Peran Ayah dalam pendidikan anak

By ust Bendri Jaisyurrahman pakar islamic parenting dan konselor pernikahan.

Ketika ada tenaga medis bukan dokter hanya mantri lantas asal memberi obat jatuh korban maka akan di anggap mal praktek

Ketika ada sopir metromini lantas mengendarai pesawat tanpa punya ilmu nya akan di anggap mal praktek.

Lalu bagaimana saat ayah dan ibu tidak mempunyai ilmu lantas mereka mempunyai penumpang yang bernama anak ---> mal praktek?
Menghasilkan :

1) Anak2 yang kerdil jiwa nya. Jiwa anak kecil yang terjebak dalam tubuh orang dewasa.

2) Degradasi psikis , akibat nya saat ini  lemah. Dari anak2 lemah ---> menjadi laki2 lemah---> ayah yang lemah---> mencetak anak2 tidak berkualitas.
Anak sekarang hasil penelitian secara psikis setengah umur biologis nya. Anak kuliah berprilaku seperti anak SMP. Anak smp berbicara seperti anak TK "ciyus, miapah,dll"

3) Fenomena cabe2an dan anak alay...
Apa sih anak Alay ?? Mati pola pikir / thinking shock.
Ciri-ciri :
- tidak bisa milih / membuat keputusan.
"Kamu mau makan apa? Hmmm terserah deh... "
Diajak sholat hayuk, diajak maksiat hayuk..
Pagi ke majlis ta'lim, malam dugem
-tidak bisa describe.
"Yaaa gitu deh.."

Penyebab fenomena cabe2an ---> kehilangan sosok ayah

Karena ayahlah yg mengajarkan rasionalitas, otak kiri. Anak yang di besarkan tanpa sosok ayah akan tumbuh emosional dan tdk rasional.

FENOMENA FATHER HUNGER

Indonesia saat ini di sebut sbg Fatherless Country , banyak anak yang berayah namun yatim. Kerusakan psikologis yang di derita anak2 karena kehilangan sosok ayah.

Anak yang dekat dengan ayah nya cenderung menjadi pribadi yang percaya diri dan mudah beradaptasi dengan lingkungan luar. Karena bagi anak2, ayah adalah sosok misterius karena jarang pulang. Namun ketika seorang ayah bisa menjalankan peran nya. Maka anak akan menyimpulkan bahwa dunia luar aman bagi nya.

Stimulus pagi hari, hasil penelitian anak akan termotivasi menjadi sosok orang yang membangunkan dia di pagi hari... Anak yg di bangunkan oleh ayah akan lebih sukses drpd yang di bangunkan oleh ibu. Karena di mindset anak ayah adalah sosok penuh challenge sementara ibu lebih kepada urusan domestik dalam rumah.

Efek dari "father hunger"

1. Kurang dapat beradaptasi dengan lingkungan luar. Sekolah nempel terus ke ibu nya minta di tungguin.

2. Minder

3. Gay/ melenceng orientasi seksual
Hasil research --> 100% gay krn kehilangan sosok ayah

4. Kesulitan dalam belajar

5. Perasa / susah mengambil keputusan
----> kebanyakan diasuh ibu

6. Kalo perempuan , susah membuat kriteria pasangan. Buat anak perempuan yg dekat dengan ayah nya dia akan dgn mudah apa kriteria pasangan hidup nya? Yang seperti ayah saya.. Karena seharus nya seorang ayah adalah first love bagi anak perempuan nya.

Kebutuhan dasar anak wanita :
- di cintai
-di sayangi
-di puji

"Tau kah kamu nak, tidak ada satu laki2 di dunia ini yg mencintai km melebihi cinta ayah kepada kamu"

"Nak, tidak akan ayah biarkan satu laki2 pun menyakiti hati mu"

"Buat ayah, kamu adalah princess ayah , putri nya ayah yang paling cantik"

Anak2 perempuan yang saat kecil nya tidak mendapat kan ketiga hal diatas akan haus kasih sayang, sehingga ketika beranjak dewasa di rayu oleh laki2 mudah sekali karena dia mendapat apa yg tdk dia dapatkan seharus nya , laki2 yang memuja dia, akibat nya dgn mudah menyerahkan diri dan kehormatan nya...

Buat wanita yang sudah menikah, kalo menghadapi masalah dalam rumah tangga nya dia akan mudah give up, menuntut cerai dia dgn mudah menyimpulkan bahwa smua laki2 brengsek.

Saat ini banyak anak berayah namun yatim, karena fungsi ayah saat ini hanya 2 :
-memberi nafkah
-memberi ijin nikah

Ayah tidak tau kapan anak laki2 nya mimpi basah, subuh ketok pintu "bangun , sholat ke masjid" si anak tdk tau bahwa dia mimpi basah dan harus mandi junub. Berangkat ke masjid tanpa mensucikan diri

Padahal 58% anak Indonesia mengalami mimpi basah pertama nya saat kelas 5 SD (pubertas dini) sementara menurut mendiknas pelajaran mandi junub baru di berikan saat kelas 2 smp. Bayangkan selama berapa tahun si anak sholat ibadah nya tdk sah.

FATHERLESS COUNTRY!

- 0-2 thn pengasuhan full oleh ibu

- Usia pre school --> 90% guru di sekolah2 pre school adalah perempuan
- Usia TK --> sama tenaga pendidik perempuan smua
- Usia SD --> sama tenaga pendidik mayoritas ibu2

Padahal 0-7thn adalah golden age pembentukan karakter , harus imbang stimulan ibu dan ayah

Bayangkan saat cerita ttg sosok Umar ibn Khatab yg bercerita adalah ibu guru tdk bs heroik, harus nya sosok umar itu gagah perkasa. Sosok ibu2 tdk akan bs mewakili.

Maka ketika ada pepataha ttg "al ummu madrasatul ula: seorang ibu adalah sekolah pertama anak2 nya maka tambahkan dan ayah adalah kepala sekolah nya.

Apa fungsi seorang kepala sekolah :

1. Membuat tenaga pendidik nya nyaman. Nyaman kan istri mu , bahagiakan istri mu itu adalah hal terbaik yg bs km berikan kepada anak2 mu. Saat istri kita bahagia maka anak kt akan di besarkan dgn bunga2 yang indah, namun sebalik nya saat istri kt tdk bahagia tdk terjamin hidup nya , kesejahteraan nya dia akan membuang emosi sampah kepada anak2 kita.

