh Manajer PT A K* yg tersipu malu krn telah menuntutnya. Sungguh sayang kisahnya luput dari pers, karena Pemerintah malu sebab mereka hanya bisa menguras uang Rakyat dan menghakimi Rakyat kecil.

Kisah ini sungguh menarik sekiranya ada teman yg bisa mendapatkan dokumentasi kisah ini bisa di share di media tuk jadi contoh kepada Aparat Penegak Hukum lain utk bekerja menggunakan hati nurani dan mencontoh Hakim Marzuki yg berhati mulia.

SUBHANAALAH...ini baru amanah

[+/-] Selengkapnya...

JURUS ELANG MELUMAT RIBA

Elang Gumilang, tidak berubah sejak 8 tahun lalu saya mengenalnya, tetap bersahaja.. Setiap yang keluar dari mulutnya selalu bermakna.
Sudah enam kali saya tidur sekamar dengannya, ketika dulu kami mengisi seminar bareng di berbagai kota. Ngobrol hingga larut malam, mendengar visinya tentang ekonomi Islam yang selalu membuat saya mendengkur duluan. Ilmunya melesat jauh di depan, visinya sudah 100 km ketika saya masih 1 km.

Tiap pagi di kamar dia yang minta ijin sholat dhuha duluan, khusuk diatas sajadah kecilnya. Sejak remaja sudah menempa hidupnya jualan donat, jualan minyak, sampai ketika kuliah IPB, tidak malu jualan lampu di kampusnya. Semua jadi ilmu yang menempa hidupnya.

Elang Gumilang, yang namanya ketika dipanggil sebagai pemenang pertama ajang bergengsi entrepreneur 2007, dia langsung sujud syukur di atas panggung, disaksikan 2000 lebih pasang mata di JCC, di usianya yang baru 22 tahun sudah berbisnis property dan membangun ratusan rumah sederhana untuk masyarakat bawah di Bogor.

Selalu menganggap dirinya orang kampung, ketika dulu harus tidur dipinggir sumur, bersebelahan dengan knalpot motor, akhirnya dia sering tidur di masjid agar dapat tempat yang lebih lega, sekaligus dia bisa mewakafkan waktunya disela kuliah membersihkan masjid.

Obrolan panjang kami berlanjut kemarin siang di kantornya yang megah di pinggiran kota Bogor.
"Sejak bisnis dulu saya mengandalkan hutang bank konvensional mas, bertahun-tahun gak terasa hutang saya 40 Milyar. Sebulan saya harus membayar 600 juta ke bank, dan hutang pokoknya hanya berkurang sebagian, selebihnya adalah bunga..." Dia mulai bercerita.
Saya mulai memasang frekuensi telinga di radar paling tinggi untuk menangkap semua ceritanya.
"Kita yang terus menggerakkan bisnis ini, susah payah, tapi ketika kita belum ada penjualan bank tidak mau tau, kita tetap dipaksa harus membayar. Setiap saya lihat laporan keuangan, hutang saya tidak berkurang banyak, beban bunganya justru makin bertambah"
Lanjutnya..
"Akhirnya saya memutuskan harus segera meninggalkan riba ini, mencari cara lain berbisnis tanpa hutang bank.."

Proses detailnya gimana Lang? Tanya saya
"Tidak semua langsung lunas mas, saya pun bertahap satu-satu.
Pertama: saya memindahkan hutang saya di Bank Syariah, dengan akad setiap bulan bunganya tidak lebih besar dari pokoknya, dan ternyata bisa, tiap bulan pokok hutang saya terus menurun"

Mmmmm...
"Kedua: saya mulai fokus menggenjot penjualan rumah saya mas, permintaan juga makin banyak, setiap ada pemasukan langsung buat ngelunasin hutang"

Mmm.. Yayaya, terus?
"Ketiga: Karena ijin sudah lengkap, tanah yang di akuisisi juga makin bertambah, ada tawaran akuisisi proyek dari Sedco Saudi Arabia senilai 270 Milyar mas, saya sudah tidak mau melibatkan bank. Lalu saya menerbitkan Sukuk (Obligasi Syariah) senilai 400 Milyar. Proyek Perumahan itu bisa senilai dua kali lipatnya kalo jadi nanti. Dan Allah benar-benar mudahkan mas, Garuda gabung membeli sukuknya 80 Milyar, Pertamina 90 Milyar dan lain-lain, sampai total modal 400 Milyar terkumpul, hutang saya di bank pun sudah lunas semua"

