"Senyum Pengertian"

Bagian Kesatu, Salim A. Fillah, 2010

***

“Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah terdapat orang-orang yang bukan nabi, dan bukan pula syuhada,” ujar Rasulullah sebagaimana dibawakan dalam hadits oleh Imam Abu Dawud, “Tapi bahwa para nabi dan syuhada cemburu pada mereka di hari kiamat nanti, tersebab kedudukan yang diberikan oleh Allah pada mereka.”

“Ya Rasulullah,” kata para sahabat ketika itu, “Beritahukanlah kepada kami, siapa mereka?”
“Mereka itu adalah,” jawab beliau, “Segolongan manusia yang saling mencintai karena rahmat Allah. Bukan oleh sebab kekerabatan dan darah. Bukan pula karena didasarkan pemberian harta. Demi Allah, wajah mereka pada hari itu bersinar cemerlang dan mereka berada di atas cahaya. Mereka tiada merasa khawatir ketika manusia lain ketakutan. Dan mereka tidak bersedih ketika manusia lain berduka.”

Sebuah hadits Qudsi yang dibawakan Imam Ahmad dan at-Tirmidzi merekam kalimat Allah ‘Azza wa Jalla tentang karunia kepada para pencinta ini. “Orang-orang yang saling mencintai demi keagungan-Ku,” demikian Allah berfirman, “Akan diberikan padanya mimbar dari cahaya yang dicemburui oleh para Nabi dan syuhada.”

Alangkah agungnya mereka yang mendapat karunia itu. Alangkah beruntungnya mereka yang beroleh kemuliaan itu. Hari-hari ini dalam tertatihnya kita meniti ukhuwah yang terasa gersang, dalam menyambungi shilaturrohim yang terasa kering, dan dalam menjalin hubungan yang terasa pahit, kita telah merasa sejuk sekedar mendengar frasa ‘saling mencintai karena Allah’. Hari ini, harapan kita kembali dibangkitkan, asa kembali ditumbuhkan; bahkan meski bukan Nabi dan bukan syuhada, kita berpeluang memperoleh anugerah yang membuat mereka cemburu.

Mimbar-mimbar cahaya...

Lalu kita tersadar bahwa untuk menggapainya, dalam dekapan ukhuwah ada niat yang harus diluruskan, ada tekad yang harus dikokohkan, ada komitmen yang harus disimpul ulang, dan ada tanggungan amal-amal yang harus dibayartunaikan. Ada begitu banyak langkah, dan meski tetap terseok, mari selalu bergerak ke hadapan. Setapak demi setapak. Selangkah demi selangkah. Walau duri merantaskan kaki, walau onak mencacah jari.

***

Berlembar lalu, kita telah memulainya dengan prasangka baik. Dalam dekapan ukhuwah, setelah prasangka baik, pilar cinta kita yang berikut adalah saling mengerti dengan kelembutan nurani...

***

0 Comments:

 

© 2007 Arsip Cyber: "Senyum Pengertian" | Design by Rohman abdul manap | Template by : Template Unik