2. Menentukan visi dan misi anak didik nya. Mau di jadikan apa anak anak didik nya. Ayah lah yang menentukan lantas mensosialisasi kan nya kepada istri sbg tenaga pendidik

3. Evaluasi, ini lagi2 bukan tugas istri namun tugas kepala sekolah. Panggil tenaga pendidik "umi, kok abi liat anak kita udh umur 10th belum bisa baca al fateha coba gimana sekolah nya , umi ajarkan tdk? Dll

4. Membuat aturan, jangan kebalik ibu2 yang bikin aturan ini itu macem2, saat ayah pulang ayah lah yg melemahkan aturan2 yg ada. Aturan harus nya di buat oleh sang kepala sekolah dan di sosialisasikan pd tenaga pendidik sbg org di lapangan. Misal : kalo abi dengar nanti umi lapor km nonton TV lebih dr 3jam , fasilitas TV abis cabut. Dimana2 yang nama nya kepala sekolah memang tdk selalu hadir tapi peran nya sangat krusial.

Jadi para ayah meski anda harus selalu keluar rumah utk mencari nafkah pastikan saat pulang ke rumah jiwa raga anda untuk anak2 anda. Karena apa? Dalam Al Quran ada 17 dialog ttg anak, 14 diantara nya ttg ayah- anak , Luqman dan anak nya, Ibrahim- Ismail, Ibrahim - Ishak, Syuaib dan anak nya, dsb . Hanya 2 dialog dalam Al Quran yang berisi dialog ibu dan anak, suadara Musa dan Maryam-Isa.

Karena dalam Islam seorang anak akan ikut nasab ayah nya, nasab adalah berarti pertanggung jawaban akan di minta dr seorang ayah berhasil dan gagal ayah yg akan di mintai pertanggung jawaban sesuai nasab nya...

[+/-] Selengkapnya...

Orang tua digital

Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Suatu malam di stasiun kereta api Tugu, Yogyakarta. Seorang ibu sedang menebar senyumnya, entah dengan siapa. Tapi bukan kepada orang di sekelilingnya, bukan pula kepada anaknya yang masih balita di sampingnya. Tampak sangat asyik. Diselai lorong sempit, suaminya duduk hamper berhadapan, tepatnya sejajar dengan anak lelaki mereka, juga tengah asyik dengan gadget ukuran cukup lebar di tangannya. Mungkinkah suami-istri sedang itu asyik bercanda melalui gadget? Sepertinya tidak. Ekspresi mereka menunjukkan keasyikan yang berbeda.

Anak lelakinya sesekali merajuk meminta perhatian, tetapi segera ditepis oleh ibunya, bahkan kadang agak ketus. Anak itu masih berusaha merebut perhatian ibunya, tapi tetap gagal. Lalu ia mencoba lagi meraih perhatian ayahnya. Tetap sama: gagal. Beberapa saat kemudian ibunya tiba-tiba dengan wajah penuh semangat berbicara kepada anaknya, meminta berdiri, lalu berpose sejenak untuk diambil gambarnya melalui gadget. Belum puas, sekali lagi anaknya diminta bergaya. Senyum lebar merekah dari keduanya. Tetapi sesudahnya, ibu itu kembali tenggelam dengan gadegtnya, membiarkan anak lapar perhatian.

Tak kehilangan akal, anak ini lalu menendang trolley bag miliknya. Jatuh. Ibunya segera merenggut tangannya dan memelototinya dengan marah. Anak laki-laki itu segera menangis, menunjukkan pemberontakannya. Gagal mendiamkan anaknya, meski upayanya belum seberapa, ibu itu segera meminta suaminya turun tangan. Tak kalah galak, ayah anak lelaki yang “malang” itu segera menampakkan kemarahan dan memaksanya diam. Tapi anak tetap menangis. Berontak. Anak itu baru diam sesudah jurus ancaman meninggalkan anak itu sendirian di stasiun, dilancarkan ayahnya.

Pemandangan menyedihkan. Inilah orangtua digital yang luar biasa sibuk, bukan karena banyaknya urusan, tetapi karena banyaknya percakapan di sosial media yang mereka ikuti. Orangtua memperoleh keasyikan dengan gadegtnya, tetapi anaknya menderita kelaparan perhatian.

Diam-diam saya bertanya, seperti apakah saya? Jangan-jangan saya pun telah menjadi orangtua digital yang menganggap semua persoalan dapat diselesaikan dengan up-date status twitter maupun facebook. Mesra di media sosial, tapi kering dalam berbincang tatap muka. Penuh jempol di laman facebook, tetapi yang bergerak hanya jari tengah dan telunjuk. Bukan jempolnya sendiri.

Pada anak-anak balita, mereka tak dapat mengimbangi dengan aktivitas internet. Tetapi mereka pun mulai belajar menikmati dunianya sendiri dengan gadget, game dan tontonan sembari pelahan-lahan belajar menganggap kehadiran orangtua sebagai gangguan. Di saat seperti itu, masihkah kita berharap tutur kata kita akan mereka dengar sepenuh hati?

Astaghfirullahal ‘adzim. Kepada Allah Ta’ala saya memohon atas lalai, lengah dan teledor saya terhadap anak-anak dan keluarga.

Tapi bukankah kita tidak dapat mengelak dari kehidupan digital? Emm… Mungkin ya, mungkin tidak. Berkenaan dengan ini, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:

Pseudo-Attachment: Seakan Dekat, tapi Tak Akrab 

Jika anak aktif di social media, orangtua memang sebaiknya berteman ataupun saling menjadi follower. Tetapi ini saja tidak cukup. Orangtua tetap perlu memperhatikan tingkat konsumsi anak terhadap social-media. Merespon status anak di social media juga sangat bagus, tetapi jika tidak mengimbangi dengan aktivitas nir-luring (off line) yang baik, kita dapat terjebak dalam pseudo-attachment (kedekatan semu), seakan saling dekat, padahal masing-masing sibuk dengan dunianya sendiri; sibuk narsis. Orangtua merasa dekat dengan anak, padahal mereka sebenarnya belum benar-benar saling mengenal.

Privasi atau Alienasi: Tetap Harus Ada Kontrol Orangtua 

Salah satu kata sakti di era digital ini adalah privasi. Terlebih sejumlah gadget memang menyediakan fitur yang memberikan privasi penuh. Tetapi satu hal yang harus kita ingat, memberi pupuk (padahal ini sangat bermanfaat) sebelum waktunya justru menjadikan tanaman mati. Bukan sekedar tidak berkembang. Begitu pun privasi, tanpa kendali yang baik dari orangtua di satu sisi, dan kepedulian serta empati yang kuat pada diri anak, member privasi penuh justru menjadi pintu awal alienasi. Anak terasing secara sosial, selfish dan egois. Jika ini terjadi, kecakapan sosial anak akan tumpul.