Wow! Gimana sistem bagi hasilnya Lang?
"Perjanjian sesuai DSN (Dewan Syariah Nasional) yaitu Sukuk Ijarah (Sewa), 14% dalam tempo 2 tahun. Kalo dengan pajak, biaya2 sekitar 20%. Jadi misal kalo Telkom membeli Sukuk saya 80 Milyar, tahun kedua akan mendapatkan 96 Milyar."

Kalo misal rugi dan tidak terbayar lang?
"Nanti asset dilelang mas, itulah adilnya sesuai syar'i, misal semua asset laku 600 Milyar, semua pembeli sukuk akan kebagian dari total 400 Milyar + 20%nya = 480 Milyar, yang sisanya 120 Milyar itulah asset perusahaan saya"

Mmmm.. Yayaya saya tambah ilmu lagi.
Saya membolak-balik laporan penilaian asset usahanya yang sudah dibuat dan dilaporkan OJK. Tiga tahun lalu masih diangka 11 digit, tahun ini assetnya sudah tembus 12 digit..

Saya tidak kaget..
Saya tidak iri..
Ini semua sudah seperti yang Elang katakan jauh-jauh hari kepada saya dulu.
"Mas baca deh Quran Ali Imran 26: Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu."

"Semua ini milik Allah mas, kerajaan ini milik Allah, saya hanya mengelola saja, dan sewaktu-waktu Allah akan ambil jika Allah berkehendak. Ketika saya mantap meninggalkan riba, Allah kasih jalan lain yang lebih baik, asset saya tidak berkurang, justru makin bertambah.."
Lanjut Elang.

Usianya masih 30 tahun sekarang, namun kemantapkan pola pikirnya sudah sangat matang.
Ketika godaan kemewahan yang datang melanda, berapa banyak pengusaha yang tergelincir ketika tidak mampu menahan hawa nafsunya.

Kami berjalan keluar, Elang mengajak saya ke lokasi satu perumahannya.
"Ini satu komplek termasuk rumah untuk saya dan keluarga saya mas, itu disana nanti rumah saya berdampingan dengan bapak ibu, masjid di tengah kompleks ini senilai 3 Milyar akan segera jadi mas, disana sudah siap sekolah untuk anak-anak yatim dan duafa, bagian belakang adalah tempat tinggal mereka. Sekarang 23 orang tinggal di rumah saya, besok kalo sudah jadi bisa menampung 100 anak disini semua"

Sore menjelang ketika saya belajar pada mantan penjual donat ini, wajahnya makin matang namun tetap bersahaja. Ternyata Sampai sekarang puasa senin kamis masih rutin dijalaninya. Jika dia mau, membeli Ferrari atau Lamborghini seharga 5 Milyar cash pun dia sanggup melakukannya.

Dia memilih cukup naik Honda CRV kemana-mana, hanya mobil biasa.. yang akan langsung berbelok ke masjid terdekat ketika panggilan adzan terdengar di telinganya...

[+/-] Selengkapnya...

PUISI KEMERDEKAAN

Rasanya

Baru kemarin Bung Karno dan Bung Hatta
Atas nama kita menyiarkan dengan seksama
Kemerdekaan kita di hadapan dunia.

Rasanya Baru kemarin.
Padahal sudah tujuh puluh tahun lamanya.

Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan mulia
Sudah banyak yang tiada. Penerus-penerusnya
Sudah banyak yang berkuasa atau berusaha
Tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa
Sudah banyak yang turun tahta

Rasanya
Baru kemarin
Padahal sudah lebih setengah abad lamanya.

