Kasus Mirip IPDN Terjadi di Ponpes Assalaam Solo
http://www.menkokesra.go.id/content/view/4916/39/
KESRA--22 AGUSTUS: Kasus penganiayaan antara senior dengan yunior di IPDN terulang di Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Jateng. Akibatnya, dua santri Takhasus (TKS)-kelas transisi sebelum masuk tingkat SMA-masuk rumah sakit setelah sebelumnya muntah darah.
Dua santri Takhasus itu masing-masing Deri Saputra, 15, asal Baturaja Timur, Kab Ogan Komering Hulu, Sumsel dan I Wayan Mahardika, 15, asal Bali. Saat ini, keduanya dirawat di Bangsal Bougenfile No 5 RS Panti Waluyo Solo. Sebelumnya, kasus itu telah dilaporkan ke Polsek Kartasura.
Menurut Heriyani, orang tua Deri Saputra, begitu dia mendapat kabar penganiayaan itu dari saudaranya, dia langsung pergi menuju Solo menggunakan mobil. Dia pergi bersama suami Supriyatin. Dia dikabari kalau Deri dan temannya Wayan muntah darah setelah dianiaya seniornya di PPMI Assalaam.
“Saya khawatir ada apa-apa karena Deri tidak mau ke rumah sakit,” jelasnya, Rabu (22/8/2007). Dia mengatakan, kasus itu telah dilaporkan ke Polsek Kartasura, Sukoharjo. Tentang kondisi anaknya, menurut dia sudah membaik. Dia berharap tidak terjad apa-apa. dengan putranya tersebut.
Sementara itu, Kapolsek Kartasura AKP Setyo Budi Utomo ketika dikonfirmasi membenarkan laporan itu. Menurut dia, ada tiga santri PPMI Assalaam yang melapor. Masing-masing Deri Saputra, I Wayan Mahardika, dan Arnold Widi.
"Kami sudah menerima laporannya pada Senin malam lalu dan sedang melakukan penyelidikan. Pelaku juga sedang kami periksa," jelas Kapolsek.
Dia juga mengatakan, Selasa lalu sudah dilakukan pertemuan antara korban, wali siswa, dan pihak Assalaam. Pertemuan itu dilakukan dalam upaya penyelesaiaan secara kekeluargaan namun belum berhasil.
Sempat kabur:
Tak kuasa menahan siksaan santri senior, tiga santri kelas Takhasus (TKS) Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalaam, sebuah kelas transisi sebelum masuk tingkat SMA, mengaku sempat kabur karena ketakutan.
Tiga korban yang kabur dari pesantren masing-masing Deri Saputra asal Sumsel, I Wayan Mahardika asal Bali, dan Arnold Widi asal Yogyakarta. Saat ini, dua diantaranya yakni Deri dan Wayan masih dirawat di RS Panti Waluyo.
“Kami bertiga kabur dari asrama pesantren karena takut dan trauma dipukuli,” jelas Deri, Rabu (22/8/2007). Bersama Wayan, keduanya bercerita ketiganya kabur pada hari Sabtu 18 Agustus lalu pukul 16.30 WIB.
Ketiganya dengan berjalan kaki menuju ke arah timur menyusuri Jl Slamet Riyadi. Mereka kemudian berhenti di depan Solo Grand Mall (SGM) untuk naik taksi. Ketiganya menempuh jarak sekitar 5 km dengan jalan kaki dari Assalaam hingga SGM.
Mereka menaiki taksi menuju rumah bibi Deri di Gedongan, Pepe, Colomadu, Karanganyar. Sampai di rumah itu sekitar pukul 22.00 WIB. Berdasarkan pengakuan Deri, dia bersama Wayan dipukul dengan rotan di bagian paha.
Selain itu, dada juga ditonjok dan ditendang. Saat itu, para santri yunior disuruh dalam posisi kuda-kuda selama dipukuli para senior. Santri lain disuruh keluar oleh para senior tersebut.
“Lampu kamar tidur dipadamkan sehingga gelap. Waktu itu ada empat santri yang dipukul oleh sekitar 9 kakak kelas. Kalau kami berdua dipukuli oleh dua kakak kelas,” jelas Wayan.
Dia menjelaskan, proses pemukulan itu dilakukan sekitar 2,5 jam. Dari pukul 23.00 WIB hingga pukul 01.30 WIB. Pemukulan baru berhenti setelah keduanya roboh karena tak kuasa menahan sakit.
Setelah roboh para senior berusaha menolong dengan memijit bagian yang sakit sembari memberi minum. Setelah itu, teman santri lain disuruh masuk kembali ke kamar. Tiap kamar tidur ada 18 santri. Saat diminta masuk, masing-masing santri dipukul oleh para senior tersebut. (cn/broto)
Assalaam di Media: Kasus Penganiayaan (part 6)
Label: Assalaam
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Post a Comment