Apakah ini berarti kita tidak memberikan privasi? Kita tetap memberikannya sesuai tuntunan agama dengan takaran yang tepat. Kita memberikannya untuk hal-hal tertentu, misal berkenaan dengan penjagaan aurat, tetapi tidak membiarkan anak tenggelam dengan dunianya sendiri atas nama privasi. Soal gadget yang berkemampuan untuk melakukan aktivitas online misalnya, kita perlu mengingat bahwa anak perlu bekal memadai berkait etika berinternet dan memahami betul apa yang perlu dilakukan untuk memperoleh manfaat dari gadget. Bukan sekedar memperturutkan keasyikan.

Privasi juga hanya akan baik apabila sudah tepat waktunya untuk memberikan. Ibarat api. Jika anak belum dapat cukup matang, jangan biarkan anak bermain-main api sendirian.

Nah.

Mesin Pembunuh Itu Bernama Game Online

Jangan kaget. Saya harus menyebut dengan ungkapan menyeramkan karena memang sangat banyak kasus yang saya temukan. Gegara game online, anak yang tinggal setengah juz saja sudah hafal Al-Qur’an penuh 30 juz, akhirnya terdampak menjadi pecandu game online. Sanggup bermain terus-menerus hingga lebih dari 2 hari 2 malam tanpa istirahat. Mereka berhenti bermain hanya karena badannya sudah tidak kuat lagi menyanggah keinginannya. Berhenti karena tertidur. Ini berarti, anak yang telah kecanduan game online kelas berat hampir tak melakukan aktivitas lain di luar bermain game. Ini sangat mengerikan.

Ada pula yang sampai melakukan penipuan demi membeli level bermain game online yang lebih tinggi. Ini semua tentu tidak tiba-tiba. Ada tahapnya. Nah, yang perlu kita jaga adalah, anak yang belum kenal game online jangan sampai diantarkan ke pintu-pintunya semata karena temannya banyak yang bermain game online. Tiap orangtua punya arah (termasuk yang tidak tahu harus kemana). Kita harus mengendalikan arah pendidikan anak kita.

 
Time to Go Online: Kapan Kita Beri Kesempatan Anak Berselancar 

Boleh saja anak melakukan aktivitas online, tetapi kita perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, apakah budaya belajarnya telah tertanam kuat. Budaya belajar, bukan sekedar kebiasaan belajar. Jika budaya belajar belum mereka miliki, maka kegiatan online akan mematikan hingga ke akar-akarnya. Kedua, apakah anak telah memahami betul etika dunia maya serta manfaat apa yang akan mereka dapatkan. Jika mereka memiliki arah yang jelas, internet dapat menjadi fasilitas yang sangat bermanfaat. Tetapi jika tidak, mereka akan terkalahkan oleh internet dan tenggelam di dalamnya, termasuk tenggelam dalam aktivitas pacaran online. Ketiga, apakah anak memiliki kecakapan sosial yang memadai dan memiliki ikatan sosial yang baik dengan teman-teman maupun keluarga. Jika ini tidak ada, kita perlu persiapkan anak agar memiliki lingkungan hubungan sosial yang baik terlebih dahulu agar kelak tidak teralienasi dari kehidupan sosial atau bahkan kehidupan nyata pada tingkat minimal.

Usia berapa sebaiknya anak boleh melakukan kegiatan online? Jika benar-benar sampai pada tingkat kebutuhan, anak dapat memiliki alamat email dan kegiatan internet untuk mencari pengetahuan di usia sekitar 10 tahun. Syaratnya, tiga hal tadi telah ada. 

Wallahu a’lam bish-shawab.

[+/-] Selengkapnya...

Cerita Hebat Huruf T

Tatkala Temperatur Terik Terbakar Terus, Tukang Tempe Tetap Tabah, "Tempe... Tempe...," Teriaknya.

Ternyata Teriakan Tukang Tempe Tadi Terdengar Tukang Tahu.
Terpaksa Teriakannya Tambah Tinggi, "Tahu... Tahu... Tahu...!"

"Tempenya Terbaik, Tempenya Terenak, Tempenya Terkenal," Timpal Tukang Tempe.

Tukang Tahu Tidak Terima, "Tempenya Tengik, Tempenya Tawar, Tempenya Terjelek!"

Tukang Tempe Tertegun, Terhenyak, "Teplak!!!" Tamparannya Tepat Terkena Tukang Tahu. Tapi Tukang Tahu Tidak Terkalahkan. Tendangannya Tepat Terkena Tulang Tungkai Tukang Tempe.

Tukang Tempe Terjengkang Tumbang! Tapi Terus Tegak, Tatapannya Terhunus Tajam Terhadap Tukang Tahu. Tetapi Tukang Tahu Tidak Terpengaruh Tatapan Tajam Tukang Tempe Tersebut.

"Tidak Takut!" Tantang Tukang Tahu.

Tidak Ternyana Tangan Tukang Tempe Terkepal, Tinjunya Terarah, Terus Tonjokannya Tepat Terkena Tukang Tahu. Tak Terelakkan!
Tujuh Tempat Terkena Tinjunya. Tonjokan Terakhir Tepat Terkena Telak. Tukang Tahu Terjerembab.

"Tolong... Tolong... Tolong..." Teriaknya Terdengar Tinggi. Tanpa Tunda Tempo, Tukang Tempe Teruskan Teriakannya, "Tempe... Tempe... Tempe...!"

Tapi Terus Terdengar Tembakan. Tukang Tempe pun Tertembak Tentara Teroris, "Tetetetetetetetetetetetetetet..." Tukang Tempe Terkapar Tertembak. Tukang Tahu pun Tertawa Terbahak-bahak.

Teletai Telitanya. Tapek Tau...

[+/-] Selengkapnya...

Jangan Menunggu

1. Jangan menunggu bahagia baru  tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.

2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya.

3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.

4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain! Maka kamu akan dipedulikan ….

5. Jangan menunggu orang memahami kamu. baru kamu memahami dia, tâÞi pahamilah orangitu, maka orang itu   dengan kamu.

6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis.tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.

7. Jangan menunggu projek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka projek akan menunggumu.

8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai.

9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah bukan sekadar uang yang datang tapi juga rezeki yang lainnya.

10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.

11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.

12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Maka kamu pasti bisa!

13. Jangan menunggu waktu luang tuk ber-Ibadah. Tapi luangkan waktu tuk ber-Ibadah.

[+/-] Selengkapnya...