Petinggi-petinggi yang dulu suka korupsi
Sudah banyak yang meneriakkan reformasi.
Tanpa merasa risi

Rasanya baru kemarin
Rakyat yang selama ini terdaulat
sudah semakin pintar mendaulat
Pejabat yang tak kunjung merakyat
pun terus dihujat dan dilaknat

Rasanya baru kemarin
Padahal sudah tujuh puluh tahun lamanya

Pembangunan jiwa masih tak kunjung tersentuh
Padahal pembangunan badan
yang kemarin dibangga-banggakan
sudah mulai runtuh

Daging yang selama ini terus dimanjakan
kini sudah mulai kalap mengerikan
Ruh dan jiwa
sudah semakin tak ada harganya

Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan
para penguasa berlaku sewenang-wenang
kini sudah pandai menirukan

Rasanya
Baru kemarin
Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka.

Pahlawan-pahlawan idola bangsa
Seperti Pangeran Diponegoro
Imam Bonjol, dan Sisingamangraja
Sudah dikalahkan oleh Sin Chan, Baja Hitam
dan Kura-kura Ninja dan artis idola

Rasanya
Baru kemarin

Tokoh-tokoh angkatan empatlima
sudah banyak yang koma
Tokoh-tokoh angkatan enamenam sudah
banyak yang terbenam
Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya
sudah banyak yang tak jelas maunya

Rasanya
Baru kemarin

Negeri zamrud katulistiwaku yang manis
Sudah terbakar nyaris habis
Dilalap krisis dan anarkis

Mereka yang kemarin menikmati pembangunan
Sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
Mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
Sudah meninggalkan utang
dan lari mencari selamat sendiri

Mereka yang kemarin
sudah terbiasa mendapat kemudahan
Banyak yang tak rela sendiri kesulitan

Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah tujuh puluh tahun kita
Merdeka
Ingin rasanya
aku sekali menguak angkasa
dengan pekik yang lebih perkasa:

M E R D E K A   !!!!!!🇮🇩

[+/-] Selengkapnya...

Mulailah pagimu dgn mengingat Allah

'‘Barangsiapa bangun di pagi hari dan HANYA DUNIA yang dipikirkannya, sehingga seolah olah ia Tidak melihat Hak Allah di dalam dirinya (shalat, dzikir, dakwah, melaksanakan semua syariat Allah dll) maka Allah akan menanamkan ④ (empat) penyakit :
①. Kebingungan yang tiada putus.
②. Kesibukan yang tiada berujung.
③. Kebutuhan yang tiada terpenuhi.
④. Khayalan yang tiada berujung.’’
(HR. Muslim)

[+/-] Selengkapnya...

Mulailah pagimu dgn mengingat Allah

'‘Barangsiapa bangun di pagi hari dan HANYA DUNIA yang dipikirkannya, sehingga seolah olah ia Tidak melihat Hak Allah di dalam dirinya (shalat, dzikir, dakwah, melaksanakan semua syariat Allah dll) maka Allah akan menanamkan ④ (empat) penyakit :
①. Kebingungan yang tiada putus.
②. Kesibukan yang tiada berujung.
③. Kebutuhan yang tiada terpenuhi.
④. Khayalan yang tiada berujung.’’
(HR. Muslim)

[+/-] Selengkapnya...

Berebut Balon vs Memberi Balon

Pada suatu acara seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta. Tiba-tiba sang Motivator berhenti berkata-kata & mulai memberikan balon yg warnanya sama kepada masing2 peserta. Dan kepada mereka masing2 diminta untuk menulis namanya di balon2 tersebut dgn menggunakan spidol. Setelah itu semua balon dikumpulkan di sebuah ruangan lain.

Setelah memberitahukan bahwa mereka yg berhasil menemukan balon dengan namanya sendiri akan mendapat hadiah dan yg tidak menemukan akan mendapat hukuman semua peserta disuruh masuk ke ruangan untuk menemukan balonnya dan diberi waktu hanya 5 menit.

Semua orang panik mencari nama mereka, bertabrakan satu sama lain, saling mendorong dan berebut dengan orang lain disekitarnya sehingga terjadi kekacauan. Waktu 5 menit sudah usai, tidak ada seorangpun yg bisa menemukan balon mereka sendiri.

Semua peserta diminta keluar ruangan. Sang Motivator meminta kepada semua peserta untuk secara acak mengambil sembarang balon yg ditemuinya menyebutkan keras-keras nama yg tertera dan memberikannya kepada orang yg namanya tertulis di atasnya. Hasilnya dalam tdk sampai 5 menit semua orang punya balon dengan nama mereka sendiri.

