Comment Ust Nanang: (beliau akan menikah dgn usth Sinta atau sudah ya?)Selain itu tidak sampai dilaporkan ke rumah sakit. Soal tradisi penggojlokan secara fisik, Nanang mengaku selama ini memang sering terjadi. Namun, dia mengaku tidak sekeras seperti yang dialami dua santri Deri dan Wayan. ”Saya sudah wanti-wanti (mengingatkan) pada santri untuk tidak terlalu keras. Mungkin santri lupa sehingga kasus ini bisa terjadi,” jelasnya. Dia menambahkan, sebenarnya santri Deri yang dipukul selama ini dikenal agak nakal.
Sebelum masuk PPMI Assalaam, Deri merupakan santri di sebuah ponpes di Bandung. Dia dikeluarkan dari ponpes tersebut karena kenakalannya dan akhirnya masuk Assalaam. Menurut Nanang, Deri sering membuat masalah dan dia menduga santri kakak kelas merasa jengkel sehingga melakukan pemukulan tersebut
Terulang kembali berita tentang kekerasan di Assalaam yg dimuat di koran-koran. Kayaknya kekerasan oleh santri senior kepada santri yunior tidak pernah benar-benar bisa dihilangkan di Assalaam. Dengan bentuk asrama berpenghuni cukup banyak maka singgungan antar santri menjadi hal yg sering terjadi. Jika para pengasuh kurang sungguh-sungguh membina santri maka kejadian bisa saja terulang kembali.
Konflik yg dipicu dari santri junior yg nakal 'diadili' santri senior di asrama memang sepertinya lumrah jika sistem 'keadilan' di asrama tidak jalan. Inilah bentuk relasi sebuah 'masyarakat kecil' santri-santri Assalaam. Jadi sangat aneh jika para santri yg baik malah diem saja saat 'ketidakadilan' terjadi didepan mata. Jangan heran jika mereka yg melakukan kekerasan tidak jarang dari pengurus atau santri yg selama ini cacatan akhlaknya baik.
Sayangnya media menanggapinya lain. Penegakan disiplin dan aturan masyarakat pondok dianggap pelanggaran HAM. Kebalikan dengan masyarakat umum yg menganggap ada pelanggaran HAM, santri menganggap ada pelanggaran kewajiban asasi santri. HAM vs KAM.
Berita Assalaam di Media? So what gitu lho?
Label: Assalaam
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 Comments:
Post a Comment