Nasehat Ust Abu Bakar Ba'asyir

Nasehat Ustadz Abu Bakar Ba’asyir: Sebab Musibah yang Menimpa Umat Islam Khususnya di Indonesia

Semua musibah yang menimpa umat Islam akhir-akhir ini, termasuk umat Islam di Indonesia diantara bentuknya, orang Kafir tidak lagi takut kepada umat Islam meskipun mayoritas. Diantaranya pembantaian umat Islam dan gangguan dalam beribadah dari kalangan Yahudi, Nashrani dan Thoghut Indonesia. Musibah ini akibat kesalahan umat Islam sendiri karena melanggar syariat dan hukum Allah. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala:

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali ‘Imron 3 : 165)

Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:

Setelah Allah Subhanallahu wa Ta’ala menolong jihadnya para ulama/umat Islam/para santri pondok pesantren, sehingga berhasil mengusir penjajah Kafir (Belanda dan Inggris) dan penjajah musyrik (Jepang), umat Islam tidak menegakkan Daulah Islamiyyah di Indonesia, tapi justru menerima kemauan Soekarno yang berfaham Sosialis agar mendirikan negara Kafir yang berdasarkan Pancasila /Demokrasi/ Nasionalis.
Padahal menurut Hukum Allah Subhanallahu wa Ta’ala, umat Islam wajib mengamalkan Islam dalam negara Islam, tidak boleh di negara Kafir yang dipimpin oleh Thoghut.

Negara Islam mengamalkan syariat/hukum Allah secara murni dan Kaffah (keseluruhan/100%), sehingga tauhid umat Islam tetap lurus dan bertambah kuat dan akhlak mereka menjadi mulia, karena di dalam negara Islam Allah menyelamatkan tauhid dan iman umat Islam.

Sedangkan di negara Kafir yang dipimpin oleh Thoghut menggiring rakyatnya terutama umat Islam, agar meninggalkan tauhid, mengamalkan syirik, membolehkan perbuatan maksiat dan mungkar, dan hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam gaya bahasa; Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan (syirik / maksiat / mungkar) dan memasukkan mereka ke dalam kehidupan yang bercahaya (Tauhid / Iman / Amal Ma’ruf).

Sedangkan Thoghut mengeluarkan mereka dari kehidupan yang bercahaya dan menjerumuskan mereka ke dalam kehidupan yang gelap. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 257)

Ini artinya, semua Thoghut dan negara Kafir peranannya adalah memurtadkan umat Islam meskipun tidak dalam bentuk pindah agama, tetapi dalam bentuk mendoktrin umat Islam dengan ajaran syirik (Demokrasi, Nasionalis, Sosialis, Pancasila dan lain-lain).

Dan kalau mereka mempunyai kemampuan, umat Islam diperangi agar mau murtad. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallohu wa Ta’ala dalam firmanNya,

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا

“Mereka tidak h
enti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari Agamamu kepada kekafiran kalau mereka sudah ada kemampuan….”. (QS. Al-Baqarah 2 : 217)

Kemudian ditegaskan lagi oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 217)

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi”. (QS. Ali ‘Imran 3 : 149)

2. Kesalahan besar yang lain adalah ialah umat Islam meninggalkan Jihad dalam memperjuangkan Islam hanya dengan jalan dakwah, pendidikan, usaha-usaha sosial, bahkan dengan cara yang bertentangan dengan Islam yaitu masuk ke dalam DPR.

Yang perlu harus kita pahami bahwa memperjuangkan tegaknya Islam disamping dengan dakwah, wajib dengan berjihad. Tanpa jihad, Islam menjadi hina, diinjak-injak orang Kafir dan dipermainkan oleh Thoghut meskipun mereka mayoritas.

Ini terbukti keadaan umat Islam di Indonesia yang sangat hina dan diremehkan oleh Thoghut dan ada yang terang-terangan dibantai oleh Kafir Nashrani, padahal mereka sudah berjuang menegakkan Islam selama ± 60 tahun.

Sedangkan umat Islam yang ada di Iraq dan Suriah berjuang mendirikan Khilafah Islamiyyah baru 1 tahun sudah berhasil menegakkan Daulah/Khilafah Islamiyyah dan wilayah yang dikuasainya lebih luas dari negara Inggris. Mereka sudah sanggup mengamalkan syari’at Islam secara murni dan kaffah (100%) bukan hanya slogan-slogan atau teori saja seperti yang didakwahkan oleh Ormas atau Orpol di Indonesia.

Keberhasilan dan pertolongan Allah Subhanallahu wa Ta’ala ini mereka dapatkan karena mereka semangat berjihad disamping berdakwah. Sehingga mereka ditakuti oleh semua negara Kafir di dunia. Ini adalah bukti yang jelas tidak mungkin dibantah, bahwa memperjuangkan tegaknya Islam tanpa jihad pasti gagal.

Karena besarnya peranan jihad, maka Allah Subhanallahu wa Ta’ala:

A. Mewajibkan berjihad, ini ditegaskan dalam firmanNya,

“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 216)

B. Allah memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar mengobarkan semangat perang kaum Mukminin. Ini ditegaskan dalam firmanNya,

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”. (QS. Al-Anfal 8 : 65)

C. Umat Islam yang tidak mau berjihad disingkirkan oleh Allah dan diganti dengan yang mau berjihad. Ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyik
sa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Taubah 9 : 38-39)

Maka, apabila umat Islam Indonesia baik yang saat ini berada di Orpol atau Ormas Islam atau jama’ah-jama’ah lainnya tidak mau berjihad, mereka akan dihinakan oleh Allah dan disingkirkan, serta diganti dengan yang siap berjihad, karena Allah menghendaki agar Islam tegak di Indonesia.

Maka dengan izin Allah, mari kita melangkah berjihad dalam perjuangan kita menegakkan Islam khususnya di Indonesia ini. Dan hendaklah kita meyakini bahwa Muslim yang berjihad dengan niat ikhlas akan mendapat kemenangan, mungkin menang di dunia, yakni berhasil menegakkan Daulah/Khilafah sehingga hidupnya tentram dan nyaman, atau mungkin menang di akhirat karena mati syahid. Ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Katakanlah: “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. sebab itu tunggulah, sesungguhnya Kami menunggu-nunggu bersamamu”. (QS. At-Taubah 9 : 52)

Yang dimaksud dua kebaikan dalam ayat tersebut adalah menang di dunia atau menang diakherat. Masihkah Anda semua ragu-ragu untuk berjihad??