Sang Motivator berkata, "Kejadian yg baru terjadi ini mirip dan sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Semua orang sibuk mencari kebahagiaan untuk diri sendiri, mirip dengan mencari balon mereka sendiri, saling berebut dan banyak yg gagal. Mereka baru berhasil mendapatkannya ketika mereka memberikan kebahagiaan kepada orang lain, mirip dengan memberikan balon tadi kepada pemiliknya..."

Kebahagiaan kita terletak pada memberi kebahagiaan orang lain. Beri kebahagiaan kepada orang lain, maka anda akan mendapatkan kebahagiaan anda sendiri... Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan wejangan, "Barangsiapa yang membantu seorang mu'min terlepas dari kesusahan di dunia, niscaya Allah akan membantunya terlepas dari kesusahan di dunia dan akhirat". (HR.Muslim).

[+/-] Selengkapnya...

Membasmi Generasi 'Home Service'

Apa itu generasi “HOME SERVICE?” Generasi “HOME SERVICE” adalah generasi yang selalu minta dilayani. Ini terjadi pada anak-anak yang hidupnya selalu dilayani oleh orangtuanya atau orang yang membantunya. Mulai dari lahir mereka sudah diurus oleh pembantu, atau yang punya kekayaan berlebih diasuh oleh Babysitter yang setiap 24 jam siap di samping sang anak. Kemana-mana anak diikuti oleh babysitter. Bahkan sampai umur 9 tahun saja ada Babysitter yang masih mengurus keperluan si anak karena orangtuanya sibuk bekerja. Anak tidak diberi kesempatan mencari solusi sendiri. Contoh kecil saja, membuka bungkus permen yg akan dimakan anak. Karena terbiasa ada babysitter atau ART, anak dengan enaknya menyuruh mereka membukakan bungkusnya. Tidak mau bersusah payah berusaha lebih dulu atau mencari gunting misalnya. 

Contoh lain memakai kaus kaki dan sepatu. Karena tak sabar melihat anak mencoba memakai sepatunya sendiri maka orang dewasa yg di sekitarnya buru-buru memakaikan sepatu anak. Saat anak sudah bisa makan sendiri, orangtua juga seringkali masih menyuapi karena beranggapan jika tidak disuapi makannya akan lama, belepotan dan malah tidak dimakan. Padahal jika anak dibiarkan tidak makan, maka anak tidak akan pernah merasa apa namanya lapar. Dan saat lapar datang seorang anak secara otomatis akan memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Bagaimana dia akan disiplin makan sendiri jika dia tidak pernah merasakan apa itu namanya lapar akibat tdk sempat makan? Bagaimana dia akan belajar membuat minuman sendiri jika dengan hanya memanggil PRT atau babysitter atau orangtuanya saja minuman itu akan datang sendiri kepadanya. Ia terbiasa bekerja dengan mulutnya yg memerintah bukan dengan tangannya sendiri.

Saya mengutip perkataan seorang Psikolog dari Stanford University, Carol Dweck, beliau menulis temuan dari eksperimennya dalam buku The New Psychology of Success, “Hadiah terpenting dan terindah dari orangtua pada anak-anaknya adalah memberikan tantangan”. Tapi beranikah semua orangtua memberikan hadiah itu pada anak? Faktanya saat ini banyak orangtua yg ingin segera menyelesaikan dan mengambil alih masalah anak, bukan memberikan tantangan yg terukur. Saat anak bertengkar dengan temannya karena berebut mainan, orangtua malah memarahi teman anaknya itu dan membela sang anak. Ada pula yg langsung membawanya pulang dan bilang, ”udah nanti Ibu belikan mainan seperti itu yg lebih bagus dari punya temanmu..gak usah nangis”. 

Padahal Ibu tersebut bisa mengatakan, “Oh kamu ingin mainan seperti yg punya temanmu ya? Gak usah merebutnya sayang… kita nabung dulu ya nanti kalau uangnya sudah cukup kita akan sama-sama ke toko mainan membeli mainan  seperti itu”. Kira-kira bagaimana jika Ibu mengatakan demikian? Ada tantangan yang diberikan pada anak bahwa untuk mendapatkan sesuatu yang dia ianginkan maka dia harus berusaha untuk menabung dulu. Tidak lantas mengambil alih bahwa everything oke…ada Ibu dan ayah disini yang akan mengatasi segala masalahmu nak. 