Sijn Thoghut Pasir Putih
21 Syawwal 1436 H
al-Faqir Ilallah
Abu Bakar Ba’asyir

[+/-] Selengkapnya...

Nasehat Ust Abu

Nasehat Ustadz Abu Bakar Ba’asyir: Sebab Musibah yang Menimpa Umat Islam Khususnya di Indonesia

Semua musibah yang menimpa umat Islam akhir-akhir ini, termasuk umat Islam di Indonesia diantara bentuknya, orang Kafir tidak lagi takut kepada umat Islam meskipun mayoritas. Diantaranya pembantaian umat Islam dan gangguan dalam beribadah dari kalangan Yahudi, Nashrani dan Thoghut Indonesia. Musibah ini akibat kesalahan umat Islam sendiri karena melanggar syariat dan hukum Allah. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala:

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: “Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri”. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali ‘Imron 3 : 165)

Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:

Setelah Allah Subhanallahu wa Ta’ala menolong jihadnya para ulama/umat Islam/para santri pondok pesantren, sehingga berhasil mengusir penjajah Kafir (Belanda dan Inggris) dan penjajah musyrik (Jepang), umat Islam tidak menegakkan Daulah Islamiyyah di Indonesia, tapi justru menerima kemauan Soekarno yang berfaham Sosialis agar mendirikan negara Kafir yang berdasarkan Pancasila /Demokrasi/ Nasionalis.
Padahal menurut Hukum Allah Subhanallahu wa Ta’ala, umat Islam wajib mengamalkan Islam dalam negara Islam, tidak boleh di negara Kafir yang dipimpin oleh Thoghut.

Negara Islam mengamalkan syariat/hukum Allah secara murni dan Kaffah (keseluruhan/100%), sehingga tauhid umat Islam tetap lurus dan bertambah kuat dan akhlak mereka menjadi mulia, karena di dalam negara Islam Allah menyelamatkan tauhid dan iman umat Islam.

Sedangkan di negara Kafir yang dipimpin oleh Thoghut menggiring rakyatnya terutama umat Islam, agar meninggalkan tauhid, mengamalkan syirik, membolehkan perbuatan maksiat dan mungkar, dan hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam gaya bahasa; Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan (syirik / maksiat / mungkar) dan memasukkan mereka ke dalam kehidupan yang bercahaya (Tauhid / Iman / Amal Ma’ruf).

Sedangkan Thoghut mengeluarkan mereka dari kehidupan yang bercahaya dan menjerumuskan mereka ke dalam kehidupan yang gelap. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 257)

Ini artinya, semua Thoghut dan negara Kafir peranannya adalah memurtadkan umat Islam meskipun tidak dalam bentuk pindah agama, tetapi dalam bentuk mendoktrin umat Islam dengan ajaran syirik (Demokrasi, Nasionalis, Sosialis, Pancasila dan lain-lain).

Dan kalau mereka mempunyai kemampuan, umat Islam diperangi agar mau murtad. Hal ini ditegaskan oleh Allah Subhanallohu wa Ta’ala dalam firmanNya,

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا

“Mereka tidak h
enti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari Agamamu kepada kekafiran kalau mereka sudah ada kemampuan….”. (QS. Al-Baqarah 2 : 217)

Kemudian ditegaskan lagi oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: “Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu Dia mati dalam kekafiran, Maka mereka Itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka Itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 217)

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi”. (QS. Ali ‘Imran 3 : 149)

2. Kesalahan besar yang lain adalah ialah umat Islam meninggalkan Jihad dalam memperjuangkan Islam hanya dengan jalan dakwah, pendidikan, usaha-usaha sosial, bahkan dengan cara yang bertentangan dengan Islam yaitu masuk ke dalam DPR.

Yang perlu harus kita pahami bahwa memperjuangkan tegaknya Islam disamping dengan dakwah, wajib dengan berjihad. Tanpa jihad, Islam menjadi hina, diinjak-injak orang Kafir dan dipermainkan oleh Thoghut meskipun mereka mayoritas.

Ini terbukti keadaan umat Islam di Indonesia yang sangat hina dan diremehkan oleh Thoghut dan ada yang terang-terangan dibantai oleh Kafir Nashrani, padahal mereka sudah berjuang menegakkan Islam selama ± 60 tahun.

Sedangkan umat Islam yang ada di Iraq dan Suriah berjuang mendirikan Khilafah Islamiyyah baru 1 tahun sudah berhasil menegakkan Daulah/Khilafah Islamiyyah dan wilayah yang dikuasainya lebih luas dari negara Inggris. Mereka sudah sanggup mengamalkan syari’at Islam secara murni dan kaffah (100%) bukan hanya slogan-slogan atau teori saja seperti yang didakwahkan oleh Ormas atau Orpol di Indonesia.

Keberhasilan dan pertolongan Allah Subhanallahu wa Ta’ala ini mereka dapatkan karena mereka semangat berjihad disamping berdakwah. Sehingga mereka ditakuti oleh semua negara Kafir di dunia. Ini adalah bukti yang jelas tidak mungkin dibantah, bahwa memperjuangkan tegaknya Islam tanpa jihad pasti gagal.

Karena besarnya peranan jihad, maka Allah Subhanallahu wa Ta’ala:

A. Mewajibkan berjihad, ini ditegaskan dalam firmanNya,

“Diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 216)

B. Allah memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam agar mengobarkan semangat perang kaum Mukminin. Ini ditegaskan dalam firmanNya,

“Hai Nabi, Kobarkanlah semangat Para mukmin untuk berperang. jika ada dua puluh orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti”. (QS. Al-Anfal 8 : 65)

C. Umat Islam yang tidak mau berjihad disingkirkan oleh Allah dan diganti dengan yang mau berjihad. Ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Hai orang-orang yang beriman, Apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyik
sa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. At-Taubah 9 : 38-39)

Maka, apabila umat Islam Indonesia baik yang saat ini berada di Orpol atau Ormas Islam atau jama’ah-jama’ah lainnya tidak mau berjihad, mereka akan dihinakan oleh Allah dan disingkirkan, serta diganti dengan yang siap berjihad, karena Allah menghendaki agar Islam tegak di Indonesia.

Maka dengan izin Allah, mari kita melangkah berjihad dalam perjuangan kita menegakkan Islam khususnya di Indonesia ini. Dan hendaklah kita meyakini bahwa Muslim yang berjihad dengan niat ikhlas akan mendapat kemenangan, mungkin menang di dunia, yakni berhasil menegakkan Daulah/Khilafah sehingga hidupnya tentram dan nyaman, atau mungkin menang di akhirat karena mati syahid. Ini ditegaskan oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala dalam firmanNya,

“Katakanlah: “Tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi Kami, kecuali salah satu dari dua kebaikan. dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. sebab itu tunggulah, sesungguhnya Kami menunggu-nunggu bersamamu”. (QS. At-Taubah 9 : 52)

Yang dimaksud dua kebaikan dalam ayat tersebut adalah menang di dunia atau menang diakherat. Masihkah Anda semua ragu-ragu untuk berjihad??

Sijn Thoghut Pasir Putih
21 Syawwal 1436 H
al-Faqir Ilallah
Abu Bakar Ba’asyir

[+/-] Selengkapnya...

Filosofi Lagu Cublak-cublak Suweng

1. Cublak-cublak suweng.. Cublak = tempat, suweng adalah anting perhiasan (harta) wanita Jawa.. Cublak-cublak suweng, artinya ada tempat harta berharga, yaitu suweng (suwung, sepi, sejati) atau harta sejati..

2. Suwenge teng gelenter, Suwenge Teng Gelenter = suweng berserakan.. Harta sejati kebahagiaan sejati) sebenarnya sudah ada berserakan di sekitar manusia..

3. Mambu ketundhung gudel, Mambu (baunya) Ketundhung (dituju) Gudel (anak kerbau).. Maknanya, banyak orang berusaha mencari harta sejati itu.. Bahkan orang-orang bodoh (diibaratkan gudel) mencari harta itu dengan penuh nafsu ego, korupsi dan keserakahan, tujuannya untuk menemukan kebahagiaan sejati..

4. Pak empo lera-lere, Pak empo (bapak ompong), Lera-lere (menengok kanan kiri) .. Orang-orang bodoh itu mirip orang tua ompong yang kebingungan.. Meski hartanya berlimpah, ternyata itu harta palsu, bukan harta sejati (kebahagiaan sejati).. Mereka kebingungan karena dikuasai oleh hawa nafsu keserakahannya sendiri..

5. Sopo ngguyu ndhelikake, Sopo ngguyu (siapa tertawa), Ndhelikake (dia yang menyembunyikan).. Ini menggambarkan bahwa barangsiapa bijaksana, dialah yg menemukan tempat harta sejati (tempat kebahagian sejati), dia adalah orang yang tersenyum, “sumeleh” dalam menjalani setiap keadaan hidup, sekalipun berada di tengah-tengah kehidupan orang- orang yang serakah..

6. Sir-sir pong dele kopong, Sir (hati nurani), Pong Dele Kopong (kedelai kosong tanpa isi).. Artinya di dalam hati nurani yang kosong.. Maknanya bahwa untuk sampai kepada tempat harta sejati (cublak suweng) atau kebahagiaan sejati, orang harus melepaskan diri dari kecintaan pada harta benda duniawi, mengosongkan diri, rendah hati, tidak merendahkan sesama, serta senantiasa memakai rasa dan mengasah tajam sir-nya/hati nuraninya..

Kesimpulan dari lagu ini kurang lebih sebagai berikut : Dalam mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu. Jangan ngawur. Segalanya ditabrak tanpa dipikir dulu. Kuncinya kembali ke hati nurani yg bersih. Jauh dari keserakahan hawa nafsu. Dengan hati nurani bersih akan lebih mudah menemukan kebahagiaan. Tidak tersesat jalan hingga lupa akan etika, dosa dan akhirat.

[+/-] Selengkapnya...

Tukang Ojek Berpendapatan 10jt Perbulan

Sejumlah media menulis kisah yang menggugah. Jika tekun menarik order, seorang tukang ojek di Gojek bisa mendapatkan income hingga Rp 10 juta per bulan.

Sebuan pencapaian yang sangat mengesankan. Terutama untuk profesi yang selama ini dianggap kelas pinggiran.

Kisah tentang Gojek adalah narasi tentang social innovation, keajaiban teknologi aplikasi, dan kejeniusan ilmu supply chain management.

Mari kita bedah satu demi satu dengan renyah.

Sejatinya GOJEK adalah perusahaan penyedia jasa transportasi yang berbasis pada kekuatan magis teknologi aplikasi. The power of Apps.

Salah satu sumber inefisiensi layanan tukang ojek adalah masa ngetem yang terlalu lama. Idle time kalau dalam bahasa supply chain management. Waktu kosong yang hilang sia-sia.

Gojek dengan kekuatan aplikasinya yang real time mampu memotong masa tunggu itu (ngetem untuk dapat order) dengan dramatis. Ribuan calon pelanggan yang telah mendownload aplikasi Gojek yang user friendly – dibuat untuk mudah melakukan pemesanan order pengiriman (entah jasa antar orang, dokumen atau barang).

Lantas ribuan order yang terkumpul itu, di-distribusikan oleh Gojek ke ribuan armadanya, yang berada pada titik paling dekat dengan yang memberi order, secara real time, seketika. Proses ini berlangsung secara kontinyu, real time.

Dengan proses seperti itulah, maka level produktivitas pengojek naik secara sangat signifikan. Dengan kekuatan ajaib aplikasi yang bersifat real time, masa tunggu pengojek bisa ditekan hingga nyaris titik nol.

Apa yang terjadi saat produktivitas naik secara dramatis. Otomatis, income juga bisa melesat ke level yang tak terbayangkan.

Just In Time Inventory. Ini adalah prinsip legendaris perusahan-perusahaan hebat Jepang seperti Toyota. Saat masa tunggu inventory bisa dibuat menjadi zero.

Dan persis prinsip seperti itulah yang diterapkan oleh Gojek dengan kekuatan aplikasinya. Hasilnya adalah keajaiban : "Seorang tukang ojek bisa mendapat income 10 juta per bulan".

Gojek mungkin contoh keindahan inovasi sosial berbasis teknologi, bagaimana kekuatan aplikasi (digital apps) bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan ekonomi kaum kelas pinggiran (tukang ojek).

Ya, niatan untuk mengentaskan kemiskinan memang tidak diperoleh dengan demo, spanduk, rapat di gedung parlemen atau teriak-teriak di jalanan. Kekuatan sebuah aplikasi yang jenius acap jauh lebih powerful dari itu semua. This is the beauty of digital technology.

Namun inovasi sosial yang jenius dari Gojek ini mendapatkan tantangan dari DUA KEKUATAN. Dan keduanya bisa menghancurkan bisnis Gojek.