Dalam keseharian Generasi “HOME SERVICE “ semua pekerjaan rumah tangga tak pernah melibatkan anak. Saat anak membuat kamarnya berantakan langsung memanggil PRT untuk segera merapihkan kembali. Anak menumpahkan air di lantai, di lap sendiri oleh Ibunya. Anak membuang sampah sembarangan, dibiarkan saja menunggu PRT menyapu nanti. Dalam hal belajar saat anak sulit belajar, orangtua telpon guru les untuk privat di rumah. Dalam hal bersosialisasi saat anaknya nabrak orang sampai mati di jalan karena harusnya belum punya SIM malah sudah bawa kendaraan sendiri. Orangtuanya langsung membayar polisi dan keluarga korban agar anaknya tidak diperkarakan dan dipenjarakan. Beres kan…hidup ini tidak susah nak…selama orangtuamu ada di sampingmu.

Iya kalau orangtuanya kaya terus…iya kalau orangtuanya hidup terus…semua kan tak pernah bisa kita duga. Generasi inilah yg nantinya akan melahirkan orang dewasa yg tidak bisa bertanggungjawab. Fisiknya dewasa tapi pikirannya selalu anak-anak, karena tak pernah bisa memutuskan sesuatu yg terbaik buat diri dan lingkungannya. Mau gimana lagi? Memang dididiknya begitu…Sekolah yg carikan orangtua. Jodoh yg carikan orangtua. Rumah yg belikan orangtua, Kendaraan yg belikan juga orangtua. Giliran punya anak yg mengasuh dan jadi pembantu di rumahnya juga ya si nenek dan kakeknya. Kasian banget ya…sudah modalin banyak ternyata orangtua tipe begini hanya akan berakhir jadi pembantu di rumah anaknya sendiri. Maaf kalau saya menggunakan istilah ‘pembantu' karena saya betul-betul prihatin kepada orangtua yg terlalu menjadi pelindung bagi anaknya, bahkan nanti buat cucunya juga. Kapan bisa mandirinya tuh anak.

Sahabat Nabi Ali Bin ABi Thalib RA sudah memberikan panduan dalam mendidik anak : “Ajaklah anak bermain pada tujuh tahun pertama, disiplinkanlah anak pada tujuh tahun kedua dan bersahabatlah pada anak usia tujuh tahun ketiga.” Jadi anak umur 7 tahun ke bawah memang dididik sambil bermain. Berikan tanggungjawab pada mereka meski masih harus didampingi seperti misalnya mandi sendiri, membereskan mainan, makan sendiri, membuang sampah dll.
Untuk anak usia 7 sd 14 tahun mulailah
mendisiplinkannya. Misalnya menyuruhnya shalat tepat waktu, belajar berpuasa, mengerjakan PR sepulang sekolah, menyiapkan buku untuk esok pagi, membantu mencuci piring yang kotor, menyapu halaman rumah dll. Apabila anak umur 7 sd 14 tahun itu tidak melakukan kewajibannya maka perlu diingatkan agar dia menjadi terbiasa dan disiplin. 

Untuk anak usia 14 sd 21 tahun maka orangtua harusnya bisa bersikap sebagai sahabat atau teman akrab. Orang tua perlu menolong anak untuk belajar bagaimana menggunakan waktunya, dan mengajari anak tentang skala prioritas. Dalam hal ini terkadang orangtua sering merasa kasihan. Karena semakin besar usia anak, maka semakin sibuk dia dengan kegiatan akademiknya. Anak ikut les ini dan itu, kegiatan ekstrakulikuler yg menyita waktu, kerja kelompok dll. Merasa anaknya tidak punya waktu, lalu orang tua, membebaskan anak dari pekerjaan rumah tangga. Padahal skill yg terpenting dalam kehidupan itu bukan hanya dari sisi akademik saja tapi bagaimana dia menghadapi rutinitas yg ada dengan segala keterbatasan waktunya. 

Anda yg sudah menjadi orangtua pasti merasakan bagaimana seorang Ibu harus membagi waktunya yang hanya 24 jam itu untuk bisa mengelola sebuah rumah tangga. Pekerjaan yg tiada habisnya. Pekerjaan mencuci baju, menyetrika, membereskan rumah mungkin bisa minta orang lain melakukannya. Memasak juga bisa membeli yang sudah jadi, tapi jam mengasuh anak tidak ada habisnya bukan? Apalagi jika di rumah tidak ada pembantu karena sekarang PRT semakin langka, jika pun ada gajinya minta selangit. Belum lagi banyak ketidakcocokkan. Udah bayar mahal, ngeyel, minta banyak libur, gak rapih juga kerjanya. Bikin emosi jiwa saja ya ? He..he…he…

Karena itu sebelum anda menjadi depresi sendirian, maka libatkanlah anak anak dalam pekerjaan rumah tangga. Saya pernah membaca sebuah artikel yang meliput tentang sebuah keluarga di Indonesia yang punya 11 anak tanpa PRT dan sering traveling ke luar negeri. Manajemen keluarganya TOP banget deh, dan kuncinya mereka melibatkan semua anaknya untuk ambil bagian dalam berbagai pekerjaan rumah tangga. Ada yg bertugas sebagai koki, menyetrika, mencuci, mengepel dll. Kompak banget deh. Asyik kan bisa memberdayakan sebuah keluarga seperti itu. Tidak ada yg meminta dilayani. Semua punya tugas dan tanggungjawab sendiri-sendiri. Saya yakin ke 11 anak mereka kelak akan menjadi orang dewasa yg bertanggungjawab, sukses dan mandiri.

Oh ya selain melibatkan anak-anak , faktor terpenting dalam meniadakan GENERASI “HOME SERVICE “ adalah peran ayah dalam mengerjakan perkerjaan rumah tangga. Di Indonesia masih banyak suami yang tidak mau terlibat dalam pekerjaan rumah tangga. Seakan-akan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyetrika, mengepel dll itu adalah aib buat seorang suami. Padahal menurut hasil penelitian, keikutsertaan para suami atau ayah dalam pekerjaan rumah tangga, berpengaruh positif terhadap keutuhan dan keharmonisan keluarga loh. Berbagi pekerjaan dalam rumah tangga antara suami dan istri tidaklah perlu dibuat jobdesknya secara tertulis, tetapi buatlah semuanya sesuai dengan kesempatan yang mereka punya. Karena jika dibuat jobdesk bisa membuAt pertengkaran apabila salah ah satu ada yang abai menyelesaikan pekerjaannya dan yang lain tidak mau mengerjakan karena merasa itu bukan tugasnya. Ayah yang menjadi contoh mengerjakan pekerjaan rumah tangga juga akan menjadi teladan langsung bagi anak laki-lakinya bahwa pekerjaan rumah tangga itu tak mengapa dilakukan seorang laki-laki. 

Peran serta ayah dalam membantu pekerjaan rumah tangga ternyata berdampak positif pada hubungan antara anak dengan ayahnya. Rata-rata ayah yang terbiasa melakukan perkerjaan rumah tangga terbukti sangat dekat dengan anaknya. Jika antara ayah dan anak sudah dekat maka hubungan suami dan istri pun akan semakin harmonis. Pengalaman pribadi nih, suami saya suka sekali membacakan buku buat anak kami sebelum tidur. Itu membuat kedekatan emosi diantara keduanya terjalin sangat dalam. Anak tak pernah berhenti memuja ayahnya. Ternyata hal itu membuat saya makin mencintai suami karena dia memang sosok yg baik, apalagi dia juga memang tidak segan membantu pekerjaan rumah tanpa saya memintanya. Buat saya, suami yang mau melakukan pekerjaan rumah tangga itu lebih macho dan ganteng dari actor sekaliber Brad Pitt atau Jason Stanham dari Holywood. Betul gak?? 

Jadi sudah siapkah keluarga anda meniadakan GENERASI “HOME SERVICE?” Yuk kita sama sama mulai dari sekarang demi kebaikan dan masa depan anak-anak kelak.

[+/-] Selengkapnya...

 

© 2007 Arsip Cyber: Agustus 2015 | Design by Rohman abdul manap | Template by : Template Unik