Yang pertama adalah resistensi dari para TUKANG OJEK PANGKALAN. Ini adalah potret muram dari proses inovasi teknologi, bagaimana kekuatan otak (kemudahan teknologi digital ) harus berhadapan dengan kekuatan otot yang enggan menerima proses perubahan zaman.

Dan kita tahu, pertempuran melawan kekuatan otot acap jauh lebih melelahkan dibanding harus bertarung melawan kekuatan otak.

Proses inovasi teknologi memang kadang justru gagal karena masyarakatnya sendiri secara sosiologis tidak siap menerima perubahan. Fenomena yang juga lazim terjadi dalam berbagai kisah perubahan korporat (corporate transformation process).

Status quo dan comfort zone kadang menjadi dua algojo yang acap sukses menjegal potensi kekuatan inovasi.

Kekuatan kedua yang juga bisa merobohkan bisnis Gojek datang dari rival yang tak kalah menggetarkan. Yakni "GRAB BIKE". Perusahaan yang sama dengan Gojek, namun datang dari pengusaha Malaysia. Dan dengan dukungan modal hingga 2.5 triliun.

Dengan dukungan dana nyaris tak terbatas itu, Grab Bike langsung meletuskan amunisi peperangan. Mereka segera meluncurkan “predatory pricing war”. Tarif promosi ojek Grab Bike hanya Rp 5 ribu kemana saja (tarif promosi Gojek 10 ribu, dan kini sudah naik ke 15 ribu).

Grab Bike juga memberikan upah ke pengojeknya 90% dari total order, sementara Gojek hanya 80%. Grab Bike juga memberikan program berangkat umroh kepada pengojeknya yang berprestasi (akhirnya tukang ojek juga bisa naik umroh. Bukan hanya tukang bubur).

Perlawanan keras dari Grab Bike itu segera membuat Gojek agak gentar. Pricing war yang berkepanjangan pada akhirnya bisa membuat keduanya malah bangkrut. Bisnis memang kadang brutal dan tak kenal ampun.

Kita tidak tahu apakah Gojek akan bisa mengatasi perlawanan dari dua dimensi yang berbeda itu dengan sukses (resistensi dari ojek pangkalan dan rivalitas bisnis dengan Grab Bike).

Btw, pendiri Gojek sendiri, NADIEM MAKARIM, bukan anak muda sembarangan. Pria muda Jakarta ini alumnus Harvard Business School (sekolah bisnis terbaik di muka bumi).

Dengan mudah Nadiem sebenarnya bisa melamar kerja di Wall Street dengan gaji puluhan ribu dollar per bulan. Namun ia memilih pulang ke tanah airnya, demi membangun bisnis yang memberdayakan kaum kelas pinggiran. Melalui kekuatan aplikasi digital.

Jajaran manajemen dan pendiri Gojek lainnya juga diisi oleh para alumnus dari sekolah bisnis hebat seperti University of Chicago. Dan rata-rata pernah bekerja di perusahaan kelas dunia.

Dari sisi kualitas, SDM yang menduduki peran kunci di Gojek sebenarnya setara dengan mutu SDM di perusaahaan top seperti Google, Microsoft ataupun IBM. Mereka secara kolektif adalah one of the best management brains di tanah air.

Jika bisnis Gojek berhasil, dampak mereka dalam memberdayakan ekonomi kaum kelas pinggiran bisa sangat mengesankan.

Sekali lagi, itulah kekuatan social innovation yang berbasis pada kekuatan by HBO digital.

Welcome to Digital Innovation.

[+/-] Selengkapnya...

Yuven anak SDN 1 Pagi

Yuven murid paling terkenal di sekolahnya.

1. Miskomunikasi
Guru. : "Yuven!" Di mana letak Jantung?"
Yuven: "Gak tau, Pak."
Guru. : "Bodoh! Keluar!"
*Yuven keluar sebentar lalu masuk lagi*
Yuven: "Pak, di luar juga gak ada Jantung."
Guru. : 😠

2. Tdk ngerjain PR
Guru  : "Kenapa telat?"
Yuven: "Saya dicopet, Bu"
Guru. : "Terus kamu ga apa-apa?"
Yuven: "Ga apa-apa, Bu."
Guru. : "Apa yang hilang?"
Yuven: "Buku PR, Bu."
Guru. : 😩

3. Lupa Pelajaran
Guru. : "Siapa yg ingat pelajaran minggu lalu?"
*hening*
Guru. : "Yuven? Kamu ingat?"
Yuven: "Sudahlah, Bu! Yang lalu, biarlah berlalu."
Guru  : 😟

4. Nyontek
Guru. : "Yuven, jangan nyontek!"
Yuven: "Gak, Pak."
Guru. : "Terus ngapain nengok-nengok ke Lena?"
Yuven: "Ini soal-soalnya kayaknya sama, Pak. Jadi, saya cuma mencocokkan jawaban!"
Guru  : 😡

5. Pulang duluan
Guru. : "Oke, siapa yg bisa jawab pertanyaan saya, boleh pulang duluan."
*Yuven lempar tas lewat jendela*
Guru. : "Siapa yg lempar tas tadi?"
Yuven: "Saya, bu! Horee aku bisa pulang duluan!"
Guru. : 😰

6. Ajaran Ortu
Guru. : Yuven setelah 7 berapa?"
Yuven: "8, 9, 10, Bu."
Guru. : "Bagus! Siapa yang ajarin?"
Yuven: "Bapak, Bu."
Guru. : "Terus, setelah 10 apa?"
Yuven: "Jack, Queen, King, Bu!"
Guru: 😫

7. Dukungan Bapak
Bapak: "Yuven, klo UAN ini kamu gagal lagi, jangan pernah panggil aku Bapak!"
..........*Setelah UAN* .........
Bapak: "Yuven, gimana UAN kamu?"
Yuven: "Maaf, ancur Brow"
Bapak: 👹

[+/-] Selengkapnya...

Mendidik Generasi Ala Shohabah Nabi

Dalam sebuah kelas di sebuah sekolah dasar, seorang guru bertanya kepada murid-muridnya : "Apa cita-cita kalian bila besar nanti?"

Maka, seperti umumnya anak-anak, mereka menjawab ingin menjadi dokter, teknisi, polisi, dan jabatan-jabatan semisalnya, sampai pada seorang murid, ia berkata : "Aku ingin menjadi seperti sahabat nabi, karena ibuku selalu mengatakan bahwa merekalah orang-orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya."

Maa Syaa' Allaah...

Ayah dan ibu, pernahkah hal itu terbetik di benak anak-anak kita? Menjadi seperti sahabat nabi radhiyallahu 'anhum ajma'in. Atau, anak-anak kita lebih mengenal dan mengidolakan tokoh-tokoh non muslim, orang-orang fasik, atau malah tokoh-tokoh fiksi dan tidak mengenal nama-nama para sahabat Nabi mereka?

Naudzbillah min dzalik....

Bila demikian, maka janganlah mengeluh apabila kita melihat banyak anak-anak kaum muslimin yang sangat sulit menerima ajaran Islam, bahkan bangga dengan syiar-syiar kekafiran dan kefasikan, karena mereka telah mengambil panutan yang salah.

Ayah ibu, tidakkah kita merindukan generasi-generasi cemerlang yang membawa kembali kebesaran nama Islam? Kalau begitu, marilah kita buka kembali lembaran sejarah paling gemilang dalam Islam, yaitu sejarah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabat beliau radhiyallahu 'anhum, sebagaimana sabda Rasulullah :

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.” (Hadits shohih diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3651, dan Muslim no. 2533).

Bila kita buka shirah nabawiyah, kita akan temui bahwa sebagian besar sahabat nabi adalah pemuda, bahkan di antara mereka adalah anak-anak.

Ayah ibu, mari kita baca dan kisahkan pada anak-anak kita tentang Ali bin Abi Thalib. Orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak, pada usianya 10 tahun.

Usia yang sangat belia, tetapi Ali telah mampu memilih jalan hidupnya sendiri, membedakan yang hak dari yang bathil, melawan tradisi kaum dan keluarganya, tanpa merasa minder karena usianya yang sangat muda. Bandingkan dengan sebagian besar anak-anak zaman ini yang hanya berfikir untuk bermain, sibuk dengan game, play station, atau tontonan hiburan semata.

Betapa cerdasnya Ali kecil, yang telah memilih peribadahan kepada Allah semata dan mengambil Rasulullah sebagai teladannya, sementara lingkungannya adalah penyembah berhala dan penghalang dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Itulah Ali, yang selanjutnya menjadi pemuda gemilang dalam Islam dan dikabarkan oleh Rasulullah sebagai orang  yang mencintai Allah dan RasulNya dan dicintai oleh Allah dan RasulNya..

Atau mari kita kisahkan tentang kepahlawanan Usamah bin Zaid, pemuda kecintaaan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang telah dipercaya memimpin pasukan kaum muslimin memerangi pasukan Romawi, saat usianya masih 18 tahun! Sungguh prestasi yang luar biasa.

Dan Usamah pun mampu membuktikan kepercayaan Rasulullah kepadanya dengan membawa kemenangan bagi kaum muslimin, tanpa ada satu korban pun dari kaum muslimin!

Atau tuturkan kepada anak-anak kita tentang Ibnu Abbas, yang dijuluki tintanya umat ini. Tahukah Anda, berapa usianya ketika menjadi sahabat nabi? Kurang dari 13 tahun! Dalam usia yang sangat belia itulah, Ibnu Abbas banyak mengambil hadist dan pelajaran dari Nabi, sehingga setelah Nabi wafat, ia meriwayatkan sebanyak 1660 hadist dan menjadi periwayat hadist terbanyak kelima di antara sahabat nabi.

Subhanallah! Remaja kecil dengan hati yang sadar, pikiran yang jernih, hafalan yang luar biasa, hujjah yang kuat, dan intuisi yang tajam, ditambah dengan doa Rasulullah untuknya:

«اللهم فقّهه في الدين، وعلّمه التأويل».

"Ya Allah pahamkanlah ia akan ilmu agama, dan ajarilah ia tafsir.."

Ayah ibu, kisahkan pula tentang  keberanian para shahabat belia yang ingin menjadi syuhada..Ya, menjadi syuhada. Kata-kata yang mungkin tidak dikenal oleh sebagian besar remaja saat ini, apalagi untuk diimpikan.

Tapi  itulah mereka.. Muadz bin Amr bin Al Jumuuh dan Muadz bin Afra'. Dua remaja yang mengikuti perang Badr untuk membunuh Abu Jahal, sampai akhirnya keduanya berhasil membunuh Abu Jahal, fir'aun masa itu.

Atau tentang Umair, saudara Sa'ad bin Abi Waqash. Berkata Sa'ad bin Abi Waqash radhiyallahu 'anhu; aku melihat saudaraku Umair bersembunyi di tengah pasukan (sebelum perang Badr), maka aku bertanya: "Ada apa denganmu?"

Ia menjawab: "Aku takut Rasulullah melihatku dan menolak aku ikut berperang, sedangkan aku ingin berperang, agar Allah menjadikan aku syuhada'.  Ketika Umair dihadapkan pada Rasulullah, beliau menolaknya karena usianya yang masih kecil, maka Umair pun menangis...

Atau bukalah kisah Zaid Bin Tsabit, yang ketika mendatangi bertemu Nabi usianya baru mencapai 11 tahun. Ketika itu, ia telah menghafal 17 surat dalam Al-Qur'an.

Zaid adalah sekretaris bagi Rasulullah, Rasulullah meminta Zaid untuk belajar bahasa Yahudi untuk menuliskan surat-surat beliau kepada kaum Yahudi.

Dalam usia yang sangat muda tersebut Zaid mampu menguasai bahasa Yahudi hanya dalam waktu 15 hari!  Setelah itu, Zaid radhiyallahu 'anhu selalu menuliskan surat dakwah untuk kaum yahudi sekaligus menerjemahkan balasan surat dari kaum yahudi tersebut untuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Zaid juga memiliki kemampuan menghafal dan menulis yang handal, sehingga ialah salah seorang sahabat yang berperan besar dalam pembukuan Al-Qur'an.

Ayah Ibu, tidakkah terketuk hati kita untuk menjadikan anak-anak kita seperti mereka? Generasi dengan akal yang jernih dan iman yang menancap kokoh di dada, melahirkan sederet sikap yang mulia, sangat jauh dari sikap hura-hura serta mengekor para pemuja dunia..

Tidakkah terketuk hati kita untuk menjadikan mereka panutan bagi putera-puteri kita, ketimbang tokoh-tokoh khayal dan para pelaku maksiat?

Karenanya, mari kita dekatkan generasi muda kita dengan para sahabat, jangan pernah enggan meluangkan waktu untuk membuka dan membacakan sejarah mereka. Didik anak-anak kita untuk mencontoh mereka, atau setidaknya mengenal dan mencintai mereka! 

(( AD-DIINU AN-NASHIIHAH ))

[+/-] Selengkapnya...

 

© 2007 Arsip Cyber: September 2015 | Design by Rohman abdul manap | Template by : Template Unik